Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.
Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.
''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.
''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''
''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.
''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''
Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa bersikap profesional sebagaimana biasanya, dia memperlihatkan emosinya dengan sangat kentara.
''Helena...'' panggil Atthy sambil memegang tangan Helena yang gemetar dan mulai basah dengan keringat dingin, ''Terima kasih... setidaknya, kau menerimaku dengan tulus... Tapi, Helena, sudah cukup. Aku dan Tuanmu sudah membicarakannya, dan aku sudah menyetujuinya. Aku akan pergi setelah aku menandatangani dokumen perceraian ini. Itu, adalah janjiku padanya...'' ujar Atthy dengan ekspresi tenangnya. Tapi, sayangnya, Helena merasakan dengan sangat jelas kalau tubuh Atthy gemetaran menahan emosinya.
''Duchess!'' panggil Helena dengan nada panik, ''Tolong, Duchess... Jangan gegabah mengambil keputusan! Bahkan, Grand Duke juga belum mengetahui apa pun tentang hal ini...''
''Helena!'' seru Atthy memanggil sambil menatapnya dengan sangat serius. ''Jangan buat aku mengulangi kata-kataku terus... Aku yakin kau tahu kalau aku tidak sedang dalam kondisi yang baik saat ini,'' ujar Atthy melanjutkan kata-katanyadengan nada lembut seolah sedang memohon.
''Duchess...'' jawab Helena dengan ekspresi gamang.
''Helena, sudah cukup!'' seru Athy dengan tegas memperingatkan Helena, ''Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu selama tiga bulan ini. Aku mungkin tidak akan bertahan sampai hari ini tanpa kehadiranmu...'' tambah Atthy yang kemudian dengan tulus mengungkapkan perasaan hatinya.
''Duchess!'' seru Helena dengan wajah seperti ingin menangis, tapi sesaat kemudian tiba-tiba ekspresi Helena berubah, ''Maafkan saya... Saya tidak bisa menerimanya!'' seru Helena dengan tegas, ''Saya akan mencari tahu apa yang di pikirkan oleh Duke sampai mengirimi Anda dokumen perceraian...''
Helena tidak peduli dengan etika atau apa pun itu, dia tidak lagi mau mendengar penjelasan Atthy. Wanita berusia tiga puluh tahun itu memang bukan dari keluarga terhormat. Dia hanya seorang anak yatim piatu miskin korban perang yang di bawa oleh Grand Duke saat dia berusia enam tahun. Terhitung sudah lebih dari dua puluh empat tahun dia melayani keluarga Griffith sebagai seorang pelayan. Dari hanya pelayan rendahan, sekarang Helena menjabat sebagai pelayan elit kelas atas. Tapi, sifat dasarnya yang hanya seorang rakyat jelata biasa tanpa didikan khusus sebagaimana para aristokrat, tidak bisa hilang begitu saja.
Helena segera pergi keluar dari Kamar Atthy setelah berpamitan dengannya. Walau Helena kadang terkesan acuh dan seperti tidak peduli, tapi itu semua adalah karena sikap profesianalitas yang di ajarkan oleh para seniornya. Dia segera pergi menuju ke ruang makan, berharap Hugh ada di situ menikmati makan siangnya karena dia pikir Hugh, hari ini tidak ada jadwal pergi ke mana pun.
''Ada apa Nyonya Whitmore?'' tanya seorang pelayan yang sedang membereskan meja makan.
''Apakah Tuanku Duke hari ini tidak makan?'' tanya Helena menjawab pertanyaan pelayan.
''Sepertinya tidak nyonya, karena tadi salah satu pelayan menyampaikan kalau beliau membatalkan makan siang karena ada urusan mendadak...''
''Apa?!'' sahut Helena dengan mata setengah melotot,''Lalu, di mana Tuan Alwyn? Apakah ikut bersama Tuanku Duke?'' tanya Helena kemudian dengan segera mengubah target pencariannya.
''Tidak nyonya, Tuan Gusev mungkin sedang berada di kantor, karena Duke tiba-tiba ada urusan dan beliau pergi bersama Tuan Rozenfeld. Tuan Gusev pasti segera membereskan dokumen-dokumen yang akan di serahkan selanjutnya, sepertinya begitu...''
''Baik, terima kasih. Lanjutkan pekerjaan kalian!'' seru Helena mengakhirinya dengan memberi arahan selanjutnya.
''Ya, nyonya... '' jawab pelayan itu, ''Ah! Nyonya Whitmore...'' seru pelayan itu dengan segera karena tiba-tiba teringat sesuatu.
''Ada apa?'' tanya Helena dengan nada ketus karena dia tidak sabar ingin menghampiri Alwyn.
''Bagaimana dengan Duchess?'' tanya pelayan itu dengan wajah cemas, ''Apakah kami harus menyiapkan makan siang untuknya?''
''Ya, lakukan!'' seru Helena memberi perintah menjawab pelayan itu, ''Panggil pelayan pribadi Duchess untuk segera menghampiri Duchess di ruangannya!''
''Baik nyonya,'' jawab pelayan itu dengan hormat.
Helena tidak mau berlama-lama berurusan dengan para pelayan, dia ingin segera menyelesaikan perihal perceraian ini. Baginya sekarang Atthy lebih penting dari pada masalah kepengurusan Manor. Perasaannya tidak enak, dia merasa persoalan harus segera di selesaikan. Entah kenapa, hatinya tidak tenang sejak dia mengetahui perihal dokumen perceraian itu.
*****
Helena tergesa-gesa memasuki ruang kerja Alwyn sampai dia lupa mengetuk pintu, dia merangsek masuk begitu saja tanpa pikir panjang, karena hanya ada penampilan Atthy yang terlihat menyedihkan yang selalu terbayang di pikirannya saat ini.
''Nyonya Helena!'' seru Alwyn menegur dengan nada tegas, ''Apa yang Anda lakukan?!''
Alwyn tidak menyukai sikap lancang Helena.
Secara garis keturunan, Helena hanya rakyat jelata jika di bandingkan dengan Alwyn yang merupakan keturunan dari salah satu keluarga bangsawan terhormat. Tapi, secara senioritas lingkup kerja, tentu saja Alwyn jauh di bawah Helena yang sudah puluhan tahun mengabdikan dirinya pada keluarga Griffith. Meski begitu, dalam hierarki jabatan, posisi Helena tetap ada di bawah Alwyn, sebagai atasan langsung.
Lingkup kewenangan Helena hanya sebatas Manor Duke Griffith. Tapi Alwyn, dia memiliki kewenangan di seluruh kediaman Duke Griffith. Baik itu Manor sebagai pusat kediaman Duke Griffith sementara. Mansion milik Duke Griffith di Xerces, ibu kota Kerajaan Xipil. Lalu, ada beberapa kediaman Duke Griffith yang tersebar di beberapa tempat. Dan, segera pusat pemerintahan Duke Griffith akan beralih ke Kastil di wikayah Skythia yang sedang dalam proses pembangunan.
''Apa maksud dari dokumen yang Anda berikan pada saya tadi pagi?'' tanya Helena dengan tegas pada Alwyn.
Alwyn terdiam sejenak mencerna ucapan Helena barusan, kemudian akhirnya dia mengerti.
''Maksudmu dokumen perceraian untuk Duchess dari yang mulia tuanku Duke Hugh?!'' seru Alwyn menegaskannya.
''Jadi Anda tahu?!'' tanya Helena dengan nada tegas.
''Tentu saja, aku yang mengurus semuanya...'' jawab Alwyn dengan tenang.
''Apa maksud semua itu?!'' seru Helena bertanya lagi masih dengan intonasi yang sama.
''Nyonya Helena, aku tegaskan padamu. Kita hanya seorang abdi, tidak pantas bagi kita mencampuri segala urusan tentang majikan kita. Kita hanya perlu melakukan apa yang di perintahkan...'' jawab Alwyn dengan tenang.
''Itu prinsip seekor kerbau bagi saya,'' jawab Helena dengan ketus.
''Nyonya Helena Whitmore!'' seru Alwyn menegur Helena dengan ekspresi serius.
''Tuan Alwyn Gusev,'' panggil Helena menanggapi Alwyn tidak gentar dengan gertakannya, ''Saya tahu bagaimana hubungan Anda dengan yang mulia Duke. Saya tahu, Anda sangat mengerti tentang arti dari dokumen perceraian itu...''
''Tentu saja. Itu dokumen perceraian. Jelas, dokumen itu di maksudkan untuk mengakhiri hubungan pernikahan antara Tuanku Duke Hugh Griffith dengan Duchess Atthaleyah Griffith.''
''Gelar dan nama belakang itu...'' ujar Helena dengan nada ketus.
Alwyn mengernyitkan dahi menanggapi reaksi Helena pada ucapannya barusan.
''Apa yang salah dengan aku memanggil seperti itu?'' tanya Alwyn kemudian.
''Ketika surat itu di setujui oleh kedua belah pihak, gelar dan nama belakang itu tidak akan lagi ada pada nama Lady Atthaleyah... Hanya Galina, Lady Atthaleyah Galina... ''
''Nyonya Helena, tidak ada yang salah dengan aku memanggil Duchess sebagai Duchess Athaleyah Griffith. Karena hingga saat ini, beliau masih Duchess Athaleyah Griffith, istri dari Yang Mulia Duke Hugh Griffith!'' jawab Alwyn tegas, ''Lalu, mengenai perceraian mereka... kenapa masalah itu mengganggumu, nyonya? Itu semua adalah urusan mereka berdua, suami istri...''
''Saya mengerti,'' sahut Helena yang meninggikan nada bicaranya, ''Tapi, apa alasannya? Hal itu yang ingin saya cari tahu...''
''Haruskah pelayan seperti kita mencari tahu tentang hal itu?!... Itu sama sekali bukan urusan kita.''
''Itu bagi Anda, Tuan Alwyn, tapi tidak bagi saya... Apa lagi, Grand Duke sendiri yang menitipkan Duchess pada saya...''
Alwyn menatap wajah Helena yang melihatnya dengan sorot mata tajam, Alwyn mengerti tentang apa yang jadi kecemasan Helena. Karena dia sendiri juga sempat terkejut tadi pagi saat Hugh memerintahkannya membuat dokumen perceraian dan menyerahkannya pada Atthy.
Alwyn menarik nafas panjang menenangkan diri agar tidak terpancing emosi yang jelas terlihat dari Helena. Helena juga mulai menurunkan tensinya ketika melihat Alwyn yang pada akhirnya menyerah dan hendak menjelaskan semuanya dengan lebih mendetail pada Helena. Baru saja Alwyn hendak membuka mulut, mereka berdua yang ada di dalam ruangan di kejutkan oleh suara ketukan pintu.
''Tuan Gusev, maafkan kami tuan, apakah nyonya Whitmore ada di dalam?'' tanya beberapa orang dari luar ruangan.
''Masuklah!'' seru Alwyn, si pemilik ruangan memberi izin.
''Ada apa?!'' seru Helena bertanya pada beberapa pelayan yang datang dengan tergesa-gesa.
''Nyonya itu... Eumh... Itu...''
Para pelayan yang datang tampak kasak-kusuk kebingungan dengan kalimat terbata-bata tidak jelas terdengar dari mulut mereka.
''Jangan bertele-tele!'' seru Helena menghardik ketiga pelayan Atthy, ''Cepat, katakan!''
''Kami tidak bisa menemukan Duchess di mana-mana...'' ujar salah satu pelayan, dia segera menjawab dengan gugup.
''Saat kami berkeliling mencarinya, salah satu penjaga bilang melihat Duchess keluar dari kastil melalui gerbang belakang,'' ujar salah satu pelayan yag lain.
Ketiga pelayan itu terlihat terengah-engah, membuat lelah dan cemas Helena yang melihatnya.
''APA?!''
Seru Helena dan Alwyn serempak bertanya dengan nada terkejut.
Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun