Share

111. ILUSI MENYAKITKAN

Sunyi.

Rasanya itu yang kubutuhkan saat menutup pintu kamarku rapat.

Dan aku langsung terduduk di atas lantai kamar. Mengalah pada rasa pengar juga pening yang tidak lagi mampu kukawan.

"Bersyukur aku sudah sampai rumah."

Aku bahkan tidak tahu kalimat itu benar-benar terucap keras atau hanya menggema dalam kepalaku yang berdenyut-denyut.

Yang kutahu, ranjang yang kasurnya pasti lebih empuk dari lantai, terasa begitu jauh tak tergapai meski aku rasanya bergerak.

"Runi?"

Suara mas Rendra membuatku membuka mata beratku yang rasanya tak bisa fokus pada satu titik sudah sekeras apapun aku berusaha. Tangannya bahkan menyentuh keningku yang terasa pening? pusing? Ataukah berputar-putar?

'Ah, entahlah yang mana. Aku terlalu lelah untuk memilih!'

"Kamu minum sebanyak apa?"

"Hanya tiga gelas," jawabku merasakan tubuhku diangkat dan tersenyum mengingat tatapan Damar saat dia bertanya apa aku yakin dengan keputusanku.

Kurasa, aku benar-benar akan pingsan jika Riris memilih tinggal. Meminum gelas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status