HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!

HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!

last updateLast Updated : 2022-08-10
By:  nitaerniawCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
70Chapters
52.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Rada, seorang istri yang selalu dipandang rendah dan sebelah mata oleh sang suami. Namun, dia tetap bertahan dalam pernikahan itu demi sang buah hati. hingga puncaknya sang suami membawa wanita lain dalam rumah mereka. akankah Rada bertahan? atau menyerah?

View More

Chapter 1

kedatangan wanita ulat bulu

"Bukankah sudah kukatakan tadi kalau Melli ini adalah istriku," ucap Mas Arka dengan suara lantang.

Deg! 

Mendengar Mas Arka mengatakan itu membuat hatiku terasa sesak. Ku telan ludah yang terasa pahit ini dengan susah payah, sama pahitnya dengan hidupku.

Selama menjadi istrinya, sudah menjadi hal biasa dibentak olehnya. Tapi apa-apaan dia, tiba-tiba pulang membawa wanita yang diakuinya sebagai istri, lalu aku?

"Mas, jelaskan padaku! Apa maksud semua ini?" tanyaku menatapnya tajam.

"Apalagi yang harus aku jelaskan? Bukankah sudah ku katakan tadi. Lebih baik kamu langsung kenalan sendiri sama Melli, biar kalian cepat akrab," ujar Mas Arka tanpa dosa.

Apa katanya tadi? Aku akrab sama pelakor? Huh, tidak akan.

"Hai … Mbak, kenalin aku Melli, madumu," ujar pelakor itu tersenyum mengejek sambil mengulurkan tangannya dan menekan  nada bicaranya saat mengucap kata madumu.

Tak ku tanggapi uluran tangannya, tak sudi aku menyentuh tangan kotor itu. Tangan wanita  perebut suami orang.

Melihatku yang tidak menanggapinya, mulut Meli seketika langsung merengut.

"Tuh, Mas, lihat Mbak Rada tidak mau kenalan sama aku," ucapnya manja dengan tangan yang bergelayut pada lengan Mas Arka.

"Sudahlah Sayang, biarkan saja dia. Yuk kita masuk ke dalam, aku capek!" kata Mas Arka, lalu mengajak Melli untuk masuk ke dalam kamar utama dan kemudian menutupnya.

Tunggu dulu, kenapa Mas Arka membawa masuk wanita itu ke dalam kamar kami? Itu kamarku dan hanya aku yang boleh menempatinya, tidak akan kubiarkan.

Tok! Tok! Tok!

"Mas …  Mas Arka! Buka pintunya!" panggilku sambil terus mengetuk pintu, tanganku sampai sakit karena tak kunjung dibuka.

"Ada apa lagi, sih?" tanyanya setelah pintu terbuka, terlihat Mas Arka hanya mengenakan kaos dalam, ku lirik ke dalam kamar tampak pelakor itu tengah berbaring di atas kasur.

"Kenapa Mas membawa masuk pelakor itu ke dalam kamar kita!" kataku tak terima.

"Jaga mulut kamu, Rada! Melli itu sudah menjadi istriku, hargai dia! Mulai sekarang Meli akan menempati kamar utama!" ujar Mas Arka dengan nada membentak.

"Lalu aku?" lirih aku bertanya.

"Kamu tempati kamar belakang atau kamu bisa tidur dengan Musda," ucapnya santai. Musda adalah anak kami yang masih berusia empat tahun.

"Kenapa, Mas?" tanyaku masih tak percaya.

"Karena kamu itu HANYA IBU RUMAH TANGGA!" ucap Mas Arka menekan kata hanya ibu rumah tangga lalu kembali menutup pintunya dengan keras di depan mataku.

Brakk!

Aku menangis tergugu duduk lemas di atas lantai, teganya mas Arka menduakanku bahkan membawa wanita itu  tinggal di rumah ini dan menempati kamar utama. Seolah-olah menegaskan kalau posisiku di rumah ini memang sudah tergantikan. 

Kudengar suara tertawa cekikikan pelakor itu di dalam kamarku. Entah apa yang mereka berdua lakukan. Sedangkan selama ini Mas Arka selalu kasar padaku, bahkan aku sudah lupa bagaimana caranya tertawa saat bersamanya.

"Bun … bunda kenapa?" tanya Musda sambil berjalan menghampiriku dengan masih mengucek matanya, gadis kecilku itu sudah bangun rupanya.

"Bunda nangis?" lanjutnya menatap mataku yang masih terlihat sembab.

"Bunda nggak nangis kok, tadi cuma kelilipan debu. Sayangnya Bunda udah bangun ya, pintar sekali sudah bisa bangun sendiri?" ujarku mengalihkan pembicaraan. Musda ini sangat kritis anaknya, jika bertanya dan mendapatkan jawaban yang belum memuaskan, dia akan terus-terusan bertanya.

Ku usap kepalanya, Musda anak yang pintar dan penuh cinta. Itulah alasanku masih bertahan hingga sekarang, karena dia kekuatanku.

Aku mengangkat tubuh mungil gadis kecil ini. Ingin aku pergi jauh bersamanya, tapi apakah aku bisa memberikan semua seperti yang mas Arka berikan selama ini. Mirisnya hidupku, satu sisi aku ingin berlari, tapi disisi lainnya langkahku tertahan disini, hanya untuk anakku Musda.

Masih terngiang di benakku saat mas Arka mengatakan, kalau aku hanya ibu rumah tangga. Jangan mengatur apapun yang dilakukannya, karena tugasku hanya membersihkan rumah, mengurus anaknya dan menerima serta patuh pada setiap perintahnya. 

Nyeri sekali hati ini saat mengingat itu. Bukankah ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia. Bahkan madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibunya.

Dulu Mas Arka sangat menyayangiku. Bahkan dia memintaku untuk berhenti bekerja saat aku hamil Musda, katanya aku cukup di rumah saja menjadi nyonya. Aku merasa menjadi wanita yang sangat beruntung saat itu. Mas Arka mulai berubah saat kelahiran Musda, dia bilang aku berubah setelah melahirkan. Aku menjadi lusuh, cerewet dan jelek.

Kesalahan terbesarku adalah mengabaikan setiap kata yang diucapkan oleh mas Arka. Mas Arka ingin pergi nonton, ingin berkencan dan berlibur hanya berdua tanpa Musda. Bukannya aku tidak ingin, tapi aku tak tega untuk meninggalkan Musda yang saat itu masih menyusu padaku. 

Sungguh saat itu aku merasa bahwa mas Arka hanya cemburu pada Musda. Karena semua hal yang aku lakukan hanya terfokus pada Musda kecil. Kupikir semua akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Tapi ternyata aku salah, mas Arka tetap membenciku sampai sekarang, walaupun Musda sudah berumur empat tahun. Mas Arka terus mengabaikanku dan tidak pernah menyentuhku lagi. Pria normal manapun tidak akan sanggup bertahan begitu lama. Dan semua itu terjawab sudah hari ini.

¤¤¤¤¤¤¤

Setelah memandikan Musda, aku mengajaknya untuk sarapan. Celotehannya membuatku melupakan sejenak kesedihanku pagi ini. Sedang asyiknya sarapan dan bercengkrama, tiba-tiba Mas Arka keluar dari kamar bersama si ulat bulu itu itu.

"Hai … anak manis, lagi sarapan, ya?" sapa pelakor itu pada putriku.

Diusapnya punggung Musda, awas saja kalau sampai anakku jadi gatal karena usapannya. Mereka berdua duduk berdampingan sambil berpegangan tangan di seberang meja tepat di depanku dan Musda. Membuatku seketika kehilangan nafsu makan.

"Tante pirang ini siapa ya? Kok pegang-pegang tangan ayah Musda?" tanya Musda dengan polosnya.

"Tante ini namanya Melli, bunda baru kamu, Nak," jawab Mas Arka, kulihat si ulat bulu itu tersenyum ke arah Musda.

"Bundaku kan ini, Yah … Ayah lupa ya kalau Bundaku namanya Rada. Iya kan, Bun?" kata Musda sambil menatapku bingung, meminta penjelasan.

Aku hanya diam mendengar pertanyaan Musda. Ku telan ludah yang terasa pahit ini, bingung harus menjelaskan bagaimana padanya.

"Udah lanjutin aja sarapannya, nanti abis itu jalan-jalan sama Bunda Melli, kamu mau kan?" ujar ulat bulu itu mengalihkan perhatian anakku, rupanya dia berusaha mendapatkan hati Musda. Tidak akan kubiarkan dia mendapatkan  semua yang aku punya. Cukup Mas Arka saja yang tergoda, Musda jangan sampai.

"Ayo sayang kita ke taman, tadi katanya pengen main ayunan," ajakku pada Musda.

Belum sempat aku berdiri, Mas Arka sudah menendang kakiku dari bawah meja makan, membuatku seketika langsung meringis menahan sakit.

"Melli mau lebih dekat dengan anakku, jangan kau halang-halangi. Kalau kau mau ke taman, pergilah sendiri! Anakku jangan kau ajak, dia akan malu nanti jalan bersama wanita lusuh dan jelek sepertimu," ujar Mas Arka sambil menatapku jijik.

Aku menatap Mas Arka nanar, segitu hinakah aku di matanya sampai dia begitu terlihat jijik padaku.  Sedangkan si pelakor itu tertawa mengejekku dengan penuh kemenangan.

¤¤¤¤¤¤¤

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Meetic Axuen
Ceritanya bagus banget kak, jadi betah bacanya =)
2022-09-24 00:55:39
0
user avatar
Bunbun Nok
bagus bgt,ceritanya bikin gereget
2022-07-25 22:11:17
0
70 Chapters
kedatangan wanita ulat bulu
"Bukankah sudah kukatakan tadi kalau Melli ini adalah istriku," ucap Mas Arka dengan suara lantang.Deg! Mendengar Mas Arka mengatakan itu membuat hatiku terasa sesak. Ku telan ludah yang terasa pahit ini dengan susah payah, sama pahitnya dengan hidupku.Selama menjadi istrinya, sudah menjadi hal biasa dibentak olehnya. Tapi apa-apaan dia, tiba-tiba pulang membawa wanita yang diakuinya sebagai istri, lalu aku?"Mas, jelaskan padaku! Apa maksud semua ini?" tanyaku menatapnya tajam."Apalagi yang harus aku jelaskan? Bukankah sudah ku katakan tadi. Lebih baik kamu langsung kenalan sendiri sama Melli, biar kalian cepat akrab," ujar Mas Arka tanpa dosa.Apa katanya tadi? Aku akrab sama pelakor? Huh, tidak akan."Hai … Mbak, kenalin aku Melli, madumu," ujar pelakor itu tersenyum mengejek sambil mengulurkan tangannya dan menekan nada bicaranya saat mengucap kata madumu.Tak ku tanggapi uluran tangannya, tak sudi aku menyentuh tangan kotor itu. Tangan wanita perebut suami orang.Melihatku
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more
memanjakan diri
"Musda ikut ayah,ya! Kita jalan-jalan sama Bunda Melli," ujar Mas Arka."Emangnya Ayah sama Tante Pirang mau kemana?" tanya Musda dengan polosnya."Terserah Manis saja, maunya kemana. Nanti kita beli es krim, beli boneka terus berenang. Musda suka berenang nggak?" rayu si Ulat Bulu yang sok kecantikan itu, rupanya dia benar-benar ingin menguasai anakku."Suka tante! Tapi Tante Pirang bisa berenang, kan?" jawab Musda dengan semangatnya karena memang dia sangat suka bermain air."Bisa donk! Nanti kita berenang bareng-bareng, ya, sama Ayah juga. Oiya tapi jangan panggil tante Pirang terus donk, mulai sekarang manggilnya Bunda Melli, ya?" jawab si pelakor itu dengan wajah yang di buat semanis mungkin, tapi justru membuatku mual."Habisnya rambut Tante, eh, Bunda Melli lucu, warnanya pirang banget sih," jawab Musda dengan polosnya.Seketika wajah Melli langsung merah seperti kepiting rebus, aku hanya menahan tawa melihat reaksinya itu."Yuk, sayang!" ajak Mas Arka sambil berdiri.Musda men
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more
penampilan baru
Menjelang waktu sholat magrib, tibalah aku di rumah. Dengan menenteng beberapa paper bag pada kedua tanganku, ku langkahkan kakiku menuju pintu depan rumah yang tertutup. Sebelumnya ku ambil nafas terlebih dahulu lalu mulai mengetuk pintu. Tidak lama kemudian muncullah si ulat bulu membukakan pintu.Matanya langsung melotot, mulutnya menganga ke arahku, seperti ingin menelanku hidup-hidup."Dari mana saja sih, Mbak? Aku capek ngurus anakmu, nangis terus dari tadi nyariin kamu," cecar Melli begitu melihatku.Aku melangkah masuk tanpa meladeninya sama sekali."Mbak, dengar nggak sih aku lagi ngomong!" protesnya ketika aku melewatinya begitu saja dan berlalu menuju dapur."Aku dengar kok," jawabku santai sambil meletakkan barang bawaanku di atas meja makan."Itu belanja, uang dari mana? Pasti pakai uang suamiku, ya!" ujar Melli dengan percaya dirinya menyebut kata suamiku. Apa dia tidak sadar bahwa aku ini juga istri dari pemilik rumah ini.Ku buka kulkas dan mengambil botol air minum l
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more
pertemuan dengan papa dan mama
Siang ini aku berencana untuk menemui kedua orang tuaku. Setelah berkali-kali memantapkan hati dan dengan memberanikan diri, akhirnya kemarin aku menghubungi pak Agus, sahabat papa sekaligus orang kepercayaannya.Disinilah aku sekarang, duduk sendirian di ruang vip sebuah kafe yang sudah di pesan oleh pak Agus, menunggu dengan cemas kedatangan orang tuaku. Entahlah, tapi aku sedikit ragu apakah mereka mau menemuiku. Sebenarnya bisa saja aku langsung datangi rumah, tapi ya itu tadi, aku belum memiliki keberanian untuk menemui mereka tanpa ada orang ketiga.Setengah jam sudah berlalu dari waktu yang dijanjikan pak Agus, tapi mereka masih juga belum terlihat datang. Dudukku mulai terasa gelisah, aku tidak yakin mereka mau menemuiku setelah kejadiaan enam tahun yang lalu."Pergilah! Kalau menurutmu Arka itu pasangan yang cocok untukmu. Tapi, sampai kapanpun papa tidak akan pernah merestui kalian!" ucap papa kala itu dengan marah.Aku hanya bisa menangis dan berlalu dari hadapan papa tanp
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more
pertengkaran
Aawww!Terdengar teriakan dari arah depan, suaranya terdengar tidak asing buatku, seperti suara si Melli."Bentar ya, Nak?" ucapku pada Musda, aku bermaksud untuk melihat apa yang terjadi sampai ulat bulu itu berteriak.Aku berjalan keluar dari kamar gadisku dan menuju ke arah suara teriakan tadi. Seketika aku ingin tertawa begitu melihat Melli masih berbaring terlentang di lantai."Kenapa kamu, Mel?" tanyaku menahan tawa karena melihatnya yang tampak kesakitan."Tolongin kenapa, Mbak! Ini semua gara-gara anakmu itu yang sembarangan meletakkan mainannya, membuatku kepleset!" rutuknya sambil meringis. Uhh, pasti rasanya sakit sekali, uups!"Hei … kenapa malah menyalahkan anakku?! Kamu di suruh jagain Musda tapi malah di tinggal sendirian, kemana tadi kamu?!" ujarku tak terima."Aku capek, Mbak, makanya aku tinggal tidur dia," jawabnya enteng seperti tanpa dosa."Capek katamu! Bahkan dari pagi Musda tidak kau mandikan dan juga tidak kau beri makan," ucapku sedikit berteriak. Emosiku mul
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more
pertemuan tidak terduga
Pagi ini aku bangun dengan semangat, karena hari ini aku akan memulai pekerjaan pertamaku. Walaupun semalam ada kejadian tidak mengenakkan, tapi entah kenapa aku sudah tidak memikirkannya lagi. Mungkin karena sekarang aku sudah mempunyai pekerjaan dan aku pun sudah mendapat maaf dari orang tuaku sehingga semuanya jadi terasa ringan dan mudah.Ting!Terdengar bunyi notifikasi dari gawai jadulku. Aku yang sedang memakai baju buru-buru mengambilnya karena aku takut itu pesan dari pak Agus.[Jangan lupa hari ini kamu ambil laptopnya!] pesan dari pak Agus, benarkan dugaanku tadi.[Siap, Pak, nanti saya kabarin kalau sudah berangkat,] balasku.Rencananya aku akan mengajak Musda sekalian mau mengajaknya jalan-jalan. Aku dandani gadis kecilku itu membuatnya semakin terlihat cantik."Mau kemana, Sayang? Kok udah cantik aja pagi-pagi gini anak ayah," sapa Mas Arka ketika melihat Musda sudah rapi siap untuk pergi."Mau jalan-jalan sama Bunda, Yah," jawab Musda dengan gaya manjanya.Sekilas dia m
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more
pertengkaran dengan emak-emak komplek
"Ii--ini semua buat saya, Pak?" tanyaku masih tidak percaya.Dua bingkisan itu ternyata berisi laptop dan juga android dengan merk apel di gigit di bagian belakangnya. "Tapi kata Bapak kemarin saya disuruh pake punya Bapak?" aku masih saja protes karena menurutku ini berlebihan, mengingat aku baru saja akan bekerja."Paman, Rada! Panggil Paman jangan Pak-Pak terus! Kamu ini susah banget dibilangin!" tegasnya karena aku terus saja memanggilnya Pak."Iya, Pak, eh, Paman … walaupun aku ini putri dari bapak Wicaksono Adi, tapi aku nggak mau ya diperlakukan istimewa!" ujarku lagi."Paman tidak memperlakukanmu istimewa, Rada, tapi ini semua dari papamu, dia tidak tega ketika melihat hpmu yang ternyata dari sebelum kamu menikah masih kamu pakai walaupun keadaannya sudah memprihatinkan begitu," ujar Paman sambil menunjuk gawai yang tengah dimainkan Musda.Aku hanya menunduk, tanpa terasa air bening itu sudah keluar dan membasahi pipiku. Aku merasa malu, setelah apa yang ku lakukan dulu papa
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more
dukungan warga
Pagi ini ketika aku sedang membuatkan susu Musda di dapur, tiba-tiba Melli datang menghampiriku."Mbak, aku minta tolong, ya?" pintanya dengan wajah yang memelas."Mau minta tolong apa?" jawabku ketus."Kok ketus gitu sih, Mbak, jawabnya? Aku minta tolong baik-baik lo ini!" ujarnya tak terima.Aku mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan. Bersiap untuk mendengar iklan pagi ini."Mau minta tolong apa, Melli?" ujarku lagi dengan nada yang ku buat selembut mungkin."Nah, gitu donk, kalau jawab itu yang lembut jadi enak di dengarnya. Aku aja tanyanya dengan lembut kok Mbak ….""Ah, udahlah kelamaan! Mau minta tolong apa kamu?!" potongku cepat, karena aku tidak mau mendengarkan ocehannya."Mbak kan lihat nih, mukaku jadi begini, aku malu Mbak kalau harus keluar rumah," ujarnya dengan menunjukkan wajahnya. Terlihat pada beberapa bagian wajahnya lebam-lebam seperti bekas pukulan."Terus hubungannya sama aku apa?" tanyaku bingung."Emmm … untuk beberapa hari ini, aku mi
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more
kedatangan rombongan pak RT
"Assalamualaikum, permisi …."Terdengar suara pak RT mengucapkan salam dari depan, aku hanya berdiam diri di dalam kamar karena sudah mendapat arahan dari bu RT melalui chat untuk tidak ikut menemui suaminya. Lagi pula aku harus segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh paman."Wa'alaikumsalam ... iya, sebentar," terdengar suara Melly menjawab salam. Tak lama terdengar pintu dibuka kemudian suara Melly yang mempersilahkan rombongan pak Rt masuk ke dalam rumah.Seperti yang sudah di bilang oleh bu RT kemarin. Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa saat pak RT bertamu kerumah. Kebetulan mas Arka sudah berangkat bekerja dan Melly yang membukakan pintu. "Eh, ada Pak RT," sapaku pura-pura terkejut ketika melihatnya sudah duduk di kursi ruang tamu bersama satu warga lainnya. Aku hendak keluar sambil menggendong Musda."Iya, Mbak Rada, gimana kabarnya?" jawab sekaligus tanya Pak Rt padaku."Kok Mbak Rada yang di tanyain kabarnya, sih? Harusnya Bapak itu tanya ke saya, bagaimana kabar say
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more
terusirnya si wanita ulat bulu
"Assalamualaikum …,"Salamku ketika tiba di teras rumah pak RT, kulihat sudah banyak warga yang berkumpul. "Waalaikumsalam …," serentak mereka menjawab berbarengan."Eh, Mbak Rada sudah datang, yuk masuk, Mbak!" ajak Bu Yuni ramah.Aku pun melangkah masuk mengikuti Bu Yuni, tapi tanpa sengaja telingaku mendengar mereka berbisik-bisik membicarakanku."Bagaimana dia itu, kenapa membiarkan selingkuhan suaminya tinggal di rumahnya! Bod*h banget jadi perempuan!""Iya, ya!Mereka berbisik sangat pelan tapi entah kenapa telingaku ini pendengarannya sangat tajam sehingga walaupun samar aku masih bisa mendengarnya.Ku hela nafas sejenak untuk menetralkan emosiku, tanpa memperdulikan omongan mereka ku lanjutkan langkahku bersama Musda.Ketika sampai di ruang tamu rumah pak RT, sudah ada para tetua komplek, mereka tampak berbincang-bincang. "Mbak Rada, silahkan duduk," suruh Pak RT sambil menunjuk kursi kosong.Kuedarkan pandanganku mencari-cari keberadaan bu Retno dan bu RT yang katanya akan
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status