"Tidak, aku tidak memikirkan apapun," jawab Hakya kepada Kanaya.Padahal sebenarnya dalam hati Hakya baru paham, kalau ternyata sejak kecil Kanaya memang sudah dipersiapkan untuk istri dari pangeran Ilmu Hitam. Dan berarti kedua orang tua Kanaya sudah begitu lama bersekongkol dengan Ratu Ilmu Hitam dalam hidupnya, dan bisa jadi semua semua harta yang dimilikinya adalah hasil bekerja sama dengan Ratu Ilmu Hitam. Dan anehnya mereka rela mengorbankan putrinya untuk dijadikan sesembahan iblis tersebut. Jika Kanaya sudah menikah dengan pangeran ilmu hitam, maka Kanaya tidak akan pernah bisa lagi kembali ke bumi ini. Kanaya akan terjebak pada alam iblis dan tidak akan pernah bisa keluar dari sana selama-lamanya.Kanaya akan abadi di alam iblis itu hingga di penghujung kehidupan manusia dengan hidup yang tersiksa.“Ya sudah, kita harus segera keluar. Lihatlah malam sudah mulai gelap dan rembulan sudah mulai menampakkan dirinya. Nanti kamu terlambat untuk melihat para bidadari yang sedang ma
“Hati-hati, Kanaya!” teriak Hakya saat Kanaya yang segera berlari ke arah sungai tanpa memperhatikan keamanan dan keselamatan dirinya sendiri.“Aku takut mereka dalam bahaya!” jawab Kanaya menarik tangan Hakya agar bergerak lebih cepat.Sungai itu tidak berada jauh lagi di depan mereka, hanya perlu melewatkan satu semak saja sudah bisa melihat ke arah sungai.Hakya menarik tangannya dari Kanaya, karena Hakya tidak ingin membuat suatu pelanggaran dengan melihat para bidadari mandi. Bisa-bisa dia akan disidang oleh para dewa kalau berani melakukan itu.Dan ujung-ujungnya nanti Hakya akan mendapat hukuman, seperti yang dialami oleh burung pipit mendapat hukuman dilarang naik ke atas bukit tunggal selama-lamanya. Hakya tidak mau hal itu terjadi, dan lebih baik dia menahan dirinya. Dia akan meminta Kanaya untuk melihat situasi disana, siapa tahu hanya keisengan para bidadari saja.“Kamu kenapa?” tanya Kanaya heran ketika Hakya menghentikan langkah kakinya dan tidak mau ikut ke tepi sungai
Hening!Tidak ada jawaban dari Kanaya ketika Hakya berkali-kali memanggil nama sang istri, rasanya Hakya ingin langsung menerobos masuk ke dalam wilayah sungai tersebut. Namun, Hakya merasa serba salah, karena nantinya dia pasti akan mendapatkan masalah jika dia memaksa masuk ke sana.Hakya tidak tega jika kehidupan bumi semakin hancur akibat dia yang tidak bisa menahan diri untuk tidak masuk ke sungai biri saat bidadari sedang mandi.Karena dari para dewa mengatakan dengan tegas, kalau seorang lelaki atau binatang berjenis kelamin jantan tidak boleh melihat bidadari yang sedang mandi. Jika ada yang nekat melakukan hal itu, maka akan mendapatkan konsekuensi yang berat.Bahkan dewa juga sudah menunjukkan bukti yang akurat, ketika burung pipit bergerombol masuk dan mengintip bidadari mandi. Walaupun saat itu burung betina tidak ikut melakukan hal itu, namun pipit betina pun mendapat hukuman yang sama. Hingga akhirnya burung pipit tidak akan pernah bisa lagi untuk menginjak bukit tunggal
"Mulai saat ini aku tidak mau lagi berteman dengan kau, Jin. Karena aku pikir engkau adalah temanku, namun ternyata kau sama saja dengan yang lainnya. Kau mau menggangguku agar konsentrasiku buyar!” Hakya terus memarahi jin yang masih berada di depannya itu. “Saat ini berbeda, Jin. Kalau dulu aku masih kecil, aku belum memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus aku lakukan. Tapi, sekarang aku sudah mengemban tugas yang begitu mulia untuk kehidupan makhluk yang berada di bumi ini. Jika kau menggangguku, maka kemungkinan apa yang aku lakukan akan terganggu dan itu artinya siap-siap untuk kehancuran bumi ini.” Hakya terus menggerutu kepada teman masa kecilnya itu. Dan Hakya saat ini baru paham, jika ternyata seakrab apapun dia dengan bangsa jin, kalau jin tetaplah dengan tugasnya mengganggu manusia, itulah yang dilakukan oleh jin tersebut kepadanya malam ini. Walaupun dulu mereka itu berteman baik. Jadi, Hakya memutuskan untuk tidak percaya sepenuhnya kepada makhluk lainnya. "Aku be
"Ah tidak ada apa-apa, kamu sudah selesai?" tanya Hakya pada Kanaya Hakya tampak celingak celinguk melihat ke belakang, takut ada bidadari yang mengikuti Kanaya, padahal bidasari posisinya turun mandi pasti akan tampak kulit mulusnya.Pun sama dengan Kanaya yang tampak melihat ke sekeliling, dia begitu penasaran Hakya sedang berbicara kepada siapa. Karena sepertinya Hakya sedang mengusir seseorang dari tempat duduknya. "Aku seperti mendengar kamu sedang berbicara kepada seseorang, tapi aku tidak melihat kalau ada orang sekitar sini," ujar Kanaya yang tidak menjawab pertanyaan Hakya, dan malah memberikan pertanyaan baik kepada sang suami."Iya tadi ada jin yang mengganggu, sehingga aku tidak bisa mendengar kode yang kamu berikan. Tadi, aku hampir saja masuk area sungai tersebut kalau tidak ada segera sadar akan ada gangguan dari jin pada gendang telingaku," jawab Hakya memberikan penjelasan kepada Kanaya.Sekarang terjawab, kenapa Kanaya mendengar Hakya berteriak walaupun Kanaya sudah
"Ah kamu begitu penasaran ya? Kamu sungguh membuat aku kesal," ucap Kanaya membuat Hakya mengernyitkan keningnya kebingungan.Kanaya sendirilah yang bercerita mengenai pandangan bidadari terhadapnya, dan Kanaya sendiri jugalah yang tampak kesal.“Aku nggak ngerti ada apa sebenarnya. Maksud kamu kamu bercerita dan bertanya kepadaku itu apa? Ketika aku menjawab dan penasaran dengan cerita kamu, kamu malah marah. Sebenarnya ada apa?” tanya Hakya kepada Kanaya, Hakya sedang berusaha untuk tidak mendesak Kanaya agar bercerita, karena pastinya Kanaya akan marah jika dia tahu kalau Hakya merasa sangat penasaran dengan pandangan bidadari tersebut. Padahal selama ini Hakya tidak pernah berinteraksi dengan bidadari-bidadari itu, termasuk saat dia masih kecil mereka tidak pernah berkomunikasi karena Hakya begitu takut dengan aturan yang ada itu. Dia tidak ingin membuat masalah dan tidak ingin mendapatkan masalah sehingga Hakya benar-benar patuh dengan apa yang disampaikan oleh dewa. Padahal yan
"Dan, aku tahu kamu itu pura-pura pingsan! Karena kamu sangat senang mendapatkan hal seperti itu, kamu mendapat pujian langsung dari bidadari-bidadari itu. Dasar mata keranjang!" ujar Kanaya kesal kepada Hakya dan menepuk pundak suaminya itu dengan sangat keras, yang membuat Hakya kembali bangun dan tergelak. "Sayang, kamu itu kenapa sih? Kamu malah cemburunya sama bidadari. Tidak mungkin aku menikahi bidadari, Sayang. Karena di depanku ini sudah ada bidadari yang mengisi hari-hariku, yang sudah setia menemani aku kemanapun aku pergi. Bahkan rela hidup terasing seperti ini. Aku harus mencari bidadari seperti apa? Kalau bidadari paling sempurna sudah aku dapatkan di sini," ujar Hakya sambil memegang wajah Kanaya.Wajah Kanaya tampak memerah karena malu mendengar pujian yang diberikan oleh sang suami. Namun, di hatinya masih begitu khawatir dan kesal karena sang suami menjadi idola para bidadari-bidadari tersebut. Kanaya merasa jika memang bidadari itu akan nekat, maka dia tidak bisa
"Iya, Sayang. Bahkan aku tidak pernah membicarakan para bidadari itu. Itulah yang aku takutkan untuk menemani kamu semalam menuju ke sungai biru itu, karena nantinya kamu pasti akan mendengar hal-hal yang tidak ingin kamu dengar. Kamu akan marah dan kamu akan merasa sakit hati,” ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya membelalakkan matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Hakya, karena seolah-olah Hakya sudah tahu hal itu bakal terjadi."Itu artinya kamu sudah tahu kalau semua bidadari itu mengidolakan kamu, dari apa yang kamu katakan itu kamu sudah tahu bahwa di kayangan nama kamu begitu ranum dan menjadi dambaan semua bidadari agar bisa menjadi istri kamu?" tanya Kanaya kepada Hakya.Hakya kemudian menggeleng mendengar apa yang ditanyakan oleh Kanaya, sebagai seorang setengah dewa Hakya pasti tahu apa yang terjadi di tempat-tempat tertentu, dan dia pasti tahu di mana saja orang-orang yang mendengungkan namanya."Hal itu juga tidak akan terjadi, Kanaya,” ujar Hakya kepada sang istri samb