"Tidak, aku percaya sama kamu, Hakya. Mulai hari ini aku percaya, tapi ketika kita turun dari bukit ini, kamu tidak akan pernah menduakan aku dengan manusia kan?" tanya Kanaya lagi kepada Hakya.Sepertinya Kanaya benar-benar ketakutan kehilangan Hakya, tadinya ketakutan kalau Hakya menikahi bidadari. Sekarang Kanaya ketakutan jika Hakya menikahi salah satu makhluk bumi.Kanaya benar-benar tidak bisa membayangkan kalau Hakya akan menikahi salah satu makhluk bumi, itu artinya Hakya akan semakin kuat untuk tinggal di bumi dan akan menyelesaikan tugas yang diberikan dewa kepadanya dengan sangat baik."Kamu adalah satu-satunya makhluk bumi yang ditakdirkan oleh dewa untuk menjadi istriku sejauh yang aku tahu. Jadi, aku rasa aku tidak akan tertarik kepada makhluk yang lainnya untuk dijadikan pasangan, cukup kamu saja. Kita akan hidup bersama selama-lamanya mendidik anak-anak kita yang banyak," ujar Hakya kemudian."Setelah kita tua, kita hanya tinggal memilih mau tetap tinggal di bumi atauk
Bhusssst. Suara berdesis seperti ledakan ketika Hakya membuka kembali satu lagi tutup kendi tersebut, membuat Hakya sangat terkejut, dan kali ini terlihat air yang berwarna merah kehitaman sehingga membuat Hakya semakin lemah. Dia kecewa pada dirinya sendiri. "Dewa, apakah artinya aku salah membuat ramuan obat untuk Kanaya? Bagaimana kedepannya nasib kami jika aku tidak bisa membuat ramuan ini, apakah aku harus kembali naik ke bukit utara untuk mengambilkan daun ini lagi?” “Dewa, apakah memang kamu baru memberikan kesempatan kepada bumi untuk lebih baik dengan kekeringan ini? Apakah benar-benar engkau sedang mentakdirkan bumi dan makhluk bumi ini untuk berbenah, dan menyadari semua ketamakan dan keserakahan mereka?" tanya Hakya sambil meratapi kendi tersebut. Hakya sampai lupa kalau dia membuat ramuan tersebut tidak hanya satu kendi, sedangkan kendi yang sedang dibukanya itu baru dua kendi. Namun, Hakya juga tahu kalau seluruh kendi tersebut semua komposisi dan ramuannya sama, ba
"Apa kamu serius?" tanya Kanaya kepada Hakya.Sepertinya Kanaya belum percaya kalau ramuan yang dibuat oleh Hakya tersebut gagal. Karena Kanaya begitu yakin kalau suaminya itu bisa membuat ramuan yang lebih baik, selama ini Kanaya melihat Hakya begitu gigih dalam menemukan obat untuk semua orang. Kanaya percaya kalau Hakya mampu mengenali dan membuat obat-obatan dengan baik, apalagi ini untuk kepentingan keluarganya dan juga bumi.Hakya hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan sangat lemah, dia sudah tidak ada lagi semangat ketika dia mendapatkan kegagalan seperti itu.Dan ini adalah kegagalan pertama dalam hidup Hakya.Kanaya kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan ramuan obat tersebut, dan ini adalah kali pertama Kanaya masuk ke dalam ruangan itu. Selama ini Kanaya tidak pernah ingin tahu dan tidak pernah mencari tahu apa yang ada di dalam ruangan tersebut, karena ia tahu itu adalah ruangan tempat meracik obat-obat yang akan dibuat oleh Hakya.Hakya hanya mengikuti langkah kaki s
Akhirnya semua kendi itu sudah turun dari raknya."Apa maksud kamu Kanaya?" tanya Hakya kepada sang istri bahagia kemudian menatap Kanaya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan ketika Kanaya teringat kalau Kanaya mengatakan ramuan itu belum jadi.Hakya tidak paham lagi dengan apa yang disampaikan oleh Kanaya tersebut, karena selama ini Kanaya bukanlah orang yang bisa mengenali obat-obatan. Bahkan dia hanya bisa terima saja, itulah sebabnya dia meminum ramuan penggugur kandungan dari ibunya itu. Tapi kenapa bisa saat ini Kanaya dengan begitu percaya dirinya mengatakan hal itu tidaklah gagal. Bahkan Kanaya berlagak seperti seorang dewa obat saja."Coba saja kamu perhatikan, dari setiap warna ramuan di dalam kendi-candi ini. Setiap Kendi itu memiliki warna yang berbeda. Menurutku saat ini proses fermentasi ini masih berlanjut, jadi setiap kendi menunjukkan proses yang berbeda. Kemungkinan karena adanya pengaruh udara dari luar yang masuk atau pengaruh bakteri yang terlalu sedikit atau
"Kita harus menunggu beberapa saat lagi agar proses fermentasi ini berlanjut. Dan mungkin jika di buku dituliskan bahwa 5 hari, maka kita harus menambahkan sekitar 3 sampai 5 hari lagi. Kita memberikan waktu dan kesempatan kepada ramuan ini untuk melakukan fermentasi yang lebih sempurna.”“Yang penting saat ini kamu tidak boleh lagi berputus asa dan merasa gagal,” ujar Kanaya kepada Hakya. Kanaya sedang berusaha untuk membesarkan hati Hakya, dia tidak ingin Hakya menjadi down dan putus asa, hingga akhirnya Hakya akan berhenti untuk membuat obat-obatan itu. Karena saat ini sangat terlihat jelas kekecewaan di mata Hakya.Hakya kemudian menganggukkan kepalanya, dia merasa sedikit lega ketika melihat Kanaya yang tampak bersemangat dengan ramuan tersebu. Kanaya yang tampak biasa-biasa saja ketika dia mengatakan kalau mereka harus menunggu beberapa waktu lagi untuk ramuan itu melakukan fermentasi. Kanaya tidak menunjukkan kekecewaannya, bahkan dia selalu menyemangati Hakya."Terima kasih k
Betapa terkejutnya Hakya mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya.Hakya tidak menyangka kalau Kanaya memiliki keberanian yang begitu tinggi, entah mungkin karena sudah tertempa saat ditinggalkan oleh Hakya ke bukit utara waktu itu. Atau memang karena Kanaya sedang marah kepada suaminya itu."Ya udah, kita akan menunggu hasil fermentasi itu beberapa hari lagi. Dan sambil menunggu, aku akan mencari obat yang lainnya yang bisa mengobati kekeringan pada rahim kamu. Kita tidak perlu pergi ke bukit utara, karena di sana juga kita akan menemui banyak hal, binatang buas yang menjaga daun tersebut mengintai. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa," ujar Hakya kemudian dan mengelus kepala Kanaya dengan lembut.Terlukis senyuman manis di bibir Kanaya, ketika mendengar Hakya yang akhirnya mengalah untuk tidak lagi naik ke bukit utara.Usaha Kanaya akhirnya berhasil. Hakya mengurungkan niatnya naik kembali ke bukit utara."Seperti itu lebih baik, Hakya. Karena tidak mungkin satu-satunya daun itu yang
Hakyapun bergegas berlari menuju ke arah ujung bukit, dia ingin melihat kebenaran yang disampaikan oleh si burung gagak."Hakya, kamu mau kemana?!" teriak Kanaya panik ketika melihat Hakya yang berlari dan tidak mengajaknya.Hakya menghentikan langkahnya, dia baru teringat akan istrinya itu. "Agok, kita lihat," ajak Hakya sambil mengulurkan tangannya kepada Kanaya."Kita mau turun?" tanya Kanaya kepada sang suami sembari menerima uluran tangan Hakya.Hakya menggeleng, kemudian Hakya menarik tangan Kanaya dan mengajak Kanaya segera bergegas mengikuti langkah kakinya.Kemudian keduanya berhenti di ujung bukit dan menatap kebawah."Kita akan melihat dari sini, apa yang terjadi disana," ujar Hakya pelan sembari matanya terus menatap kebawah. Sementara itu burung gagak tampak berteriak, mereka semua duduk di dahan pohon sambil mengikuti Hakya yang menatap ke arah bawah bukit."Mana bola apinya?" tanya Kanaya lagi. Karena dia tidak melihat adanya bola api yang dikatakan oleh si burung gag
Hakya tersentak saat mendengar pertanyaan Kanaya. Ada rasa ragu dihatinya, apalagi saat melihat Kanaya yang sepertinya sangat mengharapkan kalau Hakya tidak pernah lagi meninggalkan dia diatas bukit sendirian.“Kanaya, aku hanya akan turun sebentar. Dan di bawah sana itu kondisi sangat kacau. Aku takut kamu kenapa-kenapa,” ujar Hakya kepada sang istri.Kanaya menggeleng.“Aku takut ayah dan ibu mengalami hal yang buruk,” ujar Kanaya dan seperti memohon kepada Hakya kalau dia ingin ikut turun.Hakya menggeleng. Dia harus tegas kepada Kanaya, karena di bawah juga anak buah Ratu Ilmu Hitam sedang berkeliaran. Disamping mereka menjarah harta-harta orang miskin mereka juga selalu mengintai Kanaya. Mereka akan menunggu Kanaya turun dan akan membawa Kanaya ke istananya karena Pangeran sudah menunggu sejak lama kedatangan Kanaya disana.Bahkan Tuan Kafka dan Nyonya Farah juga sedang berusaha mencari Kanaya, mereka diberikan waktu yang terbatas oleh Ratu untuk membawa Kanaya ke istana Ratu. Ji