"Kita harus menunggu beberapa saat lagi agar proses fermentasi ini berlanjut. Dan mungkin jika di buku dituliskan bahwa 5 hari, maka kita harus menambahkan sekitar 3 sampai 5 hari lagi. Kita memberikan waktu dan kesempatan kepada ramuan ini untuk melakukan fermentasi yang lebih sempurna.”“Yang penting saat ini kamu tidak boleh lagi berputus asa dan merasa gagal,” ujar Kanaya kepada Hakya. Kanaya sedang berusaha untuk membesarkan hati Hakya, dia tidak ingin Hakya menjadi down dan putus asa, hingga akhirnya Hakya akan berhenti untuk membuat obat-obatan itu. Karena saat ini sangat terlihat jelas kekecewaan di mata Hakya.Hakya kemudian menganggukkan kepalanya, dia merasa sedikit lega ketika melihat Kanaya yang tampak bersemangat dengan ramuan tersebu. Kanaya yang tampak biasa-biasa saja ketika dia mengatakan kalau mereka harus menunggu beberapa waktu lagi untuk ramuan itu melakukan fermentasi. Kanaya tidak menunjukkan kekecewaannya, bahkan dia selalu menyemangati Hakya."Terima kasih k
Betapa terkejutnya Hakya mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya.Hakya tidak menyangka kalau Kanaya memiliki keberanian yang begitu tinggi, entah mungkin karena sudah tertempa saat ditinggalkan oleh Hakya ke bukit utara waktu itu. Atau memang karena Kanaya sedang marah kepada suaminya itu."Ya udah, kita akan menunggu hasil fermentasi itu beberapa hari lagi. Dan sambil menunggu, aku akan mencari obat yang lainnya yang bisa mengobati kekeringan pada rahim kamu. Kita tidak perlu pergi ke bukit utara, karena di sana juga kita akan menemui banyak hal, binatang buas yang menjaga daun tersebut mengintai. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa," ujar Hakya kemudian dan mengelus kepala Kanaya dengan lembut.Terlukis senyuman manis di bibir Kanaya, ketika mendengar Hakya yang akhirnya mengalah untuk tidak lagi naik ke bukit utara.Usaha Kanaya akhirnya berhasil. Hakya mengurungkan niatnya naik kembali ke bukit utara."Seperti itu lebih baik, Hakya. Karena tidak mungkin satu-satunya daun itu yang
Hakyapun bergegas berlari menuju ke arah ujung bukit, dia ingin melihat kebenaran yang disampaikan oleh si burung gagak."Hakya, kamu mau kemana?!" teriak Kanaya panik ketika melihat Hakya yang berlari dan tidak mengajaknya.Hakya menghentikan langkahnya, dia baru teringat akan istrinya itu. "Agok, kita lihat," ajak Hakya sambil mengulurkan tangannya kepada Kanaya."Kita mau turun?" tanya Kanaya kepada sang suami sembari menerima uluran tangan Hakya.Hakya menggeleng, kemudian Hakya menarik tangan Kanaya dan mengajak Kanaya segera bergegas mengikuti langkah kakinya.Kemudian keduanya berhenti di ujung bukit dan menatap kebawah."Kita akan melihat dari sini, apa yang terjadi disana," ujar Hakya pelan sembari matanya terus menatap kebawah. Sementara itu burung gagak tampak berteriak, mereka semua duduk di dahan pohon sambil mengikuti Hakya yang menatap ke arah bawah bukit."Mana bola apinya?" tanya Kanaya lagi. Karena dia tidak melihat adanya bola api yang dikatakan oleh si burung gag
Hakya tersentak saat mendengar pertanyaan Kanaya. Ada rasa ragu dihatinya, apalagi saat melihat Kanaya yang sepertinya sangat mengharapkan kalau Hakya tidak pernah lagi meninggalkan dia diatas bukit sendirian.“Kanaya, aku hanya akan turun sebentar. Dan di bawah sana itu kondisi sangat kacau. Aku takut kamu kenapa-kenapa,” ujar Hakya kepada sang istri.Kanaya menggeleng.“Aku takut ayah dan ibu mengalami hal yang buruk,” ujar Kanaya dan seperti memohon kepada Hakya kalau dia ingin ikut turun.Hakya menggeleng. Dia harus tegas kepada Kanaya, karena di bawah juga anak buah Ratu Ilmu Hitam sedang berkeliaran. Disamping mereka menjarah harta-harta orang miskin mereka juga selalu mengintai Kanaya. Mereka akan menunggu Kanaya turun dan akan membawa Kanaya ke istananya karena Pangeran sudah menunggu sejak lama kedatangan Kanaya disana.Bahkan Tuan Kafka dan Nyonya Farah juga sedang berusaha mencari Kanaya, mereka diberikan waktu yang terbatas oleh Ratu untuk membawa Kanaya ke istana Ratu. Ji
Kanaya hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Hakya. Walaupun ada rasa berat melepaskan kepergian Hakya turun kebawah, namun dia tidak punya pilihan lain.“Tidak ada. Hanya saja kamu tolong kamu pastikan ibu, ayah dan Zanaya dalam keadaan aman dan baik-baik saja,” ujar Kanaya pelan.Meskipun rasa sakit akibat perlakuan kedua orang tuanya terus saja pedih, namun Kanaya juga tidak mungkin tega jika mereka dalam kondisi yang tidak baik-baik.“Baiklah,” jawab Hakya pelan.Sebenarnya Hakya juga sedih, karena harus kembali meninggalkan Kanaya seorang diri diatas bukit tunggal ini. Namun, Hakya juga tidak mungkin dia hanya menjadi penonton melihat apa yang terjadi di bawah sana.Sebelum Hakya turun ke bawah, Hakya memasuki kamarnya dan kemudian bertapa sebentar.“Dewa, apa sebenarnya yang Engkau berikan kepada mereka yang dibawah sana?” tanya Hakya sambil memejamkan matanya.Hening.Hakya menunggu beberapa saat, dia tahu dewa pastinya mendengar pertanyaannya. Dan benar saja, tida
Hakya segera turun ke bawah dengan sangat cepat. Dia pun sudah mengatakan kepada salah satu burung gagak untuk tetap berada di atas bukit dan menemani Kanaya diatas sana. Setelah Hakya pergi, pintu gerbang padepokan tersebut tertutup secara otomatis.“Mari kita lihat apa yang sedang terjadi di bawah sana,” ujar Hakya mengajak burung gagak tersebut.Hakya turun dengan bergegas bersama beberapa burung gagak yang sejak tadi sangat penasaran dengan apa yang terjadi di bawah sana. Bahkan Hakya seperti sedang terbang saking cepatnya Hakya berlari.“Apa yang terjadi?” tanya Hakya pada salah seorang penduduk yang tampak berlari ke arah utara.Perempuan setengah baya itu berhenti sejenak, dan memandang Hakya dengan tatapan yang aneh. Mungkin dia belum pernah melihat Hakya sebelumnya, sehingga dia memperhatikan Hakya dari atas hingga bawah.“Kamu berasal darimana? Kenapa kamu ada disini?” tanya orang tersebut kepada Hakya.“Saya dari kaki bukit tunggal,” jawab Hakya kemudian. Karena Hakya tida
"Hei orang asing jangan sekali-kali kamu mencoba untuk melawan kami! Apa kamu tidak melihat di sini sudah bergelimangan darah dan berserakan kepala manusia, kamu mau seperti mereka, hah?" tanya salah seorang anak buah Ratu Ilmu Hitam. Dan sepertinya dia adalah pimpinan kelompok tersebut. "Aku akan membuat perhitungan kepada kalian, namun sebelumnya kita harus membuat perjanjian dahulu. Bahwa kalian berhenti untuk membunuh manusia-manusia lemah yang tidak berdaya ini, jangan kalian menjarah harta-harta mereka untuk kepentingan kalian. Ingatlah manusia yang bersekutu dengan ilmu hitam, apa yang kalian lakukan itu akan mendapat ganjarannya nanti dan dewa pasti akan memberikan hukuman buat kalian yang telah melakukan kejahatan seperti ini," ujar Hakya kemudian.“Hahaha…."“Berasal dari mana orang ini yang tiba-tiba dia berbicara tentang dewa. Kalau memang Dewa itu ada, kenapa sekarang ini dia hanya diam melihat kekeringan dan ketandusan yang berada di permukaan bumi ini? Kalau memang Dew
"Sepertinya darahnya begitu manis, sehingga aku sudah tidak sabar untuk mencicipinya," ujar salah seorang iblis anak buah Ratu Ilmu Hitam yang berwujud dengan badan besar dan hitam, dengan mata yang merah menyala itu.Membuat orang-orang yang tadinya ikut berkerumun dan menyemangati Hakya mulai berlari tunggang langgang, mereka benar-benar ketakutan ketika melihat iblis tersebut."Jangan harap! Karena aku akan menghabiskan kalian semua! Aku tidak pernah takut kepada kalian,” jawab Hakya yang tampak bersiap dengan sebilah pedang di tangannya.Hakya benar-benar sudah sangat marah, apalagi melihat salah satu iblis tersebut dia menggigit kepala manusia yang baru saja kalah dalam pertarungan itu. Ternyata korban-korban dari peperangan itu, bukan karena mereka tidak mau menguburkannya atau karena apa. Tapi mereka semua takut diserang oleh anak buah Ratu Ilmu Hitam dan para korban itu menjadi santapan para anak buah Ratu Ilmu Hitam yang berjenis iblis."Hei anak muda, datang dari pelosok man