"Sepertinya darahnya begitu manis, sehingga aku sudah tidak sabar untuk mencicipinya," ujar salah seorang iblis anak buah Ratu Ilmu Hitam yang berwujud dengan badan besar dan hitam, dengan mata yang merah menyala itu.Membuat orang-orang yang tadinya ikut berkerumun dan menyemangati Hakya mulai berlari tunggang langgang, mereka benar-benar ketakutan ketika melihat iblis tersebut."Jangan harap! Karena aku akan menghabiskan kalian semua! Aku tidak pernah takut kepada kalian,” jawab Hakya yang tampak bersiap dengan sebilah pedang di tangannya.Hakya benar-benar sudah sangat marah, apalagi melihat salah satu iblis tersebut dia menggigit kepala manusia yang baru saja kalah dalam pertarungan itu. Ternyata korban-korban dari peperangan itu, bukan karena mereka tidak mau menguburkannya atau karena apa. Tapi mereka semua takut diserang oleh anak buah Ratu Ilmu Hitam dan para korban itu menjadi santapan para anak buah Ratu Ilmu Hitam yang berjenis iblis."Hei anak muda, datang dari pelosok man
"Apa yang akan kau lakukan, wahai iblis? Apakah kau tidak melihat sebentar lagi darahmu akan habis?" tanya Hakya sembari tersenyum mengejek dan menatap ke arah anggota ilmu hitam yang lainnya yang tampak gemetaran ketika melihat iblis yang paling kuat dari mereka terkena sabetan pedang dari Hakya dan kalah."Ayo, siapa lagi yang berani maju?" tantang Hakya kepada semua anak buah Ratu Ilmu Hitam tersebut. Namun, tidak terduga mereka malah mundur perlahan apalagi ketika melihat iblis yang paling kuat tersebut tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah.“Aaarrrrggght!” teriak iblis tersebut ketika Hakya menambahkan serangan ilmu api, sehingga membuat tubuhnya yang telah kehabisan darah itu terbakar dan akhirnya tubuh tersebut hanyalah tinggal debu-debunya.Anggota ilmu hitam yang paling kuat itu mati secara permanen, dia tidak akan bisa lagi kembali ke bumi ataupun kembali ke kerajaan ilmu hitam. Dia akan disiksa di antara langit dan bumi."Kalian, maju! Karena aku rasanya masih belum puas memb
“Nenek ini pikun dan tuli, jangan percaya,” ujar pak Kusno mengingatkan Hakya.Justru peringatan dari pak Kusno tersebut membuat Hakya semakin tertarik untuk bertanya, karena Hakya tidak menyangka kalau nenek tersebut mendengar percakapan mereka."Berapa lama, Nek, saya harus memberikan istri saya ramuan tersebut?" tanya Hakya bersemangat dan langsung mendekat ke arah nenek tersebut."Cukup berikan saja selama tujuh hari, nanti dia akan merasakan badannya segar kembali,” jawab nenek tersebut dengan sangat santai.“Ah jangan kau dengarkan nenek kami yang sudah tua ini. Penglihatannya sudah rabun dan pendengarannya sudah tidak tajam lagi. Dia hanya kadang-kadang bergumam tidak jelas. Jangan kau percaya,” ujar pak Kusno lagi yang langsung meminta anaknya untuk membawa si nenek tersebut masuk ke dalam rumahnya itu.Hakya tertegun mendengar apa yang disampaikan oleh nenek itu, walaupun anak dari si nenek mengatakan kalau nenek itu sudah pikun, buta dan tuli. Namun, entah kenapa dalam hati
Hakya tidak menyangka jika turunnya dia dari bukit akan mendapati kenyataan yang begitu banyak seperti itu.“Ternyata wajar jika Dewa marah, karena selama ini aku begitu cuek dengan semua keadaan yang ada. Aku bahkan banyak sekali tidak tahu kejadian-kejadian yang menimpa penduduk di sini," gumam Hakya di dalam hatinya sambil terus berjalan menyusuri perkotaan itu.Hingga tengah malam akhirnya mereka kembali ke rumah Pak Kusno, karena sudah begitu jauh mereka berjalan dan juga hari yang semakin gelap.Tuiiiiiing!Tiba-tiba sebuah api jatuh meluncur dari langit yang tidak terlalu besar dan tepat jatuh di depan Hakya, membuat Hakya dan Pak Kusno benar-benar terkejut. Walaupun api itu langsung padam di tempat."Itu api apa, Pak?" tanya Hakya tampak kebingungan ketika tapi itu jatuh tepat hadapan mereka."Semenjak fenomena munculnya bola api raksasa dari langit itu, hampir setiap malam kota ini mendapati api kecil yang tiba-tiba meluncur dengan kecepatan tinggi dari langit. Ketika mereka
Seperti yang sudah Hakya janjikan bersama Pak Kusno. Pagi-pagi sekali mereka akan mengintip kemana perginya orang-orang yang katanya dipaksa untuk bekerja di tambang emas milik kerajaan ilmu hitam.Dengan membawa sebilah pedangnya Hakya bersama Pak Kusno pergi pagi-pagi sekali, meninggalkan rumah tersebut. "Kita hari ini hanya akan mengetahui terlebih dahulu di mana letak tambang tersebut, kita tidak akan menyerang mereka. Karena nanti bisa terjadi hal yang tidak kita inginkan,” ujar Hakya kepada pak Kusno.Sebagai seorang yang mengikuti Hakya dari belakang, Pak Kusno hanya menyetujui apa yang menjadi rencana Hakya, dan juga dia berharap mendapatkan perlindungan kepada Hakya. Pak Kusno begitu yakin kalau Hakya bisa melindungi mereka, walaupun pak Kusno tidak tahu siapa Hakya sebenarnya, bahkan nama Hakya saja mereka tidak tahu.Mereka berjalan pelan keluar dari rumah membawa sebilah pedang dan penutup kepala, juga penutup muka agar mereka tidak dikenali oleh orang lain.Dan benar saj
Hakya segera menarik Pak Kusno untuk bersembunyi di tempat yang aman, karena Hakya melihat kemudian beberapa orang anggota ilmu hitam tampak berpencar. Mereka mengeluarkan pedang masing-masing yang berkilauan untuk mencari Hakya.Sedangkan Pak Kusno tampak gemetaran dengan keringat dingin yang bercucuran. Pak Kusno begitu takut karena kecerobohannya, kalau mereka ketahuan oleh anggota ilmu hitam dan ditemukan maka habis sudah riwayat mereka."Tenanglah Pak, kita tidak akan ketahuan oleh mereka. Yang penting saat ini kita sudah mengetahui dimana tempat mereka. Sekarang kita butuh banyak orang untuk menutup tempat ini. Kita tidak mungkin menyerang hanya kita berdua saja, kita butuh banyak bantuan dari penduduk untuk menutup tempat ini agar tidak ada lagi kerja paksa di tempat ini," bisik Hakya kepada Pak Kusno.Pak Kusno tampak menganggukkan kepalanya, dia paham dengan apa yang disampaikan oleh Hakya, mereka juga tidak mungkin untuk menyerang tempat tersebut tanpa adanya bantuan dari ya
“Aku akan melatih mereka dimana tempat asalku, yaitu di kaki bukit tunggal dan aku akan memproteksi wilayah tersebut terbebas dari gangguan anggota ilmu hitam, karena seperti halnya kita ketahui, hanya tempat itulah yang terbebas dari jangkauan mereka," ujar Hakya kemudian.Pak Kusno hanya menganggukkan kepalanya, dan beliau semakin yakin kalau orang yang saat ini sedang berada di sampingnya bukanlah orang sembarangan. Buktinya Hakya bersedia untuk melatih para pemuda negeri ini untuk melawan kerajaan ilmu hitam.“Sekarang, mari kita pulang. Biarkan saja saat ini semua yang terjadi, karena kita tidak akan bisa untuk melawan mereka hanya dengan berdua saja. Nanti Bapak kenapa-kenapa,” ujar Hakya lagi kepada pak Kusno, kemudian keduanya pergi meninggalkan hutan di mana tempat tambang tersebut berada.Dan saat ini pintu gerbang tambang itu juga sudah tertutup, Hakya yakin kerja paksa sudah di mulai."Mulailah untuk menyebarkan berita ini secara diam-diam, kumpulkan semua pemuda dan kita
“Tidak ada,” jawab salah seorang dari mereka dan langsung berbaris. Semua pemuda yang sudah berkumpul itu berbaris dengan rapi, mereka melihat wajah Hakya saja sudah merasa segan dan sangat mengaguminya. “Dua orang secara sukarela maju sebagai pemimpin kelompok!” ujar Hakya kemudian. Hakya tidak mau menunjuk, karena tidak semua orang suka ditunjuk menjadi pemimpin. Hakya lebih baik dia menunggu orang yang akan mengajukan diri. Kemudian tampak dua orang maju setelah mereka terlihat berembug menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin mereka. “Perkenalkan nama kalian,” ujar Hakya saat kedua orang itu sudah berdiri di depannya. “Saya Hofan!” “Saya Jirat!” Hakya mengangguk mendengar perkenalan kedua calon pemimpin kelompok yang akan di latihnya. Sebelumnya Hakya hanya mengenalkan dirinya bernama Hiya, dia tidak mau memperkenalkan nama aslinya. Karena dia tahu, yang akan mereka lawan nantinya pasti ada kelompok yang dipimpin oleh mertuanya. Hakya tidak mau mertuanya begitu cepat