Hening!Tidak ada jawaban dari Kanaya ketika Hakya berkali-kali memanggil nama sang istri, rasanya Hakya ingin langsung menerobos masuk ke dalam wilayah sungai tersebut. Namun, Hakya merasa serba salah, karena nantinya dia pasti akan mendapatkan masalah jika dia memaksa masuk ke sana.Hakya tidak tega jika kehidupan bumi semakin hancur akibat dia yang tidak bisa menahan diri untuk tidak masuk ke sungai biri saat bidadari sedang mandi.Karena dari para dewa mengatakan dengan tegas, kalau seorang lelaki atau binatang berjenis kelamin jantan tidak boleh melihat bidadari yang sedang mandi. Jika ada yang nekat melakukan hal itu, maka akan mendapatkan konsekuensi yang berat.Bahkan dewa juga sudah menunjukkan bukti yang akurat, ketika burung pipit bergerombol masuk dan mengintip bidadari mandi. Walaupun saat itu burung betina tidak ikut melakukan hal itu, namun pipit betina pun mendapat hukuman yang sama. Hingga akhirnya burung pipit tidak akan pernah bisa lagi untuk menginjak bukit tunggal
"Mulai saat ini aku tidak mau lagi berteman dengan kau, Jin. Karena aku pikir engkau adalah temanku, namun ternyata kau sama saja dengan yang lainnya. Kau mau menggangguku agar konsentrasiku buyar!” Hakya terus memarahi jin yang masih berada di depannya itu. “Saat ini berbeda, Jin. Kalau dulu aku masih kecil, aku belum memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus aku lakukan. Tapi, sekarang aku sudah mengemban tugas yang begitu mulia untuk kehidupan makhluk yang berada di bumi ini. Jika kau menggangguku, maka kemungkinan apa yang aku lakukan akan terganggu dan itu artinya siap-siap untuk kehancuran bumi ini.” Hakya terus menggerutu kepada teman masa kecilnya itu. Dan Hakya saat ini baru paham, jika ternyata seakrab apapun dia dengan bangsa jin, kalau jin tetaplah dengan tugasnya mengganggu manusia, itulah yang dilakukan oleh jin tersebut kepadanya malam ini. Walaupun dulu mereka itu berteman baik. Jadi, Hakya memutuskan untuk tidak percaya sepenuhnya kepada makhluk lainnya. "Aku be
"Ah tidak ada apa-apa, kamu sudah selesai?" tanya Hakya pada Kanaya Hakya tampak celingak celinguk melihat ke belakang, takut ada bidadari yang mengikuti Kanaya, padahal bidasari posisinya turun mandi pasti akan tampak kulit mulusnya.Pun sama dengan Kanaya yang tampak melihat ke sekeliling, dia begitu penasaran Hakya sedang berbicara kepada siapa. Karena sepertinya Hakya sedang mengusir seseorang dari tempat duduknya. "Aku seperti mendengar kamu sedang berbicara kepada seseorang, tapi aku tidak melihat kalau ada orang sekitar sini," ujar Kanaya yang tidak menjawab pertanyaan Hakya, dan malah memberikan pertanyaan baik kepada sang suami."Iya tadi ada jin yang mengganggu, sehingga aku tidak bisa mendengar kode yang kamu berikan. Tadi, aku hampir saja masuk area sungai tersebut kalau tidak ada segera sadar akan ada gangguan dari jin pada gendang telingaku," jawab Hakya memberikan penjelasan kepada Kanaya.Sekarang terjawab, kenapa Kanaya mendengar Hakya berteriak walaupun Kanaya sudah
"Ah kamu begitu penasaran ya? Kamu sungguh membuat aku kesal," ucap Kanaya membuat Hakya mengernyitkan keningnya kebingungan.Kanaya sendirilah yang bercerita mengenai pandangan bidadari terhadapnya, dan Kanaya sendiri jugalah yang tampak kesal.“Aku nggak ngerti ada apa sebenarnya. Maksud kamu kamu bercerita dan bertanya kepadaku itu apa? Ketika aku menjawab dan penasaran dengan cerita kamu, kamu malah marah. Sebenarnya ada apa?” tanya Hakya kepada Kanaya, Hakya sedang berusaha untuk tidak mendesak Kanaya agar bercerita, karena pastinya Kanaya akan marah jika dia tahu kalau Hakya merasa sangat penasaran dengan pandangan bidadari tersebut. Padahal selama ini Hakya tidak pernah berinteraksi dengan bidadari-bidadari itu, termasuk saat dia masih kecil mereka tidak pernah berkomunikasi karena Hakya begitu takut dengan aturan yang ada itu. Dia tidak ingin membuat masalah dan tidak ingin mendapatkan masalah sehingga Hakya benar-benar patuh dengan apa yang disampaikan oleh dewa. Padahal yan
"Dan, aku tahu kamu itu pura-pura pingsan! Karena kamu sangat senang mendapatkan hal seperti itu, kamu mendapat pujian langsung dari bidadari-bidadari itu. Dasar mata keranjang!" ujar Kanaya kesal kepada Hakya dan menepuk pundak suaminya itu dengan sangat keras, yang membuat Hakya kembali bangun dan tergelak. "Sayang, kamu itu kenapa sih? Kamu malah cemburunya sama bidadari. Tidak mungkin aku menikahi bidadari, Sayang. Karena di depanku ini sudah ada bidadari yang mengisi hari-hariku, yang sudah setia menemani aku kemanapun aku pergi. Bahkan rela hidup terasing seperti ini. Aku harus mencari bidadari seperti apa? Kalau bidadari paling sempurna sudah aku dapatkan di sini," ujar Hakya sambil memegang wajah Kanaya.Wajah Kanaya tampak memerah karena malu mendengar pujian yang diberikan oleh sang suami. Namun, di hatinya masih begitu khawatir dan kesal karena sang suami menjadi idola para bidadari-bidadari tersebut. Kanaya merasa jika memang bidadari itu akan nekat, maka dia tidak bisa
"Iya, Sayang. Bahkan aku tidak pernah membicarakan para bidadari itu. Itulah yang aku takutkan untuk menemani kamu semalam menuju ke sungai biru itu, karena nantinya kamu pasti akan mendengar hal-hal yang tidak ingin kamu dengar. Kamu akan marah dan kamu akan merasa sakit hati,” ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya membelalakkan matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Hakya, karena seolah-olah Hakya sudah tahu hal itu bakal terjadi."Itu artinya kamu sudah tahu kalau semua bidadari itu mengidolakan kamu, dari apa yang kamu katakan itu kamu sudah tahu bahwa di kayangan nama kamu begitu ranum dan menjadi dambaan semua bidadari agar bisa menjadi istri kamu?" tanya Kanaya kepada Hakya.Hakya kemudian menggeleng mendengar apa yang ditanyakan oleh Kanaya, sebagai seorang setengah dewa Hakya pasti tahu apa yang terjadi di tempat-tempat tertentu, dan dia pasti tahu di mana saja orang-orang yang mendengungkan namanya."Hal itu juga tidak akan terjadi, Kanaya,” ujar Hakya kepada sang istri samb
"Tidak, aku percaya sama kamu, Hakya. Mulai hari ini aku percaya, tapi ketika kita turun dari bukit ini, kamu tidak akan pernah menduakan aku dengan manusia kan?" tanya Kanaya lagi kepada Hakya.Sepertinya Kanaya benar-benar ketakutan kehilangan Hakya, tadinya ketakutan kalau Hakya menikahi bidadari. Sekarang Kanaya ketakutan jika Hakya menikahi salah satu makhluk bumi.Kanaya benar-benar tidak bisa membayangkan kalau Hakya akan menikahi salah satu makhluk bumi, itu artinya Hakya akan semakin kuat untuk tinggal di bumi dan akan menyelesaikan tugas yang diberikan dewa kepadanya dengan sangat baik."Kamu adalah satu-satunya makhluk bumi yang ditakdirkan oleh dewa untuk menjadi istriku sejauh yang aku tahu. Jadi, aku rasa aku tidak akan tertarik kepada makhluk yang lainnya untuk dijadikan pasangan, cukup kamu saja. Kita akan hidup bersama selama-lamanya mendidik anak-anak kita yang banyak," ujar Hakya kemudian."Setelah kita tua, kita hanya tinggal memilih mau tetap tinggal di bumi atauk
Bhusssst. Suara berdesis seperti ledakan ketika Hakya membuka kembali satu lagi tutup kendi tersebut, membuat Hakya sangat terkejut, dan kali ini terlihat air yang berwarna merah kehitaman sehingga membuat Hakya semakin lemah. Dia kecewa pada dirinya sendiri. "Dewa, apakah artinya aku salah membuat ramuan obat untuk Kanaya? Bagaimana kedepannya nasib kami jika aku tidak bisa membuat ramuan ini, apakah aku harus kembali naik ke bukit utara untuk mengambilkan daun ini lagi?” “Dewa, apakah memang kamu baru memberikan kesempatan kepada bumi untuk lebih baik dengan kekeringan ini? Apakah benar-benar engkau sedang mentakdirkan bumi dan makhluk bumi ini untuk berbenah, dan menyadari semua ketamakan dan keserakahan mereka?" tanya Hakya sambil meratapi kendi tersebut. Hakya sampai lupa kalau dia membuat ramuan tersebut tidak hanya satu kendi, sedangkan kendi yang sedang dibukanya itu baru dua kendi. Namun, Hakya juga tahu kalau seluruh kendi tersebut semua komposisi dan ramuannya sama, ba