"Ah kamu begitu penasaran ya? Kamu sungguh membuat aku kesal," ucap Kanaya membuat Hakya mengernyitkan keningnya kebingungan.Kanaya sendirilah yang bercerita mengenai pandangan bidadari terhadapnya, dan Kanaya sendiri jugalah yang tampak kesal.“Aku nggak ngerti ada apa sebenarnya. Maksud kamu kamu bercerita dan bertanya kepadaku itu apa? Ketika aku menjawab dan penasaran dengan cerita kamu, kamu malah marah. Sebenarnya ada apa?” tanya Hakya kepada Kanaya, Hakya sedang berusaha untuk tidak mendesak Kanaya agar bercerita, karena pastinya Kanaya akan marah jika dia tahu kalau Hakya merasa sangat penasaran dengan pandangan bidadari tersebut. Padahal selama ini Hakya tidak pernah berinteraksi dengan bidadari-bidadari itu, termasuk saat dia masih kecil mereka tidak pernah berkomunikasi karena Hakya begitu takut dengan aturan yang ada itu. Dia tidak ingin membuat masalah dan tidak ingin mendapatkan masalah sehingga Hakya benar-benar patuh dengan apa yang disampaikan oleh dewa. Padahal yan
"Dan, aku tahu kamu itu pura-pura pingsan! Karena kamu sangat senang mendapatkan hal seperti itu, kamu mendapat pujian langsung dari bidadari-bidadari itu. Dasar mata keranjang!" ujar Kanaya kesal kepada Hakya dan menepuk pundak suaminya itu dengan sangat keras, yang membuat Hakya kembali bangun dan tergelak. "Sayang, kamu itu kenapa sih? Kamu malah cemburunya sama bidadari. Tidak mungkin aku menikahi bidadari, Sayang. Karena di depanku ini sudah ada bidadari yang mengisi hari-hariku, yang sudah setia menemani aku kemanapun aku pergi. Bahkan rela hidup terasing seperti ini. Aku harus mencari bidadari seperti apa? Kalau bidadari paling sempurna sudah aku dapatkan di sini," ujar Hakya sambil memegang wajah Kanaya.Wajah Kanaya tampak memerah karena malu mendengar pujian yang diberikan oleh sang suami. Namun, di hatinya masih begitu khawatir dan kesal karena sang suami menjadi idola para bidadari-bidadari tersebut. Kanaya merasa jika memang bidadari itu akan nekat, maka dia tidak bisa
"Iya, Sayang. Bahkan aku tidak pernah membicarakan para bidadari itu. Itulah yang aku takutkan untuk menemani kamu semalam menuju ke sungai biru itu, karena nantinya kamu pasti akan mendengar hal-hal yang tidak ingin kamu dengar. Kamu akan marah dan kamu akan merasa sakit hati,” ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya membelalakkan matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Hakya, karena seolah-olah Hakya sudah tahu hal itu bakal terjadi."Itu artinya kamu sudah tahu kalau semua bidadari itu mengidolakan kamu, dari apa yang kamu katakan itu kamu sudah tahu bahwa di kayangan nama kamu begitu ranum dan menjadi dambaan semua bidadari agar bisa menjadi istri kamu?" tanya Kanaya kepada Hakya.Hakya kemudian menggeleng mendengar apa yang ditanyakan oleh Kanaya, sebagai seorang setengah dewa Hakya pasti tahu apa yang terjadi di tempat-tempat tertentu, dan dia pasti tahu di mana saja orang-orang yang mendengungkan namanya."Hal itu juga tidak akan terjadi, Kanaya,” ujar Hakya kepada sang istri samb
"Tidak, aku percaya sama kamu, Hakya. Mulai hari ini aku percaya, tapi ketika kita turun dari bukit ini, kamu tidak akan pernah menduakan aku dengan manusia kan?" tanya Kanaya lagi kepada Hakya.Sepertinya Kanaya benar-benar ketakutan kehilangan Hakya, tadinya ketakutan kalau Hakya menikahi bidadari. Sekarang Kanaya ketakutan jika Hakya menikahi salah satu makhluk bumi.Kanaya benar-benar tidak bisa membayangkan kalau Hakya akan menikahi salah satu makhluk bumi, itu artinya Hakya akan semakin kuat untuk tinggal di bumi dan akan menyelesaikan tugas yang diberikan dewa kepadanya dengan sangat baik."Kamu adalah satu-satunya makhluk bumi yang ditakdirkan oleh dewa untuk menjadi istriku sejauh yang aku tahu. Jadi, aku rasa aku tidak akan tertarik kepada makhluk yang lainnya untuk dijadikan pasangan, cukup kamu saja. Kita akan hidup bersama selama-lamanya mendidik anak-anak kita yang banyak," ujar Hakya kemudian."Setelah kita tua, kita hanya tinggal memilih mau tetap tinggal di bumi atauk
Bhusssst. Suara berdesis seperti ledakan ketika Hakya membuka kembali satu lagi tutup kendi tersebut, membuat Hakya sangat terkejut, dan kali ini terlihat air yang berwarna merah kehitaman sehingga membuat Hakya semakin lemah. Dia kecewa pada dirinya sendiri. "Dewa, apakah artinya aku salah membuat ramuan obat untuk Kanaya? Bagaimana kedepannya nasib kami jika aku tidak bisa membuat ramuan ini, apakah aku harus kembali naik ke bukit utara untuk mengambilkan daun ini lagi?” “Dewa, apakah memang kamu baru memberikan kesempatan kepada bumi untuk lebih baik dengan kekeringan ini? Apakah benar-benar engkau sedang mentakdirkan bumi dan makhluk bumi ini untuk berbenah, dan menyadari semua ketamakan dan keserakahan mereka?" tanya Hakya sambil meratapi kendi tersebut. Hakya sampai lupa kalau dia membuat ramuan tersebut tidak hanya satu kendi, sedangkan kendi yang sedang dibukanya itu baru dua kendi. Namun, Hakya juga tahu kalau seluruh kendi tersebut semua komposisi dan ramuannya sama, ba
"Apa kamu serius?" tanya Kanaya kepada Hakya.Sepertinya Kanaya belum percaya kalau ramuan yang dibuat oleh Hakya tersebut gagal. Karena Kanaya begitu yakin kalau suaminya itu bisa membuat ramuan yang lebih baik, selama ini Kanaya melihat Hakya begitu gigih dalam menemukan obat untuk semua orang. Kanaya percaya kalau Hakya mampu mengenali dan membuat obat-obatan dengan baik, apalagi ini untuk kepentingan keluarganya dan juga bumi.Hakya hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan sangat lemah, dia sudah tidak ada lagi semangat ketika dia mendapatkan kegagalan seperti itu.Dan ini adalah kegagalan pertama dalam hidup Hakya.Kanaya kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan ramuan obat tersebut, dan ini adalah kali pertama Kanaya masuk ke dalam ruangan itu. Selama ini Kanaya tidak pernah ingin tahu dan tidak pernah mencari tahu apa yang ada di dalam ruangan tersebut, karena ia tahu itu adalah ruangan tempat meracik obat-obat yang akan dibuat oleh Hakya.Hakya hanya mengikuti langkah kaki s
Akhirnya semua kendi itu sudah turun dari raknya."Apa maksud kamu Kanaya?" tanya Hakya kepada sang istri bahagia kemudian menatap Kanaya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan ketika Kanaya teringat kalau Kanaya mengatakan ramuan itu belum jadi.Hakya tidak paham lagi dengan apa yang disampaikan oleh Kanaya tersebut, karena selama ini Kanaya bukanlah orang yang bisa mengenali obat-obatan. Bahkan dia hanya bisa terima saja, itulah sebabnya dia meminum ramuan penggugur kandungan dari ibunya itu. Tapi kenapa bisa saat ini Kanaya dengan begitu percaya dirinya mengatakan hal itu tidaklah gagal. Bahkan Kanaya berlagak seperti seorang dewa obat saja."Coba saja kamu perhatikan, dari setiap warna ramuan di dalam kendi-candi ini. Setiap Kendi itu memiliki warna yang berbeda. Menurutku saat ini proses fermentasi ini masih berlanjut, jadi setiap kendi menunjukkan proses yang berbeda. Kemungkinan karena adanya pengaruh udara dari luar yang masuk atau pengaruh bakteri yang terlalu sedikit atau
"Kita harus menunggu beberapa saat lagi agar proses fermentasi ini berlanjut. Dan mungkin jika di buku dituliskan bahwa 5 hari, maka kita harus menambahkan sekitar 3 sampai 5 hari lagi. Kita memberikan waktu dan kesempatan kepada ramuan ini untuk melakukan fermentasi yang lebih sempurna.”“Yang penting saat ini kamu tidak boleh lagi berputus asa dan merasa gagal,” ujar Kanaya kepada Hakya. Kanaya sedang berusaha untuk membesarkan hati Hakya, dia tidak ingin Hakya menjadi down dan putus asa, hingga akhirnya Hakya akan berhenti untuk membuat obat-obatan itu. Karena saat ini sangat terlihat jelas kekecewaan di mata Hakya.Hakya kemudian menganggukkan kepalanya, dia merasa sedikit lega ketika melihat Kanaya yang tampak bersemangat dengan ramuan tersebu. Kanaya yang tampak biasa-biasa saja ketika dia mengatakan kalau mereka harus menunggu beberapa waktu lagi untuk ramuan itu melakukan fermentasi. Kanaya tidak menunjukkan kekecewaannya, bahkan dia selalu menyemangati Hakya."Terima kasih k