Hening."Siapa di sana?"Tuan Kafka mencoba untuk mencari sumber suara tersebut, membuat Hakya sedikit merasa takut karena usahanya untuk menyelidiki kedua mertuanya itu hampir saja ketahuan.Meoong! Meong!Hakya kemudian mencoba untuk mengelabui Tuan Kafka dengan menyerupai suara seekor kucing. Hakya berharap dia bisa untuk membuat Tuan Kafka percaya bahwa yang barusan membuat suara itu adalah seekor kucing."Kucing? Apakah mungkin kucing yang kehausan? Karena sekarang suasana di sini benar-benar kering," ujar Tuan Kafka yang kemudian kembali masuk ke dalam gubuk tersebut.Ceklek!Terdengar suara pintu gubuk di kunci dari dalam.Hakya mengelus dada pertanda dia sekarang merasa lega, karena ternyata dia bisa membuat Tuan Kafka begitu percaya kalau itu adalah suara kucing yang mengganggu mereka.Hakya kembali mencoba mendekati gubuk itu, dan mencari cara untuk melihat dan mencari-cari celah melihat ke dalam gubuk itu."Ada apa sebenarnya di sana?" tanya Hakya dalam hatinya.Hakya sanga
"Berarti mereka benar-benar mempelajari ilmu hitam dan mengamalkannya?" tanya Hakya dalam hatinya. Hakya terus mengamati apa yang dilakukan oleh Tuan kafka dan nyonya Farah, ibu mertuanya itu tampak terus menaburkan menyan di dalam wadah yang masih mengebulkan asap tersebut sehingga bau kemenyan benar-benar menusuk hidung. "Siap Ratu! Kami memanggil Ratu datang kemari untuk memberikan laporan mengenai tugas yang Ratu berikan kepada kami tempo hari," ujar Tuan Kafgka yang kemudian membuka suaranya, namun tidak membuka matanya. Mereka berbicara kepada asap yang terus mengepul itu, dan Kafka tahu itu adalah Ratu Ilmu Hitam yang sering disebut-sebut oleh orang-orang sangat menakutkan, yang katanya sering mengganggu kehidupan manusia dan bahkan anak buahnya banyak menjadi preman pasar yang suka menjarah harta-harta para pedagang. "Hahaha…. Akhirnya kalian benar-benar bisa diandalkan. Aku tidak menyangka kalau ternyata kalian bisa diandalkan. Aku pikir kalian hanyalah dua orang yang han
"Apakah ada sesuatu yang terjadi, Ratu?""Sesuatu yang besar telah terjadi di negeri ini, kalian lihat daun-daun dan kering itu malah terbakar terkena hujan. Dan itu sangat tidak masuk akal," ujar Ratu Ilmu Hitam dengan suara yang menggema dan terdengar seperti sedang ketakutan."Aku harus segera pergi!"Gulungan asap tebal yang tadinya berputar-putar di dalam gubuk tersebut kemudian menghilang, namun baru saja beberapa detik asap itu menghilang terdengar teriakan yang begitu menyayat hati."Aku panas. Aahh ini panas sekali…. "Itu adalah suara Ratu Ilmu Hitam yang terkena tetesan air hujan, padahal tubuhnya berbentuk asap tapi dia tetap merasakan panasnya tetesan air hujan tersebut. Sehingga dia menjerit melolong-lolong hingga suaranya menghilang dan semakin jauh. Kemungkinan dia berhasil kembali ke kerajaannya.Sementara itu Hakya yang berada di belakang gubuk itu segera menerobos hujan, dia ingin pulang dan akan mengajak Kanaya untuk segera pergi dari rumah tersebut. Karena dia sud
"Apa yang terjadi sebenarnya?""Pergilah bersamaku, Kanaya. Karena di sini tidak aman untuk kamu dan ini sangat membahayakan, nanti aku akan menjelaskan semuanya kepada kamu, asal berikan aku kepercayaan," ujar Hakya meyakini Kanaya yang masih tampak ragu. Walaupun dia tetap menurut apa yang diminta oleh Hakya untuk bersiap-siap pergi.Kanaya masih tampak terdiam beberapa saat sambil dia menyiapkan pakaian mereka untuk dimasukkan ke dalam sebuah tas, karena dia tidak tahu Hakya akan membawa dia ke mana kalau pergi dari rumah itu.Padahal selama ini, yang mereka tahu Hakya tidaklah memiliki kekuatan atau tidak memiliki kemampuan apapun, bahkan bertahun-tahun saja hanya menumpang hidup di keluarga mereka, dan sekarang Hakya nekat membawakan Kanaya keluar dari rumah itu."Kita akan pergi ke mana?" tanya Kanaya kepada Hakya ketika semua barang mereka sudah siap."Kita akan pergi ke suatu tempat, di mana tidak akan ada orang yang bisa menemukan kita dan di sana kita akan memulihkan kondisi
"Tidak akan!""Apakah kau sudah bosan hidup, hah?!" tanya si iblis bermata merah tersebut.Iblis bermata merah itu membuka mulutnya yang ternyata begitu lebar, sehingga mungkin kalau untuk menelan Hakya dan Kanaya itu dengan begitu mudah, membuat Kanaya hanya bisa memejamkan matanya. Dia tidak bisa membayangkan kalau mereka berdua masuk ke dalam mulut iblis tersebut."Kalian tidak akan bisa untuk melawanku!” ujar Hakya.Iblis bermata merah itu tergelak mendengar apa yang disampaikan oleh Hakya, karena menurut sang iblis Hakya benar-benar sombong, dia tidak tahu siapa yang dia lawan adalah iblis terkuat di muka bumi ini.“Berpeganglah padaku dengan kuat, jangan sampai kamu terjatuh," bisik Hakya kepada Kanaya.Sementara itu Kanaya hanya bisa menganggukan kepalanya dengan begitu pelan, Kanaya sangat merasa ketakutan, apalagi melihat taring dari iblis tersebut yang benar-benar menakutkan.Hakya tahu sejak tadi Kanaya masih belum yakin terhadap Hakya, kenapa mengajak Kanaya pergi dari rum
“Menyerahlah, jika kau tidak ingin mati!” teriak iblis bermata merah tersebut masih mencoba untuk meminta kepada Hakya menyerah. "Tidak akan!" teriak Hakya kemudian. Ciaaat! Para iblis mengambil langkah serentak dan mencoba menyerang Hakya secara bersamaan, namun beberapa detik kemudian terdengar mereka saling mengaduh karena mereka hanya bertabrakan sesama. “Arrrgght!” Ternyata Hakya sudah menghilang dari tempat tersebut. Hal itu membuat iblis begitu marah, dia memerintahkan kepada semua anggotanya untuk mencari keberadaan Hakya. "Kejar dia! Kenapa dia bisa menghilang? Kenapa dia bisa lolos?!” tanya sang iblis bermata merah tersebut dengan lidah yang menjulur keluar. Sementara itu Kanaya yang berada di punggung Hakya, mulai membuka matanya ketika dia tidak merasakan hal apapun atau tidak merasakan serangan dari para iblis itu. Kanaya begitu terkejut ketika saat ini dia dan Hakya sudah melewati pasar dan langkah kaki Hakya seperti seorang yang berlari dengan kecepatan yang begit
"Aku Hakya, suami kamu."Kanaya mencebik mendengar jawaban yang diberikan oleh Hakya tersebut. Karena Hakya menjawab pertanyaannya dengan tidak serius."Aku serius, Hakya. Karena, tidak semua orang yang bisa naik ke bukit ini. Dan kamu mampu melakukannya tanpa hambatan, bahkan sambil menggendongku," ujar Kanaya pelan dengan mata yang menatap tajam ke arah Hakya.Dari pandangannya Kanaya sedang mencoba mendesak Hakya untuk mengatakan kepadanya mengenai siapa dirinya yang sebenarnya.Namun, tiba-tiba hujan turun dengan begitu deras. Membuat Hakya menarik Kanaya dengan cepat untuk masuk ke dalam rumah yang terbuat dari batu tersebut.Yang Hakya takutkan adalah hujan seperti pagi tadi yang panas bagaikan api, dan ternyata semua biasa saja. Hujan layaknya air biasa."Kamu belum menjawab pertanyaanku, Hakya," ujar Kanaya pelan sembari memainkan tetesan air hujan yang jatuh dari atap terasa begitu dingin dan menyegarkan.Hakya menghela nafas berat mendengar Kanaya yang terus mendesaknya untuk
"Jangan takut, ini hanyalah akan turunnya hujan. Tidak ada yang perlu ditakutkan,” jawab Hakya sambil mulutnya terus berkomat-kamit memandang langit yang semakin menggelap itu. Sementara itu burung gagak semakin mengeluarkan suara yang benar-benar menyayat hati, membuat Kanaya semakin takut. Sehingga Kanaya berpegang erat kepada tangan Hakya, Kanaya takut akan terjadinya sesuatu apalagi mereka sedang berada di atas bukit. Rasanya jarak antara mereka dan langit itu sangatlah dekat. "Kita akan pulang ke rumah sekarang, kita harus masuk ke dalam rumah untuk berlindung jika memang Dewa sedang meluapkan amarahnya," lanjut Hakya kepada Kanaya sambil membimbing sang istri untuk kembali ke kamar mereka. "Aku takut jika bukit ini akan roboh, maka kita akan tenggelam di dalamnya. Dan tidak ada orang yang tahu kalau kita berada di sini hingga akhirnya kita akan abadi di dalam bukit ini,” ucap Kanaya kemudian. Hal yang paling Kanaya takutkan adalah bukit itu roboh karena mulai terasa getaran da