"Ayolah suamiku... Jangan lemah, lihatlah kami, meski kami kehilangan Indira tapi kami tetap tegar dan mampu melanjutkan hidup." Bunda menyindir Ayah sambil tetap melanjutkan makan dengan santai."Jangan terus menyindirku aku bosan mendengarkan kata-kata itu.""Semoga kau bisa mengatasi masalahmu meski kami berharap tidak!""Kalian memang penjahat," gumam ayah sambil mengernyitkan bibir dengan sinis. Aku dan bunda tertawa.Kami puas, karena hari ini ayah akan benar-benar dapat masalah besar. Begitu pula tante Priska, suasana akan heboh jika tahu wanita secantik itu rela menjadi istri kedua dan tidak melangsungkan pernikahan dengan cara hukum yang sah. Aku yakin banyak orang yang akan menyesalkan pilihan hidup Tante priska yang konyol. Terserahlah.*Apa yang kudapatkan di sekolah tidak pernah kubayangkan sebelumnya karena baru saja masuk kelas tiba-tiba wali kelas menarik tanganku dan langsung menyeret diri ini, dari antara kerumunan siswa dan membuat diri ini menjadi pusat perhatia
Aku keluar dari ruang bimbingan konseling dengan wajah babak belur dan bengkak. Rambutku berantakan dan air mataku berderai. Suasana lorong ruang kantor dan ruang guru sepi karena ini adalah jam pelajaran pertama. Dengan tertatih, menahan denyut di seluruh tubuhku yang sakit bekas dipukuli, aku ke kamar mandi. Kubuka pintu rest room siswi lalu menuju wastafel, kubasuh wajah sambil menatap tampilan diriku yang menyedihkan. Sekali lagi, entah kenapa aku merasa iba pada diriku sendiri. Air mataku meleleh, aku mulai tergugu, marah, kesal dan dendam. Sakit hati karena dipermalukan dan dipukuli dengan cara yang brutal. Lalu, siapa yang bertanggung jawab, karena siapa masalah ini terjadi, ya, itu, karena ayahku! Semuanya karena dia.Aku menangis, menahan sakit di wajah, leher, kepala dan tanganku. Aku terjatuh duduk di lantai sambil memeluk lutut dan tergugu pilu tanpa disadari seorang pun. Kuraih ponsel dari saku rok, lalu melakukan panggilan video pada ayah. Ayah tidak mengangkatnya.
Usai membakar mobil orang, aku kembali ke rumah. Menyusuri jalan yang di sebelah kirinya ada danau dan tempat rekreasi dengan banyak pohon yang teduh, aku jadi tertarik sehingga kuputuskan untuk berhenti di sana duduk sambil merenungi rencana sembari menunggu matahari terbit.Aku terduduk sambil merindukan beberapa orang yang sudah hilang dalam hidupku, merenungi setiap perbuatanku dan memikirkan keputusan bahwa aku tidak akan berhenti membalaskan dendam atas perbuatan priska dan keluarganya. Memang tidak baik memupuk dendam tapi manusia yang lemah sepertiku ini tidak punya pilihan lain selain bersikap dengan gamblang.Ketika melihat waktu sudah hampir pukul 06 aku segera menyalakan motor lalu meluncur kembali ke rumah saat mendorong pintu gerbang dan memasukkan motor kebetulan bunda sedang menyapu halaman jadi beliau segera menghampiri dan menanyakanku."Kau dari mana? Kenapa penampilanmu aneh seperti ini, serba hitam dengan jaket yang longgar seperti itu, juga bau badanmu seperti
Bodoh itu membalas pelukanku dan ciuman ku di dalam ruangan kerjanya beberapa saat kami berpaku terhingga kemudian dia tiba-tiba mendorongku dan membenahi pakaiannya yang berkali-kali kuremas."Menyingkir dariku, Kenapa kau berusaha merayuku?"Mendengar dia berpura-pura sok alim dan tidak bersalah, aku hanya tertawa sinis sambil mengusap bibirku, aku tidak peduli tentang apa yang dia lakukan setelah kami berciuman, yang penting aku sudah dapatkan rekaman mesum tentangnya, maka mudah bagiku melakukan pengeditan lalu mempostingnya. Aku mempertaruhkan banyak hal yang mengorbankan diriku sendiri untuk membalas satu orang yang telah merebut kebahagiaan keluargaku.Entah usahaku akan sepadan dengan hasilnya Aku tidak tahu, tapi yang pasti aku tidak akan berenti berusaha."Kenapa anda menolakku setelah baru saja menciumku?""Aku hanya khilaf," ujarnya."Berarti anda juga tidak bisa membendung nafsu kan?""Salahmu membuka pakaian di hadapanku Aku hampir saja rupa diri, dasar!""Berarti anda
"a-aapaa Mas?""Meski dia sudah menyamarkan CCTV tapi aku tahu persis bawa gestur dan kedatangannya itu adalah perbuatannya. Kenapa dia harus membakar mobil senilai ratusan juta sehingga itu dibebankan kepadaku agar aku bisa mengganti atau kalau tidak maka Putri kita akan masuk penjara, aku harus bagaimana ini naifa!"Mendengar teriakan itu di lantai. Bunda langsung jatuh terduduk dan menangis. Aku sendiri berlutut dan segera minta maaf sementara Ibuku hanya bisa tergugu sambil menutupi tangannya ke wajah."Sepertinya kita tidak punya pilihan lain selain mengantarkan anak kita ke kantor polisi karena sebagai orang tua kita sudah kewalahan dengan sikapnya! Semakin Aku berusaha memperbaiki keadaan semakin menjadi-jadi pula sikap anaknya itu, naifa!"Dengan tangan gemetar Bunda berusaha meraih ponsel yang ada di lantai itu sementara suara ayah terdengar sangat lantang. Ayah terdengar sangat murka dan mungkin kalau bertemu denganku dia pasti akan membunuhku."Suruh dia diam di rumah kar
*Seperti yang kuduga kehebohan terjadi, baru saja sampai di sekolah aku telah melihat beberapa petugas polisi dan pejabat dari kantor dinas pendidikan menemui kepala sekolah, mereka berkerumun di depan ruang kepsek dan saat beberapa orang melihatku mereka langsung menunjuk ke arahku."Itu alana!" ujar mereka heboh."Alana kemarilah." Guruku segera memanggil dengan wajah tegang dan memintaku untuk mendatangi mereka."Ada apa Pak?" tanyaku dengan ekspresi datar."Kamu harus bicara padamu karenanya, mendekatlah Kakak ruang guru dan kita akan berdiskusi.""Berdiskusi atau menghakimi saya?""Tolonglah, ayo cepat," jawabnya mengarahkan langkahku untuk mengikutinya. Aku tahu apa yang akan terjadi di sana tidak perlu dijelaskan pun kehebohan yang sudah kubuat pasti menjerat diriku dalam masalah yang besar.Ketika aku memasuki ruang guru beberapa orang langsung berdiri dan terlihat kesal. Termasuk lelaki tambun berwajah sangar, kepala sekolahku itu."Kenapa kau menjebakku dan menghancurkan r
Aku tidak mengikuti pelajaran hari ini melainkan aku langsung digelandang ke dinas pendidikan dan dibawa ke pusat rehabilitasi anak yang mengalami permasalahan hukum dan krisis moral.Sebenarnya aku tidak suka diriku berada di tempat itu, aku seolah telah menjatuhkan nama baik dan harga dirikum Tapi demi mencapai tujuan bahwa aku ingin merumitkan hidup ayah dan tante Priska maka akan kulakukan apapun untuk membuat mereka berdua pusing dan akhirnya memilih untuk berpisah. Sebenarnya aku tidak percaya pada diriku sendiri dan kemyataan aku berubah. Mengapa aku yang tadinya adalah anak baik dan berbakti serta selalu fokus pada pendidikan, tiba-tiba menjadi rusak dan rela kehilangan segalanya. Aku terjebak dendam dan masalah demi masalah yang terjadi setiap harinya, mempengaruhi diri ini lalu merusak mentalku.Aku tumbuh menjadi anak yang keras, egois dan mudah tersinggung, mudah panik perhitungan dan sistematis. Aku tidak mau segala sesuatu berjalan tidak sesuai rencana, Aku ingin segala
Betapa sakitnya hatiku membaca SMS ayah, betapa dia tega menuliskan kata-kata bahwa dia berlepas diri kepada kami dan mulai hari ini aku tidak boleh memanggilnya Ayah lagi. Tiba-tiba kebencianku semakin menjadi-jadi saja dan aku jadi ingin meludah ke wajahnya.Jujur hal itu sangat menyedihkan dan telah meremukkan perasaan dan harapanku, tapi aku tidak punya lagi air mata untuk menangis. Aku hanya tertawa sambil memperlihatkan ponsel itu kepada Bunda. Air mata Bunda juga jatuh membaca pesan yang dituliskan ayah. Dengan bibir gemetar Bunda seperti tidak kuasa membaca kalimat demi kalimat yang dilontarkan ayah lewat layar datar itu."Apakah Ayahmu memutuskan hubungan dengan kita?""Itu jelas sudah tertulis Bunda, kita tidak perlu mengharapkan apapun lagi darinya.""Lalu bagaimana kita akan hidup?""Emangnya selama ini Bunda tidak pernah hidup mandiri dan harus bergantung kepada orang lain? Apakah di masa muda bunda tidak pernah bekerja. Mengapa Bunda sama sekali tidak menunjukkan keteg