Share

62

Aku keluar dari ruang bimbingan konseling dengan wajah babak belur dan bengkak. Rambutku berantakan dan air mataku berderai. Suasana lorong ruang kantor dan ruang guru sepi karena ini adalah jam pelajaran pertama. Dengan tertatih, menahan denyut di seluruh tubuhku yang sakit bekas dipukuli, aku ke kamar mandi.

Kubuka pintu rest room siswi lalu menuju wastafel, kubasuh wajah sambil menatap tampilan diriku yang menyedihkan. Sekali lagi, entah kenapa aku merasa iba pada diriku sendiri. Air mataku meleleh, aku mulai tergugu, marah, kesal dan dendam. Sakit hati karena dipermalukan dan dipukuli dengan cara yang brutal.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab, karena siapa masalah ini terjadi, ya, itu, karena ayahku! Semuanya karena dia.

Aku menangis, menahan sakit di wajah, leher, kepala dan tanganku. Aku terjatuh duduk di lantai sambil memeluk lutut dan tergugu pilu tanpa disadari seorang pun.

Kuraih ponsel dari saku rok, lalu melakukan panggilan video pada ayah. Ayah tidak mengangkatnya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status