Share

46

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-15 09:27:20

Entah apa yang membawa suasana pagi-pagi yang damai ini tiba-tiba dipenuhi dengan keriuhan. Aku yang sedang sarapan bersama Bunda dengan ketenangan hati kami setelah salat Subuh dan mandi tiba-tiba dikejutkan oleh ketukan di pintu utama.

Tok tok.

"Permisi, assalamualaikum ...." Aku dan Bunda saling memandang saat mendengar suara wanita dewasa yang memanggil dari depan sana. Nenek dari ibuku tidak mungkin datang karena posisi beliau yang beda pulau dari kami. Aku yakin yang datang sekarang adalah orang lain yang belum pernah datang ke rumah ini.

"Sebentar ya Bunda bukakan," ucap Ibuku sambil bangkit dari meja makan dan segera bergegas menuju ke pintu utama.

Aku Yang penasaran juga akhirnya meninggalkan sarapan dan pergi ke depan untuk melihat Siapa yang datang. Saat daun pintu terbuka bertambah terkejutnya aku karena ternyata yang datang adalah keluarga Ibu tiriku. Ada adiknya dan suaminya serta Ayah dan ibunya. Herannya, Tante tidak terlihat sama sekali.

"Assalamualaikum...." ucap Ay
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   47

    Usai mengatakan itu keluarga Tante Riska mengeluarkan sejumlah uang untuk kami, mereka meletakkan amplop coklat yang begitu tebalnya entah untuk apa tujuannya."Kalian juga bisa mendapatkan penawaran lebih Kalau tidak mau tinggal dengan Priska, kami akan membayar kalian berapapun kalian inginkan.""Bagaimana kalau aku minta uang miliaran Apa kalian bisa?""Maka pertanyaan harus dikembalikan padamu, Apakah setelah menjual suamimu miliaran rupiah, apakah kau akan merasa puas dan ikhlas melupakannya?" tanya ayah Tante Priska.".... Jika di dalam hati kalian masih tersisa cinta maka janganlah bersikap munafik dan menahan perasaan. Kenapa tidak hidup berdampingan dan mencoba menjadi saudara lalu saling berbagi dalam suka dan duka. Apa susahnya semua itu?" tanya Kakek Hamid."Jika demikian aturlah caranya," ujar Bunda sambil menutup percakapan."Kalau begitu terimalah uang ini dari kami sebagai bentuk permintaan maaf dan bela sungkawa. Kami tidak bermaksud membeli harga diri kalian, tapi ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   48

    "Ada apa lagi Rindi?" ibunda tante Priska bertanya kepada tante Rindi perihal Mengapa Tante Riri terlihat begitu panik dan tante Priska terdengar menangis dari seberang sana."Ini ... Kakak nggak sengaja nabrak orang dan orangnya lagi gawat di rumah sakit, dia lagi ditahan di pos pengamanan, karena warga sekitar sedang mengamuk.""Apa?! Ayo bergegas ke sana dan hubungi polisi jangan sampai ada terjadi sesuatu kepada Priska," jawab ayahnya sambil mengajak anggota keluarganya.Tanpa mengatakan apapun kepada ayah mereka berempat langsung pergi bergegas begitu saja meninggalkan aku dan Bunda serta Ayah yang terkapar dengan wajah bingung.Melihat kepergian mereka Ayah hanya bisa menghalalkan nafas sambil menggelengkan kepala dan berdecak kecil."Ayah nggak mau ikut?" kepada ayah yang terlihat ingin bangun tapi tidak sanggup."Pertanyaanmu rasanya tidak perlu Ayah jawab.""Baguslah, sekarang hanya tersisa kami berdua yang akan menjaga dan mengurusi ayah. Faktanya keluarga kedua tidak akan l

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   49

    *Pukul 08.00 malam mereka tidak kunjung kembali juga bahkan tidak menelpon sama sekali. Ayah yang mulai gelisah di tempat pembaringannya terlihat terus-menerus menatap ponsel dan menghubungi tapi tidak dijawab.Beliau terlihat sangat khawatir bahkan lebih khawatir dibanding ketika Bunda atau salah satu dari anggota keluarga kami sakit. Aku ingin sekali menyindirnya tapi kali ini Bunda tidak membiarkanku. Mungkin karena itu akan membuatku semakin berdosa jadi sebagai ibu bunda melarangku untuk bersikap melampaui batas."Daripada duduk saja mari siapkan makan malam," ujar Bunda sambil mengajakku beranjak ke dapur."Untuk apa kita siapkan makan malam di rumah orang Apakah mereka dijamin mau memakan masakan Bunda?" tanyaku."Uhm, setidaknya kita masak untuk ayah.""Ah, baiklah," jawabku sambil menghela napas.Aku dan bunda ke dapur, membuka kulkas dan mengambil sosis dan ayam, aku mengoreng sosis sementara, bunda masak ayam saus asam manis kesukaan ayah. Usai masak kami bawakan nasi han

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   50

    Aku melenggang melewati mereka semua, naik menyusuri tangga dengan langkah elegan, dengan dagu yang terangkat, dan hati yang puas karena telah berhasil mengucapkan apa yang aku inginkan.Benar aku telah menghinakan semua orang dan yang paling parah aku telah menghinakan Ayahku sendiri. Ya, dia pantas mendapatkannya atas semua perbuatannya. Fakta itu adalah hal yang tidak mampu dia pungkiri karena kalau kondisinya sebagai pria miskin yang tidak begitu tinggi jabatannya, ketika menikahi seorang wanita kaya yang punya banyak warisan dan berasal dari keluarga terhormat, maka mau tidak mau ayah akan selalu menundukkan diri dan mengalah. Itu artinya Ayah tidak akan punya hak untuk berpendapat atau mengambil keputusan. Sungguh Ayah telah menukar harga dirinya dengan uang. Sungguh dia telah menggadaikan marwah dirinya hanya demi kenikmatan sesaat yang belum tentu dia benar-benar akan bahagia dengan itu.*"Kau puas mengatakan itu di hadapan mereka?" tanya bunda ketika kami berbaring di temp

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   51

    "betul sekali, jangankan mendidik diriku mendidik dirinya dan mentalnya saja dia tidak bisa," jawabku sambil mengambil tas selalu melenggang pergi.Ayah terkejut, ibu dan Tante Priska juga, aku tak peduli, aku hanya tertawa lalu menjauh."Lihat anak itu, aku tak yakin kalau dia adalah anak dan keturunan Hafiz yang sopan santun dan bijaksana," ujar Tante Priska. Aku yang sedang berjalan langsung menghentikan langkah dan tersinggung sekali langsung saja aku balikan badan dan berlari sekencang mungkin lalu menarik rambutnya yang panjang.Kujambak dia sampai tiba-tiba terjatuh dan tersungkur ke lantai.Brak!Ah!Semua orang terkejut mendengar jeritan tante Priska begitu pula Ayah yang ingin membela istrinya tapi tidak kuasa karena masih sakit."Beraninya kau meragukan keabsahan aku keturunan siapa!""Kurang ajar!" Ujar Ayah tante Priska yang tiba-tiba mendekat dan berusaha menamparku tapi aku segera mundur menjauh darinya sehingga tamparan itu tidak kena."Kakek Hamid, aku juga meragukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   52

    *Sore yang damai dengan angin berembus sepoi-sepoi mengundang diri ini untuk duduk di sofa santai dekat taman mini yang ada di samping rumah. Kunikmati udara yang berembus sambil melihat daun tanaman hias yang ikut bergoyang oleh terpaan angin.Pikiranku menerawang, perasaanku hampa meski ayah dan bunda masih ada, pandanganku terarah pada foto keluarga saat lebaran tahun lalu, ada nenek dan kami duduk dengan pose senyum penuh bahagia. Saat itu semuanya terasa sempurna, hidup kami selaras dan harmonis seperti air yang mengalir dalam sejuknya sungai yang Bayangi pohon rindang. Kehadiran Tante Priska seperti badai yang menggulung, seperti erupsi gunung berapi yang memporak-porandakan semuanya."Ah, ayah, semua ini karena ayah, Tuhan mengapa ini terjadi." Aku menggumam sendiri sambil menahan air mata yang bergulir di pipi."Apa yang kau pikirkan?" tiba tiba Bunda hadir dari belakangku."Tidak ada," jawabku lirih, kuhapus segera air mata agar bunda tak melihatnya. Wanita berhati lembut i

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   53

    “Cukup dengan semua pertengkaran yang tidak ada ujungnya, aku lelah, hentikan saling menatap seperti musuh padahal sebenarnya aku tak pernah ingin kalian menjadi musuh, kita ini keluarga. Priska pulanglah, untuk malam ini aku akan di sini," ucap ayah.Untuk pertama kalinya aku senang mendengar Ayah mengatakan itu dalam artian akhirnya dia mau menghabiskan waktu bersama kami, Alhamdulillah akhirnya Ayah menyadari kalau kami juga butuh waktu bersamanya."Benaran Mas?""Iya, aku baik baik saja jadi kau tidak perlu khawatir. Besok pagi aku akan kembali.""Lihat kan, kini ayahku lebih mementingkan dirimu, dia lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu dibandingkan dengan kami.""Itulah hebatnya aku," jawabnya sambil tersenyum sinis dan menjauh pergi.Setelah kepergian si jalang itu tinggallah aku bersama orang tuaku, kupandangi ayah dan ibuku yang saling canggung satu sama lain aku hanya menghela nafas panjang, kemudian aku mengajak mereka duduk di sofa untuk bicara.Saat melihat kedua oran

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   54_55

    "Berikan uang itu padaku," ucapku sambil merampas uang merah itu dari tangan Radit, temanku langsung merajuk ekspresinya. "Mau ngapain sih.""Mau berbuat sesuatu yang ekstrim," jawabku sambil tersenyum."Eh, kamu mau ngapain sih, apa rencana kamu?"Tanpa memperdulikan temanku, aku ketaman sekolah untuk mencari Mang Udin, kuhampiri petugas tukang kebun itu lalu kubayar ia agar meminjamkan Gunting besar miliknya."Buat apa neng?""Buat prakarya Pak," jawabku. Kudatangi motor ibu tiriku di lokasi parkir khusus tamu lalu menggunting kabel rem belakang dan depan tanpa banyak berpikir Temanku Radit panik dan menggumam, berusaha mencegah, tapi aku yang sudah muak segera melakukan niatku."Aduh, ada CCTV loh.""Bodo amat.""Kalau keliatan orang kita bisa jadi kriminal.""Aku bilang bodo amat," jawabku sambil melangkah menjauh.Bel masuk berbunyi tepat saat aku mengembalikan gunting pada tukang kebun, aku dan Radit berjalan beriringan sambil terus saja sahabatku mengoceh dengan gelisah, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15

Bab terbaru

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   100

    Pada akhirnya setelah diskusi panjang lebar dan keluargaku membujukku, maka aku pun setuju untuk pulang ke rumah keluarga dan ahli warisku. Sebetulnya aku tidak terlalu ingin bersama mereka tapi bagi mereka tidak aman diriku untuk tinggal sendiri di tengah teror dan ancaman keluarga Tante Priska.Meski nantinya keluarga Priska tidak akan lagi menemuiku, tapi tetap saja keluargaku khawatir tentang diri ini yang sendirian karena aku adalah anak perempuan. Belum lagi usaha kedai yang mungkin tak akan bisa kukelola dengan maksimal. Kedai itu terancam gulung tikar sebentar lagi.*Aku pindah ke rumah nenekku, tinggal di sebuah kamar di lantai dua bersebelahan dengan kamar oma. Sikap Oma berubah drastis, dia yang tadinya biasa saja, jadi sangat perhatian dan sayang. Mungkin karena besarnya rasa bersalah padaku dan Bunda. Nenek jadi sangat lembut, penuh kasih sayang dan berusaha memenuhi kebutuhanku.Om dan tanteku juga sama, mereka mendukung dan menyayangiku, mereka mencarikan kampus yang

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   99

    Hari itu kutemani ayah pergi ke rumah sakit jiwa di mana Bunda dirawat sekaligus ditahan. Saat pertama kali mendaftar di lorong rumah sakit dan bilang kalau kami ingin bertemu Bunda naifa, aroma khas rumah sakit serta sedikit aroma busuk mulai menguar di penciumanku.Aku juga mendengar teriakan dan suara tawa melengking yang berasal dari para pasien yang mungkin sedang berhalusinasi atau teringat dengan peristiwa traumatis mereka. Aku bisa merasakan betul tekanan dan prihatin dengan nasib pasien yang ada di situ. Aku yakin bukan keinginan mereka untuk ada di sana tapi keadaan dan mental mereka yang membuat mereka tertahan.Kami diantarkan oleh dua orang perawat ke sebuah kamar yang berada di lantai 2 dan jauh di ujung lorong sayap timur. Saat melewati koridor, aku bisa melihat di sebelah kanan dan kiri, ruang pasien yang dilapisi kaca dan jaring jeruji, berisi mereka dengan aneka tingkah laku dan keluhan. Ada yang hanya duduk di ranjang sambil menerawang menatap jendela, ada yang b

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   98

    "Aku tidak akan ikut campur kalau Tante ingin berpisah atau tetap bersama ayah, tapi ada sedikit yang mengganjal hatiku karena tiba-tiba tante ingin mendapat permintaan maaf dari ibuku. Kalian berdua sama-sama salah dan sama-sama kena getahnya, kenapa tidak saling merangkul dan saling memaafkan satu sama lain saja, tanpa harus menuntut satu harus bersujud kepada yang lain?""Maaf, ibumu telah membunuh anakku.""Kehadiranmu juga telah membunuh adikku.""Ia membuatku mendapatkan kesialan bertubi-tubi.""Karena kehadiranmu kami kehilangan ayah dan rumah, keluarga kami hancur hubungan kami dengan nenek kami juga hancur, apa Tante ingin kita mengadu nasib?""Baiklah kau menang!"wanita itu akhirnya menyerah dan hanya mendengkuskan nafas sambil terlihat kesal padaku. Dia dalam keadaan sakit dan sedih sementara dia kesal dan tidak mau menatap wajahku. Dia benahi selimutnya sendiri karena hawa AC yang mulai dingin.Kuhampiri wanita itu, lalu kubantu dia untuk memperbaiki selimut, ku tawarkan j

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   97

    "Dengar anak suamiku! Aku sedang sakit, bersedih dan ditimpa kesulitan bertubi-tubi. Aku tidak mau kehadiranmu mengeruhkan suasana dan membuat diriku makin depresi. jadi dengan penuh hormat, aku memintamu untuk meninggalkanku sendiri saja,"ucapnya sambil mengarahkan tangan ke pintu yang pertama bahwa dia mau tidak mau terpaksa mengusirku."Aduh Tante, kalau aku tidak menjaga lantas siapa yang akan membantumu pergi ke kamar mandi dan mengawasimu, kau bisa pingsan dan saluran infus itu bisa terlepas dari tanganmu dan berdarah. Harus menjagamu Demi rasa baktiku kepada ayahku. Aku tidak akan tahan terus bicara dan menatap wajahmu jadi aku akan mengawasimu dari luar, kataka. Saja kalau kamu butuh sesuatu," ucapku ketika hendak membalikkan badan dan pergi."Kau tidak perlu susah payah, urus saja ibumu yang pembunuh itu," jawabnya dengan sombong, aku tersentak saat wanita itu menyebut ibuku dengan sebutan pembunuh. Emosiku tiba-tiba ingin naik kepala Andai saja aku tidak berusaha mengendali

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   96

    Aku menelpon ayah dalam perjalanan pulang dari persidangan Bunda. Aku ingin tahu Ayah sedang apa. Apakah dia sudah sampai di rumah atau belum. Kalau belum Aku ingin sekalian pergi menjemputnya karena Ayah tidak membawa motor melainkan dia menggunakan ojek online."Halo assalamualaikum ayah...""Ya, walaikum salam."Suasana di sekitar Ayah terdengar sangat ramai dan lalu lalang orang serta keriuhan yang sulit kujelaskan, aku tidak bisa berasumsi kalau dia sedang di kantor karena tidak mungkin suasana di kantor sampai seperti pasar. Ada suara jeritan orang yang menangis dan beberapa yang lain terdengar bicara dan sulit dimengerti Apa yang sedang mereka katakan."Ayah di mana sekarang, apa yang sedang Ayah lakukan?""Ayah sedang di rumah sakit, Tante Priska menelpon ayah dan meminta ayah datang ke sini," jawabnya dengan suara pelan.Tadinya aku ingin menceritakan tentang keadaan Bunda dan putusan apa yang bunda dapatkan tapi mendengar nama tante Priska disebutkan aku jadi kesal dan mengu

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   95

    "Lalu apa pilihan Ayah, apa Ayah akan pulang dengan kami atau kembali ke Tante Priska?"Pertanyaanku itu cukup membuat ayah terhenyak dan diam saja. Dia menggeleng lalu mendesah pelan."Tidak keduanya." Ayah mendesah dan memilih beranjak dari tempat duduknya, ia trtatih pelan dengan tongkatnya menuju ke kamar.Dari belakang siluet tubuh ayah terlihat kurus, sedikit bungkuk, hilang semua wibawa dan ketegapan dirinya sejak musibah yang menimpa. Pun Tante Priska yang kini babak belur dihujam masalah demi masalah. Kasihan, tapi harus bagaimana lagi.Kini, yang harus kufokuskan adalah tentang ibuku yang menjalani hukumannya, entah berapa tahun dia di penjara aku tak tahu. Semoga hakim mempertimbangkan ketidak stabilan mentalnya agar ibuku bisa diampuni dan diberi keringanan. Meski menurut orang lain egois bahwa aku berharap ibuku yang seorang pembunuh berencana tidak dihukum berat karena gangguan jiwa, tapi aku tetap berharap itu terjadi. Semoga ada keajaiban.*Seminggu kemudian.Pagi se

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   94

    Sepanjang malam Ayah Hanya duduk di depan rumah sambil membiarkan tubuhnya ditiupkan angin malam yang datang dari lautan, libur ombak yang membentur pantai seakan seperti perasaan ayah yang saat ini merasa sangat sedih dan bersalah.Dari jendela kamar aku melihat tatapan Ayah yang menerawang, sesekali ia mengusap air matanya, sekali ia menangis sampai bahunya terguncang dan akhirnya ia kembali terdiam dalam lamunan panjang.Apa yang beliau katakan memang benar, kalau ada orang yang paling pantas menanggung kesalahan maka dialah orangnya, dialah penyebab semua masalah dan petaka yang terjadi. Kedua istrinya harus mengalami gangguan kejiwaan dan mental karena terlalu depresi memikirkan kehidupan mereka yang hancur karena ayah. Satu dikecewakan karena cintanya dan satu kecewa karena kehilangan anaknya. Puncak dari semua itu ayahlah penyebab utamanya. Anak tante Priska tidak akan mati kalau bukan disebabkan oleh ibuku yang mengalami gangguan kejiwaan dan tega berbuat hal yang nekat. Tapi

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   93

    Hal yang paling mengejutkan dan tidak pernah kuduga adalah ternyata Ibu tiriku ada di antara mereka, kupikir dia tidak ikut tapi saat ku dengar dia lama-lamat menangis dan terus merintis saat diangkat oleh orang-orang maka pahamlah aku kalau dia sudah ikut.Kulihat wajahnya yang pucat karena syok serta tangannya yang berdarah karena pecahan kaca, aku jadi merasa miris sekaligus kasihan tapi lebih banyak puasnya. Aku ingin tertawa karena pelakor itu selalu mendapatkan kesialan dan kemalangan setiap kali berkendara di jalan raya. Baru saja ia sembuh dari cedera tulang yang berkepanjangan. Kini ia harus tabrakan dan malah lebih mengenaskan lagi."Siapa yang meninggal Pak, keponakanku?" tanyanya lemas, saat ia ditandu oleh empat orang, wanita itu sempat berpapasan denganku. Ia membulatkan mata tepat saat tatapan bola mata kami saling bertautan. Aku yang masih mengenakan helm dan tidak sadar kalau tidak pakai masker segera menghindar dari wanita itu, karena aku tidak mau hal itu menimbulka

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   92

    Hari demi hari kulalui dengan penuh perjuangan yang cukup berat. Sisa uang yang ditinggalkan oleh Bunda mati-matianku kuperjuangkan untuk tetap cukup membeli bahan baku dan mengelola kedai. Aku berusaha hidup hemat dan prihatin tidak membeli kecuali sesuatu yang sangat kuperlukan. Pagi aku pergi mengambil kursus komputer dan coding, sementara sore hari aku akan sibuk di kedai untuk melayani para tamu.Sekarang Ayah tinggal bersamaku tapi aku tidak mau terlalu akrab dengannya, dia kerap menyapa dan mengajakku bercanda tapi aku menanggapinya dengan ekspresi datar dan memilih untuk menyibukkan diri dan kembali ke pekerjaanku. Jika sudah begitu, maka ayah akan dia, kemudian pergi mengerjakan apa saja yang rasa mampu ia kerjakan.Aku tetap memasak dan menyediakan makanan untuk ayah, aku tetap mencuci pakaian dan membersihkan kamarnya, tapi aku tidak banyak mengatakan apa-apa. Sesekali aku menjenguk Bunda, Tapi itu tidak terlalu sering karena bunda sendiri melarangku untuk selalu datang. B

DMCA.com Protection Status