Share

Tak Mau Berkawan

"Cinta itu datang tanpa diundang, kalau dia datang, jangan harap bisa hengkang."

----------------

"Seperti ini caranya."

Farida tak bisa mengendalikan debar-debar di dada, saat aroma parfum Iman menusuk penciumannya. Meski keduanya duduk terpisah oleh meja bulat di ruang keluarga, tetapi wangi si lelaki tercium saat mencondongkan badannya.

Perempuan itu mencoba berkonsentrasi dengan apa yang Iman katakan, tetapi nihil. Jantungnya bertalu-talu seperti suara alu yang beradu dengan lesung. Menciptakan simfoni indah yang membuat pipinya memerah.

"Kamu ngerti, kan?"

Farida tergagap. Matanya beradu dengan manik mata milik Iman. Lagi-lagi dia tertunduk. Malu rasanya bersitatap dengan lelaki yang satu bulan lalu mengaku sebagai calon suaminya. Yang membuatnya salah tingkah adalah, Iman tak pernah mengoreksi ucapan tersebut.

"Lumayan mengerti Uda dokter," sahut Farida, sambil menatap lantai marmer di bawah kakinya.

"Apa wajahku begitu buruk hingga lantai lebih menarik?"

"Bukan begitu Uda dokte
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status