Share

Salah Tingkah

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-19 18:06:22

Hujan masih betah membasahi bumi. Mengalirkan setiap derainya ke retak-retak tanah yang masih basah. Sepertinya kandungan langit itu masih akan terus menemani hingga bulan Februari. Satu setengah bulan setelah menarik laporan KDRT yang dilakukan oleh Nusa, lelaki itu memberi kabar akte cerai segera keluar. Awalnya Farida ragu jika si lelaki menepati janji, tetapi Iman meyakinkan bahwa Nusa tak bisa mengelak. Ada perjanjian tertulis yang harus disepakati.

"Farida, lihat!" Suara Iman mengalihkan mata si perempuan yang sedang mengamati kaca yang ditimpa tempias hujan.

"Nusa baru saja transfer uang tuntutanmu." Iman memperlihatkan notifikasi banking yang bernilai seratus juta rupiah.

"Dari mana dia punya uang sebanyak itu Uda dokter?" tanya Farida dengan raut tak percaya. Seratus juta satu bulan? Dulu saja kontrakan ratusan ribu saja payah lelaki itu mencari, tapi seratus juta ....

Iman tersenyum. "Bukan urusan kita dia dapat uang dari mana. Jika tak membayar sesuai dengan nominal yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Luka Perselingkuhan   Tak Mau Berkawan

    "Cinta itu datang tanpa diundang, kalau dia datang, jangan harap bisa hengkang."----------------"Seperti ini caranya."Farida tak bisa mengendalikan debar-debar di dada, saat aroma parfum Iman menusuk penciumannya. Meski keduanya duduk terpisah oleh meja bulat di ruang keluarga, tetapi wangi si lelaki tercium saat mencondongkan badannya.Perempuan itu mencoba berkonsentrasi dengan apa yang Iman katakan, tetapi nihil. Jantungnya bertalu-talu seperti suara alu yang beradu dengan lesung. Menciptakan simfoni indah yang membuat pipinya memerah."Kamu ngerti, kan?"Farida tergagap. Matanya beradu dengan manik mata milik Iman. Lagi-lagi dia tertunduk. Malu rasanya bersitatap dengan lelaki yang satu bulan lalu mengaku sebagai calon suaminya. Yang membuatnya salah tingkah adalah, Iman tak pernah mengoreksi ucapan tersebut."Lumayan mengerti Uda dokter," sahut Farida, sambil menatap lantai marmer di bawah kakinya."Apa wajahku begitu buruk hingga lantai lebih menarik?""Bukan begitu Uda dokte

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Luka Perselingkuhan   Surut ke Asal

    "Kamu bisa menuliskan apa pun di sini kalau terlalu malu menyampaikan padaku." Farida menerima buku bersampul biru muda, seukuran dua telapak tangan orang dewasa. Dia menatap benda tersebut dengan mata berbinar. Bukan bukunya, tetapi lelaki yang memberi. Senyum malu-malu menghiasi bibir merah muda miliknya. Entah hal baik apa yang telah dia lakukan, sehingga seorang dokter muda, tampan, dan berasal dari keluarga kaya, sudi menjalin hubungan dengannya. Farida tidak hanya kejatuhan buah durian, tetapi sekalian dengan pohonnya. Kalau boleh diibaratkan seperti itu. Namun, rasa rendah diri membuat perempuan itu menekan kuat-kuat perasaan yang melambung. Dia takut jika Iman berubah pikiran, maka jatuhnya akan sangat sakit."Nanti, kalau sampai di rumah kabari aku.""Uda dokter, apa tak sebaiknya berpikir lagi. Maksudku ...." Pegangan Farida pada buku tadi mengerat. Seolah-olah mencari kekuatan dari sana. "Aku hanya janda, tak berpendidikan pula. Sungguh tak pantas bersanding dengan lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Luka Perselingkuhan   Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

    "Uda ... makan dulu. Aku sudah siapkan makan siang di meja."Datuk Sinai tetap saja bergeming mendengar ujaran Fatma. Lelaki yang rambutnya sudah ditumbuhi uban, setia menatap keluar jendela. Pandangan lelaki tersebut berlabuh pada hamparan sawah-sawah menguning yang siap disabit. Fatma menganjur napas pelan dan panjang. Pelan-pelan perempuan itu mendekat, lalu duduk di sebelah sang suami."Tunda dulu kemarahan Uda pada Farida. Lihatlah tubuhnya, kering kerontang seperti padi yang mati dimakan tikus sawah. Melihatnya saja, aku tak tega, Uda ...," lirih Fatma dengan suara tertahan.Terdengar embusan pelan dari bibir Datuk Sinai. Lelaki itu menjalin kesepuluh jemarinya di atas paha."Aku tak marah padanya. Aku marah pada diriku sendiri. Tak bisa menjaga anakku sendiri. Melihat Farida, terasa jantungku ditusuk belati berkarat. Dulu, susah payah kuberi makan, kusediakan semua keperluannya. Dia bak bunga mawar nan merekah. Tapi, kini ...."Datuk Sinai tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Luka Perselingkuhan   Tabur Tuai

    Farida menunduk menekuni makanannya. Duduk satu meja dengan ayah dan bunda, sudah dilakoni sejak dua minggu kepulangannya. Sikap Datuk Sinai tak sedingin hari-hari sebelumnya. Lelaki tersebut mulai bicara dengan sang putri meski satu atau dua patah kata. Itu sudah cukup membesarkan hati Farida. Dia yakin, cepat atau lambat, dinding es yang dibangun ayahnya akan segera runtuh."Tambuahlah makannya Farida. Kurus benar badannya sekarang." Fatma menambahkan satu sendok nasi ke dalam piring putrinya.Farida hanya mengangguk mendengar ujaran sang bunda. Matanya melirik sekilas ke arah Datuk Sinai. Ayahnya itu sedang menatapnya sekilas, lalu beralih pandangan kepada sang istri."Jangan terlalu dipaksa. Nanti kekenyangan dia."Singkat, tetapi mampu membuat dada Farida mengembang bahagia. Rasa-rasanya ingin menghambur memeluk sang ayah. Namun, sekuat mungkin dia tahan. Farida menunduk untuk menyembunyikan matanya yang mulai memerah. Kata-kata itu adalah perhatian pertama sang ayah sejak dia ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Luka Perselingkuhan   Cinta Senaif Itu

    "Ayah sudah mendaftarkan kamu di sini."Datuk Sinai meletakkan berkas pendaftaran sekolah kesehatan di hadapan Farida. Lelaki tersebut telah mengambil langkah agar sang putri kembali melanjutkan pendidikan di sekolah kesehatan swasta tertua di Sumatera Barat. Dia ingin mewujudkan cita-cita putrinya bekerja di bidang kesehatan."Nak, kamu senang, kan?" Fatma mengusap punggung Farida dengan lembut.Farida tak mampu menjawab. Lidahnya kelu untuk berkata-kata karena terimpit rasa bahagia yang bergulung-gulung di dada. Mata si perempuan memanas melihat upaya sang ayah untuk mengubah takdirnya. Dia tak mengira, dalam sikap acuh lelaki cinta pertamanya itu diam-diam memikirkan masa depannya."Ayah ...." Suara Farida terdengar serak, dia gagal menahan linangan air mata yang berderai di pipi. "Terima kasih Ayah sudah melakukan ini untuk aku. Maaf, bila sikapku buruk pada Ayah dan Bunda."Datuk Sinai menghela napas berat. Dia mengalihkan pandangan ke pintu yang terbuka. Dia takut tangisan sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Luka Perselingkuhan   Firasat

    Farida tak bisa menahan buncahan rasa bahagia di dada. Perjalanan bersama Iman menuju kampung halamannya sangat menyenangkan. Lelaki itu tak berhenti membuat wajahnya bersemu merah. Bukan gombalan receh, tetapi tatapan si lelaki yang membuat jantungnya berdegup kencang. Sorot dari mata setajam elang itu, sangat hangat. Padu dengan tutur kata lemah lembut. Belum lagi candaan-candaan ringan yang dilontarkan, rasa-rasanya bila keliling dunia menggunakan mobil, Farida tak berkeberatan."Hayoo, lagi ngelamunin apa?" Iman menggoda Farida yang dia perhatikan senyum-senyum sendiri sejak tadi.Farida tergagap, dia melirik Iman sekilas, lalu kemudian membuang pandangan ke jalanan melalui jendela mobil."Bukan melamun, Uda dokter. Tapi ...." Farida menggigit bibirnya. Salah satu kebiasaan si perempuan bila ragu pada sesuatu."Tapi ...?" Iman menunggu perkataan Farida yang menggantung."Sampai detik ini, aku tak percaya kalau kita bersama. Maksudku ... apa Uda tak akan menyesal nanti. Banyak gadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Luka Perselingkuhan   Mengulang Jejak

    "Uda, hari ini aku ikut ke Padang, ya?" Fatma menghampiri Datuk Sinai lalu duduk di sebelah lelaki itu setelah menghidangkan secangkir kopi hitam kesukaan sang suami."Tumben kamu mau ikut? Biasanya kuajak tak mau," balas Datuk Sinai, sembari mengamati laporan hasil panen sawahnya."Ingin saja, Uda. Sudah lama tak melihat Kota Padang. Macam manalah bentuknya sekarang.""Ah, ada-ada saja. Lalu Farida bagaimana?" Datuk Sinai melirik Fatma sekilas."Dia bukan anak kecil lagi. Lagipula kita balik hari, kan? Tak payah memikirkan Farida."Datuk Sinai bangkit, setelah mengemasi semua lembaran kwitansi ke dalam tas kecil. "Ya sudah, salinlah bajumu, aku tunggu di bawah."Fatma tersenyum lega. Entah angin apa yang membuat sang suami mengijinkan membawanya ikut serta. Biasanya, Datuk Sinai enggan membawanya berdagang. Mungkin ini nasib baik untuknya. Tak ingin si lelaki menunggu lama, Fatma bergegas ke kamar mengganti pakaian dengan yang lebih pantas. Tak lupa sebelum pergi, dia berpesan kepada

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Luka Perselingkuhan   Bara Dendam

    Fatma berjalan tak tentu arah. Dia hanya mengikuti ke mana kaki membawanya pergi. Pandangan perempuan itu kosong ke depan dengan mata sembab. Kata-kata yang diucapkan Buk Ratih seolah-olah mer0bek jantungnya tanpa ampun. Apalagi kedatangan Iman, membuat semua kacau-balau. Dia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan putrinya andai tabir masa lalu terbuka.Langkah Fatma berhenti di sebuah taman. Kakinya tak mampu lagi melangkah. Bukan bobot tubuh yang berat, tetapi pikiran kalut membuat semuanya menjadi tak berdaya. Di bangku besi di bawah naungan pohon lansano perempuan itu duduk termenung. Kenapa takdir begitu kejam pada putrinya? Apakah kesalahan yang dilakukan kedua orang tua harus anak yang menebusnya? Inikah hukum tabur-tuai yang dimuntahkan oleh Laila? Mau tidak mau kenangan silam menyapa benaknya.Laila ... wajah perempuan malang itu melintas di ruang mata Fatma. Dia ingat kedatangan si perempuan ke hotel tempatnya menginap saat menemani sang suami mencari dagangan di Kota Pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23

Bab terbaru

  • Luka Perselingkuhan   Menjemput Impian

    Fatma tak bisa membendung air mata saat nama Farida bergaung di dalam auditorium sebagai salah satu mahasiswi yang diwisuda. Bukan hanya selesai tepat waktu, tetapi putrinya juga tercatat sebagai salah satu peraih nilai terbaik di angkatannya. Semua doa yang dilangitkan di setiap sujud, dibayar lunas oleh Allah dengan keberhasilan putrinya itu.Terbayang semua jerih payah Farida untuk bisa menyelesaikan pendidikannya. Bukan hanya masalah akademik, tetapi badai kehidupan yang tak jemu menghantam. Namun, semua mampu dilewati oleh putrinya itu dengan kesabaran. Fatma sangat salut dengan ketabahan Farida. Benar adanya, ujian demi ujian yang diberikan Tuhan bukan untuk melemahkan, tetapi menempa pribadi menjadi lebih baik agar mampu memikul tanggung jawab yang lebih besar."Bunda ...." Suara Farida mengembalikan kesadaran Fatma yang melanglang buana ke masa lalu. Dia menoleh dan matanya menangkap sosok Farida telah berdiri di hadapan dengan memakai Toga. Senyum juga terulas di bibir sang

  • Luka Perselingkuhan   Membuka Hati

    "Aku ndak nyangka kamu serendah itu?"Sorot mata Elia terlihat marah saat mengatakan kalimat tersebut. Beberapa saat yang lalu, dia menghampiri Farida di kantin. Untung saja keadaan tempat tersebut tidak terlalu ramai."Maksud kamu apa?" tanya Farida dengan dahi berkerut. Teh es yang dia pesan tak jadi diminum karena Elia telanjur menyerangnya."Kamu itu munafik, Farida! Kamu cuek aja pas aku bilang soal Pak dokter. Kamu juga seolah-olah tak tertarik, ternyata kamu main belakang."Dahi Farida berkerut. Dia mencoba mencerna ucapan Elia. "Maksud kamu aku main belakang?"Elia melemparkan beberapa foto ke atas meja. Farida membeku melihat lembaran foto yang di dalamnya ada dia dan Iman. Sepertinya foto itu diambil dua hari yang lalu, saat mereka keluar dan mampir di lapak penjual jagung."Lihat! Betapa murahannya kamu. Meluk Pak dokter segala. Kamu tau aku suka sama dia, trus kamu pake cara licik untuk mendapatkan perhatiannya. Benarkan?"Farida menganjur napas perlahan. Suara Elia sangat

  • Luka Perselingkuhan   Kesempatan Kedua

    Farida berkali-kali mengintip dari balik jendela. Dia menyingkap gorden putih penutup jendela dan melihat Iman sedang berdiri tepat di seberang jalan. Perempuan itu mendesis. Dia membaca kembali pesan yang dikirim si lelaki satu jam yang lalu. Farida pikir Iman sudah gila. Bagaimana tidak, dia mengajak, lebih tepat memaksanya menemani dokter muda itu ke suatu tempat. Belum sempat Farida menolak, Iman terlebih dahulu mengirimkan pesan susulan yang bertuliskan, jika menolak, maka lelaki tersebut akan datang menjemput langsung ke kos-an."Tinggal sepuluh menit lagi. Kalau kamu ndak datang, aku jemput ke kos-an."Mata Farida melebar membaca pesan yang baru masuk dari Iman. Dia kembali mengintip dan melihat si lelaki sedang tersenyum ke arahnya. Sepertinya sang dokter tahu sedang diintip."Mau ke mana? Kenapa harus ajak aku?"Farida mengirim pesan balasan kepada Iman."Nanti kamu bakal tahu. Ayo, di luar mulai dingin."Decak keras keluar dari bibir Farida. Dia berjalan menuju lemari, lal

  • Luka Perselingkuhan   Curiga

    Sepanjang perjalanan tak sepatah kata dua insan itu berbicara. Hanya suara merdu Ari Lasso membawakan tembang lawas dari grup band Dewa 19 yang berjudul 'Cinta'kan membawamu kembali' menemani keduanya membelah jalan raya di pagi hari. Iman sesekali mencuri pandang ke arah perempuan yang selalu tampak cantik di matanya. Lelaki itu terkadang menertawakan diri sendiri, mengapa bisa begitu bucin kepada Farida? Dia seperti menjelma menjadi sosok yang lain bila berhubungan dengan perempuan tersebut.Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di otak Iman, hanya Farida dan Farida. Mungkin dia sudah terkena tulah dari ucapannya sendiri. Mengatakan perempuan itu tak pantas, tetapi justru sekarang dia yang mengejar-ngejar. Ingin memulai pembicaraan, tetapi lidahnya tak mampu bergerak, seolah-olah diimpit beban puluhan ton.Begitupun Farida. Sejak naik ke mobil Iman, dia menghindari bersitatap. Dia mencoba terlihat setenang mungkin, padahal jantungnya sudah seperti orang berparade di dalam sana. Dari

  • Luka Perselingkuhan   Taktik Mendapatkan Cinta Kembali

    Hari demi hari dilalui Farida dengan belajar demi mengejar ketertinggalannya. Cuti selama satu semester membuatnya harus ekstra bekerja keras. Lagi pula hanya dengan cara itu dia bisa melupakan Iman. Lelaki itu masih terus menghantui ingatannya. Tak mudah melupakan apa yang terjadi di antara mereka. Kisah bersama Iman telah meninggalkan lubang besar di dada, menyarangkan luka serta kerinduan yang kerap membuatnya menangis sendirian di tengah malam. Kadang, bila rindu itu tak terbendung, dia menatap foto-foto saat masih bersama yang tersimpan di galeri teleponnya. Lalu dia akan tertidur dalam keadaan telepon masih menyala.Pagi ini, Farida tak terganggu sama sekali dengan celotehan teman-temannya, yang mengabarkan ada dosen baru yang akan masuk ke kelas mereka. Dia lebih suka membenamkan diri ke dalam diktat setebal 457 halaman. Dia juga tak peduli saat semua teman sekelasnya grasak-grusuk duduk di kursi masing-masing. Keadaan yang tadi riuh, mendadak sepi. Farida mengangkat pandangan

  • Luka Perselingkuhan   Hati yang Terusik

    "Saya sangat senang melihat perkembangan Farida. Semangatnya untuk bisa berjalan normal, luar biasa," puji dr. Wahyu yang selama ini menangani Farida. Matanya sesekali mengamati si perempuan yang sedang duduk di ruang tunggu. Ruang kerjanya disekat kaca transparan, sehingga bisa melihat keadaan di sekitarnya.Pujian itu disambut Fatma dengan senyum lega. Memang, Farida selalu bersemangat setiap kali jadwal terapi. Dia berusaha mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dokter atau pun perawat. Meski awalnya terlihat sulit, seringpula melihat sang putri meneteskan air mata karena kepayahan dan sakit menerjang otot dan tulang kaki, tetapi Farida tak menyerah. Dia akan berhenti saat terapi tersebut selesai."Jadi putri saya bisa berjalan seperti biasa lagi, dok?" tanya Fatma bersemangat, karena selama ini Farida berjalan dengan menyeret kakinya."Kali ini saya berani menjamin. Dibutuhkan sekitar dua kali terapi lagi. Sekarang saja sudah terlihat perubahannya. Jadi, tak butuh waktu lama

  • Luka Perselingkuhan   Kesempatan Itu Masih Ada

    Hari demi hari dijalani Farida dengan sabar. Datuk Sinai menyewakan sebuah rumah di Kota Padang, dekat dengan rumah sakit untuk mempermudah mobilisasi putrinya berobat. Jadwal fisioterapi Farida, sekali seminggu, tentu akan sangat merepotkan bila harus bolak-balik ke kota mereka. Tentu saja Fatma senang dengan keputusan sang suami. Selain bisa menemani sang putri, sudah lama dia ingin merasakan suasana tinggal di ibukota Provinsi Sumatera Barat tersebut.Kota Padang menyimpan banyak kenangan untuknya. Fatma menempuh pendidikan di kota tersebut. Di kota itu pula dia bertemu dengan sang suami. Banyak kisah yang terangkai dan tak mungkin bisa dilupakan begitu saja. Dia juga rindu teriakan pedagang keliling yang menjajakan barang dagangan mereka. Seperti pagi ini, Fatma menunggu tukang sayur langganannya di depan rumah.Mata Fatma menyipit melihat sepeda motor matic berhenti tepat di hadapan. Dia menganjur napas pelan ketika si pengendara membuka helmnya. Entah berapa kali lelaki tersebut

  • Luka Perselingkuhan   Melapangkan Maaf

    Farida hanya diam melihat sang bunda memasukkan semua pakaiannya ke dalam tas. Satu bulan lebih berada di rumah sakit, dengan pengawasan dan perawatan intensif dari dokter serta perawat, membuat kesehatannya membaik. Meski untuk berjalan, Farida harus menggunakan tongkat, tak masalah dari pada duduk di kursi roda.Menurut dokter, kecelakaan yang terjadi membuat tulang belakang Farida retak. Bagi sebagian kasus, sang pasien akan sangat susah untuk bisa berjalan. Namun, Tuhan masih menyelamatkan perempuan itu dari kelumpuhan. Dia hanya perlu melakukan fisioterapi secara rutin untuk melatih anggota tubuh agar bisa kembali normal seperti sedia kala."Bun, setelah ini aku ingin kembali ke kampus," ucap Farida, membuat gerakan tangan Fatma terhenti. Perempuan paruh baya itu mengangkat pandangannya, seraya mengulas senyum."Iya, tapi nanti setelah kondisimu jauh lebih baik. Ayah sudah mengajukan cuti perkuliahan ke kampusmu. Jadi, selama lima bulan ini kita akan fokus pada kesehatan agar kam

  • Luka Perselingkuhan   Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

    Cahaya mentari bersinar tak terlalu terik. Sisa hujan tadi pagi masih menyisakan mendung yang bergelayut di awan. Fatma menyibak kain penutup jendela kamar tempat Farida di rawat, melihat air menggantung di ujung daun-daun Bunga bugenvil yang tumbuh tepat di depan jendela. Dia menghela napas pelan, sekadar mengisi paru-parunya dengan oksigen setelah beberapa waktu yang lalu sesak oleh banyak kejadian. Sudah dua hari putrinya dipindahkan dari ruang steril. Keadaan Farida jauh lebih baik. Perempuan tersebut sudah siuman dan bisa berkomunikasi, meski bicara terbata-bata."Ayah mana, Bun?"Pertanyaan Farida membuat Fatma memalingkan wajah menatap putrinya. Dia mendekat, seraya mengulas senyum. "Ayah baru keluar, katanya ada yang harus diurus." Tangan Fatma membelai pucuk kepala Farida, "makan dulu, ya? Bunda siapin."Farida menggeleng lemah. Dia menatap Fatma sangat lama. Beberapa waktu yang lalu, dia ingin menanyakan sesuatu, tetapi keadaannya belum terlalu stabil. Pengaruh obat bius s

DMCA.com Protection Status