Bukankah dalam rumah tangga semua suka duka harus di lalui bersama? Tak peduli sehat ataupun sakit. Namun keadaan berbanding terbalik dengan yang dirasakan oleh Anastasya Ramlan, sosok suami yang begitu dicintainya bahkan rumah tangga yang selalu harmonis, mendadak berbalik terbalik dengan harapannya. Sang suami justru meninggalkannya disaat dirinya, di vonis mengidap penyakit yang mematikan. Hancur? Sudah pasti. Bahkan lebih baik mati. Namun disaat keterpurukan mengepung hidup Anatasya, seseorang datang mengulurkan tangan, memberi Anastasya semangat dan bangkit untuk berjuang melawan penyakitnya. Lalu, bagaimanakah kehidupan Anastasnya selanjutnya? Akankah ia tetap terpuruk dan menyerah? Atau berusaha bangkit dan menerima uluruan tangan dari seseorang itu?
View More"Kamu ngomong apa sih? Gak ada! Bagi aku, kamu sudah cukup. Sudah, jangan bahas hal ini lagi, aku gak suka!"Dirga melepaskan pelukannya dan berbalik membelakangi Anastasya."Bang ... Aku ikhlas jika abang mau menikah lagi, aku serius!"Anastasya tetap dengan pendiriannya, ia sadar bahwa kemungkinan untuk memiliki anak relatif kecil, walaupun penyakitnya belum pasti apakah kanker servik atau bukan."Beban di kepalaku sudah cukup banyak, jangan tambah beban lagi Tasya... please.""Maafkan aku bang, aku tidak bermaksud untuk ...""Sst ... cukup, aku mau ke ruang kerja dulu, besok ada meeting penting. Good nite... i love you..."Dirga mengecup kening istrinya lalu pergi dari kamarnya, Anastasya pun terbaring lesu."Bang, seandainya kamu tahu bahwa aku sakit..." gumamnya.Anastasya terjaga, ia menunggu suaminya yang tak kunjung kembali ke dalam kamarnya, sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Ia pun menyusul Dirga ke ruang kerjanya, ia melihat suaminya tertidur di atas berkas d
“Cervical Cancer …,” ucap Arini pelan.“A-apa?? Cervical cancer? Serviks? No… no… pasti salah, pasti ada yang gak bener!”Anastasya berusaha tidak mempercayai semua ucapan sahabatnya itu, ia menolak kenyataan yang baru saja didengarnya."Sya ... baru praduga Sya, kita perlu diagnosis awal buat memastikannya, hari kamis lu kesini lagi. Kita lakukan pap smear ya, lu tenang dulu, oke."Arini berusaha menenangkan Anastasya yang terpukul atas berita yang baru saja didengarnya. Ya, Anastasya tidak bisa berkata apapun, dia tampak shock. Anastasya membenamkan kepalanya di atas meja, menangisi nasibnya yang malang."Gue takut Rin, apa itu sebabnya gue sampai sekarang gak bisa punya anak?""Kita belum yakin seratus persen sebelum tes awal. Denger Sya, gue bakalan selalu ada di samping lo, ingat ... everything gonna be ok."Arini beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Anastasya yang berada di depan meja nya, ia mengelus punggung Anastasya dengan lembut. Merasakan punggung sahabatnya
"Percuma kamu lap pake sapu tangan itu, nodanya udah menempel dan tidak bisa hilang dengan di lap seperti itu," ucap pria itu datar."Sekali lagi saya minta maaf, saya akan mengganti kemeja anda, Pak." Anastasya tertunduk tanpa melihat lawan bicara."Ah ... sudahlah, Oh ya lain kali jika sedang berbicara, jangan menunduk seperti itu. Gak sopan namanya."Begitu pria tersebut berbicara seperti itu, RaAnastasya langsung mendongakan kepalanya. Pria tersebut menganga begitu melihat kecantikan Anastasya."Bidadari turun dari langit mana ini, cantiknya kebangetan ...," ujarnya dalam hati.Radeela yang ketakutan, buru-buru beranjak dari sana, ia membuka hellsnya lalu lari tunggang langgang meninggalkan laki-laki yang masih terpana melihat kecantikan parasnya.Dengan nafas terengah-engah, Anastasya berhasil menemukan kendaraanya, “Sial, kuncinya kan sama bang Dirga,” monolognya, mau tak mau ia pun bersembunyi di samping mobilnya.“Sayang, ngapain kamu jongkok disana?” Tanya Dirga kebingungan.
"Mas Dirga, ya?"Seorang wanita cantik datang menghampiri mereka. Dirga kelabakan, ia mulai gugup, jantungnya berdegup kencang. Sementara, Radeella kebingungan melihat wanita cantik dan seksi menghampiri mejanya."Siapa, bang?" Bisik Anstasya seraya menoleh ke arah wanita cantik tersebut."I-itu temen abang, sayang."Dirga berdiri lalu mengulurkan tangan pada wanita cantik di depannya. Wanita tersebut tersenyum lalu duduk di sebelah Dirga, sedangkan Anastasya duduk di seberang mereka berdua. Dirga memperkenalkan istrinya pada wanita tersebut."Sayang, perkenalkan ini rekan bisnis abang, namanya Tania Gunaldi Prastika.""Panggil saja saya Tania, Mbak Anstasya." Tania mengulurkan tangannya seraya tersenyum manis."Mbak Tania sudah tau nama saya rupanya, bang Dirga pasti sering menceritakan tentang saya ya, mbak?" Celotehnya seraya memberikan tatapan mautnya pada Dirga, suaminya."Hahaha ... Becanda mbak Tasya, kami jarang ketemu secara langsung, komunikasi kami kebanyakan by phone, kebe
"Dirga, istrimu itu kapan hamilnya? Kamu sudah menikah hampir dua tahun tapi belum juga dikasih keturunan, ibu ingin cepat - cepat menimang cucu. Jangan - jangan istrimu itu mandul?!"Dirga hanya bisa menunduk pasrah mendengar ucapan ibunya. Sungguh dilema baginya, ia sangat mencintai istrinya Radella namun ia pun tak mampu melawan ibunya, satu - satunya orang tua yang ia miliki."Mungkin Tuhan belum memberi kepercayaan pada kami, Mah."Dirga memberanikan diri berbicara di depan ibunya. Mama Sri yang tadinya duduk di singgasana kebesarannya, tiba - tiba berdiri dan pergi meninggalkan Dirga."Kamu tidak usah datang ke rumah mama lagi!"Mama Sri masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam, baru kali ini Dirga berani melawannya. Dirga berjalan ke arah kamar ibunya, ia mengetuk - ngetuk pintu namun ibunya tak bergeming."Mah... Dirga pulang dulu ya. Nanti Dirga kembali lagi kesini. Assalamualaikum."Akhirnya dengan berat hati, Dirga meninggalkan kediaman ibunya. Dengan langkah gont
"Dirga, istrimu itu kapan hamilnya? Kamu sudah menikah hampir dua tahun tapi belum juga dikasih keturunan, ibu ingin cepat - cepat menimang cucu. Jangan - jangan istrimu itu mandul?!"Dirga hanya bisa menunduk pasrah mendengar ucapan ibunya. Sungguh dilema baginya, ia sangat mencintai istrinya Radella namun ia pun tak mampu melawan ibunya, satu - satunya orang tua yang ia miliki."Mungkin Tuhan belum memberi kepercayaan pada kami, Mah."Dirga memberanikan diri berbicara di depan ibunya. Mama Sri yang tadinya duduk di singgasana kebesarannya, tiba - tiba berdiri dan pergi meninggalkan Dirga."Kamu tidak usah datang ke rumah mama lagi!"Mama Sri masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam, baru kali ini Dirga berani melawannya. Dirga berjalan ke arah kamar ibunya, ia mengetuk - ngetuk pintu namun ibunya tak bergeming."Mah... Dirga pulang dulu ya. Nanti Dirga kembali lagi kesini. Assalamualaikum."Akhirnya dengan berat hati, Dirga meninggalkan kediaman ibunya. Dengan langkah gont...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments