Kehilangan seorang ayah membuat Nadira semakin tegar. Tidak hanya itu,dia juga diputuskan saat hari ulang tahunnya,dan itu tidak membuat nadira untuk susah move on. Pertemuannya dengan CEO tampan dan perfeksionis membuat hidupnya lebih benantang. Egois dan Cerewet,dialah Ivander Singgih,sang CEO. Akankah CEO itu jatuh cinta pada Nadira,ataukah hanya akan menjadi sebatas rekan kerja???
View MoreDengan baju yang sedikit masih basah,Ivan menuruni anak tangga menuju ruang tamu. Mengingat baju Ivan yang basah,Ibu Dira berinisiatif meminjamkan baju mendiang suaminya kepada Ivan. Ia mendekat dan menghampirinya. "nak Ivan,gantilah pakainmu dengan ini !" ucapnya. Dengan senang hati Ivan menuruti permintaannya,memang sifat Ivan egois,namun dia paling tidak bisa jika harus menolak permintaan seorang ibu. Ivan mengenakan kemeja warna putih dan celana linen warna abu tua. Tinggi badan Ivan yang hampir sama dengan mendiang ayah Dira,sehingga ukurannya sangat pas dibadan Ivan. Setelah mengganti bajunya dikamar tamu,Ivan lalu kembali keruang tamu. Ia melihat kesekitar interior rumah Dira,rumahnya cukup besar. Banyak hiasan dinding yang menghiasi tembok rumah Dira. Terlihat ada sebuah foto besar,seperti sebuah foto keluarga. Difoto itu ada Dira dan ibu Sinta mengenakan kebaya warna biru,dan ayah Dira yang memakai seragam pilot. "ternyata
Ivan berlari ke arah parkiran,ia melihat kesekeliling tempat itu namun nihil. Nadira tidak ada diparkiran,karena suara Dira hilang dan tidak terdengar lagi. Ia lalu kembali berlari dan menuju lorong.Dari kejauhan,ia melihat kolam ikan yang dipinggirannya terdapat sepatu Nadira. Dengan paniknya,ia berlari menghampirinya. Masih dengan posisi yang sama,Nadira merintih kesakitan."aw,kaki gue sakit banget,"desahnya sambil menggigit bibirnya sendiri.Seperti seorang Pangeran yang datang menolong seorang Putri,dengan sigapnya Ivan melepas sepatu dan jasnya, lalu masuk kedalam kolam."kamu gak papa Dir?" Ivan lalu membopong tubuh Dira,yang basah kuyup. Dengan kedua tangannya ia memegangi pundak Dira."kaki saya kram Pak,""sakit sekali," rintih wanita 19 tahun itu.Dengan kuatnya,ivan membopong Dira menggunakan kedua tangannya. Meski merasa tidak enak,Dira tetap menuruti apa yang dilakukan Ivan."pegangan dilehe
Satu bulan sudah berlalu sejak dirinya bekerja dengan CEO yang bernama Ivan. Tepat hari ini,Nadira akan mendapatkan gaji pertamanya. Pagi itu ia berangkat lebih awal,ia harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia rampungkan. Dengan sepatu berhak tinggi layaknya seorang sekertaris pada umumnya,ia berjalan menuju meja kerjanya. Rupanya pagi itu masih sepi,hanya ada beberapa karyawan yang juga berangkat lebih awal,sepertinya. Dan juga sang Presdir Ivander Singgih, dirinya sengaja berangkat lebih pagi dari para karyawan lainnya,karena ada sesuatu yang harus ia lakukan,yakni mengamati para karyawannya. Ia memasuki kantor lalu berjalan menuju ruang kerjanya.Sebelum masuk keruang kerjanya,dari kejauhan ia sudah melihat sekertarisnya duduk didepan komputernya. Ivan menatapnya dari kejauhan,terlihat soso Nadira yang ceria dan cerdas. Ia terlihat begitu piawai dalam bekerja,membuat Ivan selalu terkesan. Masih dalam posisi yang sama,matanya en
Matahari pagi menampakan sinarnya lewat celah jendela,mata Ivan masih sedikit mengantuk. Ia masih malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Namun suara ketukan pintu memaksanya untuk bangkit. "tok...tok...tok," seorang mengetuk pintu kamarnya. "pak,pak Ivan," suara itu terdengar tidak asing ditelinga Ivan. Suara yang sangat dikenalnya,yaitu suara Nadira. Matanya langsung terbuka "Nadira..." ucapnya. "pak,ini sudah siang!!!" teriak Nadira masih mengetuk pintu kamarnya. Ivan lalu bangun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu,lalu membukanya. "Dira,ngapain kamu pagi-pagi sekali sudah kesini??" tanya Ivan yang masih mengenakan celana kolor pendek dan kaos oblong putih. "saya cuma mau ngingetin bapak,kalau hari ini jadwal bapak bermain golf bersama Pak Riki." jawab Dira. Ivan tidak memperhatikan ucapan Dira,yang ia perhatikan ialah pakaian Dira. Pagi itu Dira mengenakan bluos dengan kerah berbentuk
Setelah mengobrol lumayan panjang dengan ibu Dira,dan membuat Dira sedikit badmood. Akhirnya sang CEO itu berpamitan. Dengan sopannya,ia berjanji akan datang kembali kerumah itu."besok-besok saya main kesini lagi bolehkan bu??" harap Ivan dengan percaya diri."tentu boleh dong nak Ivan,ibu dengan senang hati jika nak Ivan mau sering-sering main ketempat kami." ucap Sinta, "aduh Ibu,ngapain sih harus pakai kata sering-sering segala," gerundel Dira dalam hati."oh ya Dir,ini kunci mobilnya,""saya pulang naik taksi saja,"Ivan meletakan kunci mobil dimeja tepat didepan Dira duduk."gak pak,mobilnya dibawa bapak saja,""besok biar saya saja yang pakai taksi," ujarnya."nggak Dir,inikan hak kamu,""ini inventaris kamu," balas Ivan."tapi pak..." rengek Dira."gak tapi-tapi...!" gerutu Ivan."ya sudah pak," jawabnya.Ibu Dira memperhatikan mereka berdua berdebat,malahan ia se
Ivan menyuruh mbok Toro untuk mengambil kotak P3K. Dia lalu membersihkan luka Dira dan mengobatinya."kok sampai bisa jatuh begini Dir,,,??"tanya Ivan sambil mengoleskan obat merah ke dahinya."awww..awww...""pelan...pelan pak..."rintih Dira kesakitan. Memang lukanya tidak terlalu besar,tapi karena berada dikepala sehingga darahnya terus keluar ."ini juga udah pelan kok,tahan sebentar.." ucap Ivan.Melihat Ivan membersihkan lukanya,Dira merasa tidak enak. Boss yang selama ini dia kira egois,ternyata mempunyai hati seperti malaikat juga."nah,sudah selesai" ucap Ivan. Lalu duduk disebelah Dira."makasih pak,,"ucap Dira sembari memegangi kepalanya."lain kali kamu lebih hati-hati,coba kalau kamu sampai gegar otak?? bisa panjang urusannya" Ivan lalu membereskan kotak P3K dan menyuruh mbok Toro untuk menyimpannya kembali."iya pak,tadi saya buru-buru. Saya takut bapak nanti nyariin saya" ucap Dira."kalau
Dira tersenyum,bahkan dia hampir tertawa melihat tingkah bosnya yang super duper panik. Dia tidak menyangka kalau Ivan akan sekaget itu."Kok kamu malahan ketawa??""ada yang lucu dengan saya??" ucap Ivan menghampiri Dira tanpa senyum .Dira merasa kurang sopan mentertawai bosnya,dia lalu dengan sigap menutup mulutnya dengan tangan."gak pak,gak ada yang lucu kok.." jawabnya."jadi,kenapa kamu berhenti??""kamu hampir saja membuat saya menjadi terdakwa!" ucap Ivan. Apa tidak salah dengan ucapan Ivan,apa hubungannya ban bocor dengan terdakwa.Dira mulai bingung dengan ucapan aneh bosnya."kok terdakwa sih pak?""inikan cuma ban bocor pak,bapak gak akan jadi terdakwa kok pak..." ucap Dira mengerutkan kening"begini nih,kalau punya sekertaris yang gak pengalaman""tadi saya kira kamu jatuh,nah kalau kamu beneran jatuh pas kerja bareng saya,otomatis yang tanggung jawab siapa??""saya kan..!!""t
Sudah 5 hari Dira bekerja bersama Ivan.Jam kerjanyapun sudah Ivan rubah. Dari jam 07.00 pagi sampai jam 05.00 . Dia merasa kasihan dengan sekertarisnya itu. Dia merasa terlalu kejam jika memperlakukan karyawannya seperti sekuriti kantor.Besok adalah hari sabtu,dimana dirinya harus datang dan bekerja dirumah bossnya.Dira mengusahakan dirinya untuk bangun lebih pagi. Supaya lebih tepat waktu. Apalagi dia tahu kalau bosnya itu sangat disiplin. Jadi dia tidak ingin kalah dari waktu,ujarnya.Hari ini tugasnya menemani sang Presdir olahraga berkeliling taman kota.Pukul 05.30 pagi dia sudah keluar dari rumahnya,dan sudah berpamitan dengan ibunya . Terasa aneh memang,olahraga saja harus ada sekertarisnya.Mungkin lebih mirip bodyguard,tapi ini bodyguard cewek. Yang harus siap siaga menjaga majikannya.Nadira datang ke kediaman Ivander Singgih menggunakan mobil kantor. Karena beberapa hari yang lalu dirinya difasilitasi sebuah mobil untuk diri
Pukul 06.00 sore Dira baru sampai dirumahnya. Tubuhnya terasa capek dan lelah."Dira pulang...."ucapnya dengan menyender dikursi ruang tengahnya."sayang kamu sudah pulang...??" sapa ibunya."iya bu,Dira baru pulang..." jawab Dira dengan mengecup tangan ibunya."Gimana kerjanya,,?""boss kamu baik gak sama kamu??" tanya Sinta ibu Dira."Dira kerja sebagai sekertaris dari seorang Presdir bernama Ivander bu...""dia orangnya baik kok..." sedikit menutupi sikap Ivan yang sebenarnya membuatnya sedikit marah."syukur deh,ibu seneng dengarnya..."ucapnya."Dira mandi dulu ya bu,,""badan Dira bau asem,pengin berendam.." ucap Dira seraya pergi meninggalkan ibunya."ya udah,jangan lupa bentar lagi makan malam siap.." ujar ibunya."iya bu..."Dira lalu menuju kamar mandi. Seharian berjuang demi menjadi sekertaris seorang CEO,membuatnya cukup kelelahan dihari pertamanya bekerja."Gue g
Hari ini 14 februari 2019,bertepatan dengan hari ulang tahun Nadira ke 18. Tapi semua ini seperti malapetaka baginya. Ikbal kekasih yang selalu dia puja ,pagi tadi tiba-tiba memutuskannya. Entah apa penyebabnya,Nadira pun masih tidak percaya dengan keputusan Ikbal.Tidak hanya Ikbal yang pergi meninggalkan Nadira,siang tadi ada seorang polisi yang megabari Nadira,kalau Ayah Nadira mengalami kecelakaan pesawat saat bertugas ke Singapore.Ayah Nadira,Burhan Wijaya adalah seorang pilot disebuah maskapai pernebangan International. Sudah 20 tahun beliau mengabdi diperusahaan tersebut.Hati Nadira hancur,ayah yang selalu menjadi pelindung baginya,kini telah pergi meninggalkan Nadira dan ibunya untuk selama-lamanya.Demi ibunya,Nadira mencoba untuk tegar. Nadira tidak ingin membuat ibunya bertambah sedih. Apalagi dia anak satu-satunya.Malam ini seperti mimpi buruk bagi Nadira. Dia masih berdiam diri dikam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments