Lima menit telah berlalu,sang CEO tidak kunjung datang. Nadira mulai cemas,dan was-was. Dilihat jam ditangannya menunjukan pukul 09.10,itu tandanya 10 menit sudah dia berada dikantor Investor itu.
"gimana sih,kok lama banget..." ucapnya sambil berjalan mengitari ruangan itu.
"Ivander singgih,namanya kok kaya orang jaman dulu ya..."
"tapi keren juga..." ucap Nadira sambil menyentuh papan nama tersebut.Karena sudah cukup lama dirinya berada dirungan itu,dan Presdirpun tidak kunjung datang. Akhirnya Dira memutuskan untuk keluar dari ruangan untuk menemui om Dino.
Saat hendak menuju ruangan om Dino,Nadira tidak sengaja bertabrakan dengan seorang cowok yang memakai kaca mata hitam,dan setelan jas warna abu tua.
"aw..."ucap Nadira kesakitan. Tubuhnya sedikit terpental ketembok,karena pria tersebut bertubuh besar dan tinggi.
"hey..kalau jalan lihat-lihat !!.." ucap cowok itu dengan sinis.
"sorry..gue gak sengaja.. !" balas Dira cuek. Karena dira orangnya lebih suka meminta maaf terlebih dulu,meski sebenarnya bukan dirinya yang salah.
"apa loe bilang,sorry???"
"loe hampir aja ngejatuhin ponsel gue yang mahal ini...tau!!" karena memang cowok itu sedang memegangi ponselnya sambil berjalan."salah sendiri,jalan sambil mainin HP.." balasnya lalu bergegas pergi meninggalkan cowok itu. Nadira malas untuk bergelut dengan cowok egois itu. Lagian Nadira tidak mengenal laki-laki itu.
"hey..tunggu...!!!"
"gue belum selesai ngomong...!!" ucap cowok itu tapi tidak diperdulikan oleh Nadira.
"siapa sih tuh cewek.."
"baru pernah gue ketemu cewek angkuh kaya dia..." ucapnya.Nadira sedikit kesal,dirinya merasa seperti dipermainkan om Dino. Ditambah lagi dia harus bertemu dengan cowok sombong itu.Karena kesal Nadira duduk didepan ruangan om Dino,dan menelfonnya.
"Halo om,," ucapnya sopan.
"iya Dir,kamu dimana? "
"tadi pak boss telfon om,katanya kamu gak ada diruangannya? " ucap om Dino."aku didepan ruangan om Dino,,"
"habis aku sebel,pak bossnya gak datang-datang..." "ya aku pergi deh.." jawabnya."ya udah,om keluar dan antar kamu kesana.." ucapnya lalu datang menghampiri Nadira.
"ayo...kita sudah ditunggu pak boss..." ajak om Dino.Setelah sampai diruangan Pak Ivander alias pak boss, om Dino lalu menyapanya.
"Pak Ivan,ini Nadira sekertaris bapak yang baru..." ucapnya.
Ivan yang tadi duduk membelakangi Dino dan Nadira,lalu memutar kursinya menghadap mereka.
Betapa terkejutnya Nadira,kalau boss besarnya itu ternyata cowok sombong yang tadi menabraknya.
"oh..jadi ini sekertaris baru saya..." ucapnya.
"ok,pak Dino boleh kembali keruangan..." ujar sang CEO menyuruh pak Dino untuk pergi dari ruangan itu.
Keringat dingin mulai mengalir disekitar tengkuknya."mati gue..." gumamnya dalam hati."Hallo,saya Ivander Singgih pemilik sekaligus CEO dari Singgih Invesment Manajement..!" ucap Ivan tegas dihadapan muka Dira persis.
Nadira hanya terdiam dan tertunduk,dia merasa kurang percaya diri. Boss yang selama ini dia bayangkan lembut dan perhatian,ternyata galak seperti macan.
"jadi kamu yang namanya Nadira Irdiana..."
"loe tadikan yang nabrak gue ...??" ucapnya.
"maaf,tadi saya sudah bilang kalau saya tidak sengaja..." balas Dira.
Sebenarnya Nadira sudah geram ingin memaki pria tersebut,tapi dirinya harus tau diri kalau saat ini dia berhadapan dengan bossnya.
"ok..aku maafin ..."
"aku akan terima kamu kerja disini,asalkan kamu mau bekerja 12 jam untuk saya,dan 7 hari non stop" ucap Ivan tegas. Ivan memang cowok yang cukup keras dan tidak mau mengalah. Karena jabatan tinggi,membuatnya sedikit sombong.
"apa...???" jawab Nadira.
"kenapa?? kamu tidak sanggup??" ucap Ivan.
"ok,tidak masalah,saya ikuti persyaratan bapak."
"tapi bukannya sabtu minggu kantor ini libur,kenapa saya harus berangkat??" ucapnya."ya memang kantor libur,tapi tidak dirumah saya"
"sabtu,minggu saya khususkan untuk kamu bekerja dirumah saya.." jawan Ivan.Nadira tercengang,apa-apaan ini. Punya boss galak,ditambah lagi dia harus kerja full,tanpa hari libur.Oh tuhan,kenapa hari ini sungguh menyebalkan.Tapi mau bagaimana lagi,demi ibu Dir,demi ibu,ucapnya dalam hati.
"baiklah,,saya menyetujuinya." ucap Nadira. Menurutnya ini benar-benar tidak masuk akal. Seorang sekertaris kantor harus menjadi asisten rumah tangga juga. Tapi apa boleh buat,demi uang.
"ok,jadi hari ini kamu mulai bekerja.""saya akan tugaskan Lisa untuk membantumu belajar menjadi sekertaris saya."Ivan lalu kembali kemejanya,lalu menekan interkom menyuruh Lisa untuk datang keruangannya."Lisa,antarkan Nadira keruangannya.." ucapnya.
Nadira lalu dibawa Lisa pergi keruangannya. Dia lalu duduk dan meletakan tasnya disamping meja trrsebut."Jadi ini meja kerja kamu yang baru,berdekatan dengan kaca jendela Pak Ivan. Jadi kalau dia butuh apa-apa kamu bisa langsung datang menghampirinya." ucap Lisa.
"ok,makasih ya..." balas Dira dengan tersenyum lembut.
"oh ya,kenalin aku Lisa Putri. Aku sekretarisnya Pak Yogasawara ,wakil CEO dari perusahaan ini." ucap Lisa mengulurkan tangannya. Mereka berdua lalu berjabat tangan. Nadira merasa beruntung,karena langsung menemukan teman baru dihari pertamannya bekerja.
Lisa kemudian memberi tahu bagaimana Nadira harus bekerja. Mulai dari menyiapkan berkas untuk ditanda tangani Pak Ivan,sampai mempersiapkan segala kebutuhananya.Karena Ivan orangnya super perfectsionis,Nadira dituntut untuk ektra kerja keras. Lisa juga bilang kepadanya,bukan hanya menentukan jadwal meetingnya tapi memakaikan dasipun itu tugas seorang sekertaris.
Hari pertamanya bekerja Nadira lebih ditugaskan untuk belajar bagaimana dia bekerja nanti. Mula-mula dia disuruh untuk membaca buku tentang atitude yang baik.
Dira benar-benar belajar bersungguh-sungguh,sampai tiba waktu makan siangpun Dira masih tekun mempelajari buku itu.
Karena memang basic dia bukan sekertaris,mau tidak mau dia harus belajar lagi.
Dari kejauhan,Ivan mulai memantau kinerja Nadira. Dia mengintip dari balik penutup jendela.
"baguslah dia mau belajar,itu artinya dia benar-benar serius kerja,,"gumamnya.
Pukul 05.00 sore,seluruh karyawan sudah mulai bergegas keluar kantor. Tapi tidak untuk Nadira,dia masih sibuk memilah file-file yang ada di komputernya.
Lisa datang menghampiri mejanya,dia tahu hari pertama kerja bukanlah hal yang mudah . Apalagi Lisa tahu,kalau tadi pagi ada sedikit masalah antara Dira dan Pak Ivan.
"Dir,kamu belum mau pulang??" tanya Lisa menghampirinya." Belum Lis,aku pulangnya nanti jam 07.00." ucapnya sambil mengetik beberapa dikomputer.
"lho..kita kan pulang jam 05.00 Dir..." ucap Lisa.
"Iya,itu buat kamu. Tidak buat aku..." ucap Dira memanyunkan bibir tipisnya.
Lisa mulai heran dan kebingungan,kok bisa Dira diberi waktu jam kerja lebih panjang dari dirinya.
"Kamu gak usah bingung,,udah sana kamu pulang duluan. Aku gak papa kok sendirian." ucap Dira.
Lisa yang merasa kasihan sebenarnya ingin menemani Dira,namun karena dirinya sudah punya janji dengan pacarnya,akhirnya Lisa pergi meninggalkan Dira.
Pukul 05.15 telah berlalu. Kantor sudah semakin sepi,hanya terlihat beberapa satpam yang masih berjaga diposnya.
Sang CEO juga belum terlihat keluar dari ruangannya. Ivan memang jarang untuk pulang lebih awal dari karyawannya. Dia lebih sering pulang terlambat.
Disaat dirinya akan kembali kerumah,dia lalu menghampiri Nadira.
"oke cukup,lanjut besok. Sekarang kamu pulang." ucap Ivan menutup berkas yang sedang dibaca Nadira.
"tapi ini belum pukul 07.00 pak?" jawabnya.
"anggap saja ini diskon waktu buat karyawan baru kaya kamu!" ucap Ivander ketus.
"sekarang kamu pulang,atau kamu mau besok gak kerja disini lagi???" bentak Ivan.
Seketika Dira bangkit dari tempat duduknya. Dia heran dengan bos barunya itu. Dikit-dikit marah,dikit-dikit baik. Orang yang gak jelas,gumamnya.
Pukul 06.00 sore Dira baru sampai dirumahnya. Tubuhnya terasa capek dan lelah."Dira pulang...."ucapnya dengan menyender dikursi ruang tengahnya."sayang kamu sudah pulang...??" sapa ibunya."iya bu,Dira baru pulang..." jawab Dira dengan mengecup tangan ibunya."Gimana kerjanya,,?""boss kamu baik gak sama kamu??" tanya Sinta ibu Dira."Dira kerja sebagai sekertaris dari seorang Presdir bernama Ivander bu...""dia orangnya baik kok..." sedikit menutupi sikap Ivan yang sebenarnya membuatnya sedikit marah."syukur deh,ibu seneng dengarnya..."ucapnya."Dira mandi dulu ya bu,,""badan Dira bau asem,pengin berendam.." ucap Dira seraya pergi meninggalkan ibunya."ya udah,jangan lupa bentar lagi makan malam siap.." ujar ibunya."iya bu..."Dira lalu menuju kamar mandi. Seharian berjuang demi menjadi sekertaris seorang CEO,membuatnya cukup kelelahan dihari pertamanya bekerja."Gue g
Sudah 5 hari Dira bekerja bersama Ivan.Jam kerjanyapun sudah Ivan rubah. Dari jam 07.00 pagi sampai jam 05.00 . Dia merasa kasihan dengan sekertarisnya itu. Dia merasa terlalu kejam jika memperlakukan karyawannya seperti sekuriti kantor.Besok adalah hari sabtu,dimana dirinya harus datang dan bekerja dirumah bossnya.Dira mengusahakan dirinya untuk bangun lebih pagi. Supaya lebih tepat waktu. Apalagi dia tahu kalau bosnya itu sangat disiplin. Jadi dia tidak ingin kalah dari waktu,ujarnya.Hari ini tugasnya menemani sang Presdir olahraga berkeliling taman kota.Pukul 05.30 pagi dia sudah keluar dari rumahnya,dan sudah berpamitan dengan ibunya . Terasa aneh memang,olahraga saja harus ada sekertarisnya.Mungkin lebih mirip bodyguard,tapi ini bodyguard cewek. Yang harus siap siaga menjaga majikannya.Nadira datang ke kediaman Ivander Singgih menggunakan mobil kantor. Karena beberapa hari yang lalu dirinya difasilitasi sebuah mobil untuk diri
Dira tersenyum,bahkan dia hampir tertawa melihat tingkah bosnya yang super duper panik. Dia tidak menyangka kalau Ivan akan sekaget itu."Kok kamu malahan ketawa??""ada yang lucu dengan saya??" ucap Ivan menghampiri Dira tanpa senyum .Dira merasa kurang sopan mentertawai bosnya,dia lalu dengan sigap menutup mulutnya dengan tangan."gak pak,gak ada yang lucu kok.." jawabnya."jadi,kenapa kamu berhenti??""kamu hampir saja membuat saya menjadi terdakwa!" ucap Ivan. Apa tidak salah dengan ucapan Ivan,apa hubungannya ban bocor dengan terdakwa.Dira mulai bingung dengan ucapan aneh bosnya."kok terdakwa sih pak?""inikan cuma ban bocor pak,bapak gak akan jadi terdakwa kok pak..." ucap Dira mengerutkan kening"begini nih,kalau punya sekertaris yang gak pengalaman""tadi saya kira kamu jatuh,nah kalau kamu beneran jatuh pas kerja bareng saya,otomatis yang tanggung jawab siapa??""saya kan..!!""t
Ivan menyuruh mbok Toro untuk mengambil kotak P3K. Dia lalu membersihkan luka Dira dan mengobatinya."kok sampai bisa jatuh begini Dir,,,??"tanya Ivan sambil mengoleskan obat merah ke dahinya."awww..awww...""pelan...pelan pak..."rintih Dira kesakitan. Memang lukanya tidak terlalu besar,tapi karena berada dikepala sehingga darahnya terus keluar ."ini juga udah pelan kok,tahan sebentar.." ucap Ivan.Melihat Ivan membersihkan lukanya,Dira merasa tidak enak. Boss yang selama ini dia kira egois,ternyata mempunyai hati seperti malaikat juga."nah,sudah selesai" ucap Ivan. Lalu duduk disebelah Dira."makasih pak,,"ucap Dira sembari memegangi kepalanya."lain kali kamu lebih hati-hati,coba kalau kamu sampai gegar otak?? bisa panjang urusannya" Ivan lalu membereskan kotak P3K dan menyuruh mbok Toro untuk menyimpannya kembali."iya pak,tadi saya buru-buru. Saya takut bapak nanti nyariin saya" ucap Dira."kalau
Setelah mengobrol lumayan panjang dengan ibu Dira,dan membuat Dira sedikit badmood. Akhirnya sang CEO itu berpamitan. Dengan sopannya,ia berjanji akan datang kembali kerumah itu."besok-besok saya main kesini lagi bolehkan bu??" harap Ivan dengan percaya diri."tentu boleh dong nak Ivan,ibu dengan senang hati jika nak Ivan mau sering-sering main ketempat kami." ucap Sinta, "aduh Ibu,ngapain sih harus pakai kata sering-sering segala," gerundel Dira dalam hati."oh ya Dir,ini kunci mobilnya,""saya pulang naik taksi saja,"Ivan meletakan kunci mobil dimeja tepat didepan Dira duduk."gak pak,mobilnya dibawa bapak saja,""besok biar saya saja yang pakai taksi," ujarnya."nggak Dir,inikan hak kamu,""ini inventaris kamu," balas Ivan."tapi pak..." rengek Dira."gak tapi-tapi...!" gerutu Ivan."ya sudah pak," jawabnya.Ibu Dira memperhatikan mereka berdua berdebat,malahan ia se
Matahari pagi menampakan sinarnya lewat celah jendela,mata Ivan masih sedikit mengantuk. Ia masih malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Namun suara ketukan pintu memaksanya untuk bangkit. "tok...tok...tok," seorang mengetuk pintu kamarnya. "pak,pak Ivan," suara itu terdengar tidak asing ditelinga Ivan. Suara yang sangat dikenalnya,yaitu suara Nadira. Matanya langsung terbuka "Nadira..." ucapnya. "pak,ini sudah siang!!!" teriak Nadira masih mengetuk pintu kamarnya. Ivan lalu bangun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu,lalu membukanya. "Dira,ngapain kamu pagi-pagi sekali sudah kesini??" tanya Ivan yang masih mengenakan celana kolor pendek dan kaos oblong putih. "saya cuma mau ngingetin bapak,kalau hari ini jadwal bapak bermain golf bersama Pak Riki." jawab Dira. Ivan tidak memperhatikan ucapan Dira,yang ia perhatikan ialah pakaian Dira. Pagi itu Dira mengenakan bluos dengan kerah berbentuk
Satu bulan sudah berlalu sejak dirinya bekerja dengan CEO yang bernama Ivan. Tepat hari ini,Nadira akan mendapatkan gaji pertamanya. Pagi itu ia berangkat lebih awal,ia harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia rampungkan. Dengan sepatu berhak tinggi layaknya seorang sekertaris pada umumnya,ia berjalan menuju meja kerjanya. Rupanya pagi itu masih sepi,hanya ada beberapa karyawan yang juga berangkat lebih awal,sepertinya. Dan juga sang Presdir Ivander Singgih, dirinya sengaja berangkat lebih pagi dari para karyawan lainnya,karena ada sesuatu yang harus ia lakukan,yakni mengamati para karyawannya. Ia memasuki kantor lalu berjalan menuju ruang kerjanya.Sebelum masuk keruang kerjanya,dari kejauhan ia sudah melihat sekertarisnya duduk didepan komputernya. Ivan menatapnya dari kejauhan,terlihat soso Nadira yang ceria dan cerdas. Ia terlihat begitu piawai dalam bekerja,membuat Ivan selalu terkesan. Masih dalam posisi yang sama,matanya en
Ivan berlari ke arah parkiran,ia melihat kesekeliling tempat itu namun nihil. Nadira tidak ada diparkiran,karena suara Dira hilang dan tidak terdengar lagi. Ia lalu kembali berlari dan menuju lorong.Dari kejauhan,ia melihat kolam ikan yang dipinggirannya terdapat sepatu Nadira. Dengan paniknya,ia berlari menghampirinya. Masih dengan posisi yang sama,Nadira merintih kesakitan."aw,kaki gue sakit banget,"desahnya sambil menggigit bibirnya sendiri.Seperti seorang Pangeran yang datang menolong seorang Putri,dengan sigapnya Ivan melepas sepatu dan jasnya, lalu masuk kedalam kolam."kamu gak papa Dir?" Ivan lalu membopong tubuh Dira,yang basah kuyup. Dengan kedua tangannya ia memegangi pundak Dira."kaki saya kram Pak,""sakit sekali," rintih wanita 19 tahun itu.Dengan kuatnya,ivan membopong Dira menggunakan kedua tangannya. Meski merasa tidak enak,Dira tetap menuruti apa yang dilakukan Ivan."pegangan dilehe
Dengan baju yang sedikit masih basah,Ivan menuruni anak tangga menuju ruang tamu. Mengingat baju Ivan yang basah,Ibu Dira berinisiatif meminjamkan baju mendiang suaminya kepada Ivan. Ia mendekat dan menghampirinya. "nak Ivan,gantilah pakainmu dengan ini !" ucapnya. Dengan senang hati Ivan menuruti permintaannya,memang sifat Ivan egois,namun dia paling tidak bisa jika harus menolak permintaan seorang ibu. Ivan mengenakan kemeja warna putih dan celana linen warna abu tua. Tinggi badan Ivan yang hampir sama dengan mendiang ayah Dira,sehingga ukurannya sangat pas dibadan Ivan. Setelah mengganti bajunya dikamar tamu,Ivan lalu kembali keruang tamu. Ia melihat kesekitar interior rumah Dira,rumahnya cukup besar. Banyak hiasan dinding yang menghiasi tembok rumah Dira. Terlihat ada sebuah foto besar,seperti sebuah foto keluarga. Difoto itu ada Dira dan ibu Sinta mengenakan kebaya warna biru,dan ayah Dira yang memakai seragam pilot. "ternyata
Ivan berlari ke arah parkiran,ia melihat kesekeliling tempat itu namun nihil. Nadira tidak ada diparkiran,karena suara Dira hilang dan tidak terdengar lagi. Ia lalu kembali berlari dan menuju lorong.Dari kejauhan,ia melihat kolam ikan yang dipinggirannya terdapat sepatu Nadira. Dengan paniknya,ia berlari menghampirinya. Masih dengan posisi yang sama,Nadira merintih kesakitan."aw,kaki gue sakit banget,"desahnya sambil menggigit bibirnya sendiri.Seperti seorang Pangeran yang datang menolong seorang Putri,dengan sigapnya Ivan melepas sepatu dan jasnya, lalu masuk kedalam kolam."kamu gak papa Dir?" Ivan lalu membopong tubuh Dira,yang basah kuyup. Dengan kedua tangannya ia memegangi pundak Dira."kaki saya kram Pak,""sakit sekali," rintih wanita 19 tahun itu.Dengan kuatnya,ivan membopong Dira menggunakan kedua tangannya. Meski merasa tidak enak,Dira tetap menuruti apa yang dilakukan Ivan."pegangan dilehe
Satu bulan sudah berlalu sejak dirinya bekerja dengan CEO yang bernama Ivan. Tepat hari ini,Nadira akan mendapatkan gaji pertamanya. Pagi itu ia berangkat lebih awal,ia harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia rampungkan. Dengan sepatu berhak tinggi layaknya seorang sekertaris pada umumnya,ia berjalan menuju meja kerjanya. Rupanya pagi itu masih sepi,hanya ada beberapa karyawan yang juga berangkat lebih awal,sepertinya. Dan juga sang Presdir Ivander Singgih, dirinya sengaja berangkat lebih pagi dari para karyawan lainnya,karena ada sesuatu yang harus ia lakukan,yakni mengamati para karyawannya. Ia memasuki kantor lalu berjalan menuju ruang kerjanya.Sebelum masuk keruang kerjanya,dari kejauhan ia sudah melihat sekertarisnya duduk didepan komputernya. Ivan menatapnya dari kejauhan,terlihat soso Nadira yang ceria dan cerdas. Ia terlihat begitu piawai dalam bekerja,membuat Ivan selalu terkesan. Masih dalam posisi yang sama,matanya en
Matahari pagi menampakan sinarnya lewat celah jendela,mata Ivan masih sedikit mengantuk. Ia masih malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Namun suara ketukan pintu memaksanya untuk bangkit. "tok...tok...tok," seorang mengetuk pintu kamarnya. "pak,pak Ivan," suara itu terdengar tidak asing ditelinga Ivan. Suara yang sangat dikenalnya,yaitu suara Nadira. Matanya langsung terbuka "Nadira..." ucapnya. "pak,ini sudah siang!!!" teriak Nadira masih mengetuk pintu kamarnya. Ivan lalu bangun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu,lalu membukanya. "Dira,ngapain kamu pagi-pagi sekali sudah kesini??" tanya Ivan yang masih mengenakan celana kolor pendek dan kaos oblong putih. "saya cuma mau ngingetin bapak,kalau hari ini jadwal bapak bermain golf bersama Pak Riki." jawab Dira. Ivan tidak memperhatikan ucapan Dira,yang ia perhatikan ialah pakaian Dira. Pagi itu Dira mengenakan bluos dengan kerah berbentuk
Setelah mengobrol lumayan panjang dengan ibu Dira,dan membuat Dira sedikit badmood. Akhirnya sang CEO itu berpamitan. Dengan sopannya,ia berjanji akan datang kembali kerumah itu."besok-besok saya main kesini lagi bolehkan bu??" harap Ivan dengan percaya diri."tentu boleh dong nak Ivan,ibu dengan senang hati jika nak Ivan mau sering-sering main ketempat kami." ucap Sinta, "aduh Ibu,ngapain sih harus pakai kata sering-sering segala," gerundel Dira dalam hati."oh ya Dir,ini kunci mobilnya,""saya pulang naik taksi saja,"Ivan meletakan kunci mobil dimeja tepat didepan Dira duduk."gak pak,mobilnya dibawa bapak saja,""besok biar saya saja yang pakai taksi," ujarnya."nggak Dir,inikan hak kamu,""ini inventaris kamu," balas Ivan."tapi pak..." rengek Dira."gak tapi-tapi...!" gerutu Ivan."ya sudah pak," jawabnya.Ibu Dira memperhatikan mereka berdua berdebat,malahan ia se
Ivan menyuruh mbok Toro untuk mengambil kotak P3K. Dia lalu membersihkan luka Dira dan mengobatinya."kok sampai bisa jatuh begini Dir,,,??"tanya Ivan sambil mengoleskan obat merah ke dahinya."awww..awww...""pelan...pelan pak..."rintih Dira kesakitan. Memang lukanya tidak terlalu besar,tapi karena berada dikepala sehingga darahnya terus keluar ."ini juga udah pelan kok,tahan sebentar.." ucap Ivan.Melihat Ivan membersihkan lukanya,Dira merasa tidak enak. Boss yang selama ini dia kira egois,ternyata mempunyai hati seperti malaikat juga."nah,sudah selesai" ucap Ivan. Lalu duduk disebelah Dira."makasih pak,,"ucap Dira sembari memegangi kepalanya."lain kali kamu lebih hati-hati,coba kalau kamu sampai gegar otak?? bisa panjang urusannya" Ivan lalu membereskan kotak P3K dan menyuruh mbok Toro untuk menyimpannya kembali."iya pak,tadi saya buru-buru. Saya takut bapak nanti nyariin saya" ucap Dira."kalau
Dira tersenyum,bahkan dia hampir tertawa melihat tingkah bosnya yang super duper panik. Dia tidak menyangka kalau Ivan akan sekaget itu."Kok kamu malahan ketawa??""ada yang lucu dengan saya??" ucap Ivan menghampiri Dira tanpa senyum .Dira merasa kurang sopan mentertawai bosnya,dia lalu dengan sigap menutup mulutnya dengan tangan."gak pak,gak ada yang lucu kok.." jawabnya."jadi,kenapa kamu berhenti??""kamu hampir saja membuat saya menjadi terdakwa!" ucap Ivan. Apa tidak salah dengan ucapan Ivan,apa hubungannya ban bocor dengan terdakwa.Dira mulai bingung dengan ucapan aneh bosnya."kok terdakwa sih pak?""inikan cuma ban bocor pak,bapak gak akan jadi terdakwa kok pak..." ucap Dira mengerutkan kening"begini nih,kalau punya sekertaris yang gak pengalaman""tadi saya kira kamu jatuh,nah kalau kamu beneran jatuh pas kerja bareng saya,otomatis yang tanggung jawab siapa??""saya kan..!!""t
Sudah 5 hari Dira bekerja bersama Ivan.Jam kerjanyapun sudah Ivan rubah. Dari jam 07.00 pagi sampai jam 05.00 . Dia merasa kasihan dengan sekertarisnya itu. Dia merasa terlalu kejam jika memperlakukan karyawannya seperti sekuriti kantor.Besok adalah hari sabtu,dimana dirinya harus datang dan bekerja dirumah bossnya.Dira mengusahakan dirinya untuk bangun lebih pagi. Supaya lebih tepat waktu. Apalagi dia tahu kalau bosnya itu sangat disiplin. Jadi dia tidak ingin kalah dari waktu,ujarnya.Hari ini tugasnya menemani sang Presdir olahraga berkeliling taman kota.Pukul 05.30 pagi dia sudah keluar dari rumahnya,dan sudah berpamitan dengan ibunya . Terasa aneh memang,olahraga saja harus ada sekertarisnya.Mungkin lebih mirip bodyguard,tapi ini bodyguard cewek. Yang harus siap siaga menjaga majikannya.Nadira datang ke kediaman Ivander Singgih menggunakan mobil kantor. Karena beberapa hari yang lalu dirinya difasilitasi sebuah mobil untuk diri
Pukul 06.00 sore Dira baru sampai dirumahnya. Tubuhnya terasa capek dan lelah."Dira pulang...."ucapnya dengan menyender dikursi ruang tengahnya."sayang kamu sudah pulang...??" sapa ibunya."iya bu,Dira baru pulang..." jawab Dira dengan mengecup tangan ibunya."Gimana kerjanya,,?""boss kamu baik gak sama kamu??" tanya Sinta ibu Dira."Dira kerja sebagai sekertaris dari seorang Presdir bernama Ivander bu...""dia orangnya baik kok..." sedikit menutupi sikap Ivan yang sebenarnya membuatnya sedikit marah."syukur deh,ibu seneng dengarnya..."ucapnya."Dira mandi dulu ya bu,,""badan Dira bau asem,pengin berendam.." ucap Dira seraya pergi meninggalkan ibunya."ya udah,jangan lupa bentar lagi makan malam siap.." ujar ibunya."iya bu..."Dira lalu menuju kamar mandi. Seharian berjuang demi menjadi sekertaris seorang CEO,membuatnya cukup kelelahan dihari pertamanya bekerja."Gue g