"Segera tinggalkan tempat, Fabio," bisik seorang pria paruh bayah, pada seorang pemuda yang sedang bersamanya. Mereka sedang bersembunyi, dari kejaran musuh. Antonio bersama anak angkatnya, Fabio. Mereka telah dijebak salah satu rekannya. Antonio adalah seorang boss mafia terbesar dan paling di takuti di negaranya.
"Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Anda disini," tolaknya Fabio.
"Dengarkan perkataanku, Fabio. Kau adalah, satu-satunya orang yang aku percayai untuk mengendalikan bisnis kita," ucapnya lagi.
"Tapi, dengan membiarkan Anda tinggal sendiri disini, itu akan membuatku merasa bersalah, karena gagal melindungi Anda," seru Fabio.
"Tidak! Tidak akan ada yang berani menyalahkanmu dalam masalah ini. Tapi, jika kau tetap berada disini bersamaku, siapa yang akan meneruskan bisnis kita. Siapa yang akan mencaritahu dalang dari kejadian hari ini, dan menuntut balas untuk hari ini? Lalu, siapa yang akan melindungi Andien, saat aku tidak ada nanti?" ungkap Antonio.
Fabio terdiam, apa yang dikatakan Tuannya ada benarnya. Jika ia tetap disini, maka siapa yang akan menuntut balas atas kejadian ini, dan Andien. Gadis cantik yang tumbuh besar bersama dengannya, serta empat saudara yang lain. Andien adalah putri tunggal dari Antonio. Andien sangat dekat dengan kelima saudara angkatnya.
Fabio, Samuel, Lucas, Christian, dan Andrew adalah anak yang di pungut oleh Antonio di jalan. Mereka kemudian dilatih dengan keahlian masing-masing. Fabio, adalah salah satu tangan kanan Antonio yang paling ia percayai. Sikap Fabio yang tenang, membuatnya paling disegani. Samuel sendiri, dikenal paling sadis diantara keempat saudaranya. Samuel paling di takuti para musuh Antonio. Sedangkan Lucas, Christian, dan Andrew adalah pelengkap bagi kedua saudaranya, yang bertugas menjaga Andien dan mengawasinya.
Antinio kembali meyakinkan anak angkatnya, untuk pergi meninggalkannya dan meminta bantuan pada anak buahnya yang lain. Dengan berat hati, akhirnya Fabio pergi meninggalkan bossnya. Fabio berhasil menyelinap keluar menuju mobil, ia pun kemudian menelpon Samuel dan kedua saudaranya yang lain. Saat sambungan telepon Fabio baru saja tersambung, tiba-tiba terdengar suara dentuman besar disertai ledakan.
Duar!
Fabio seketika balik badan dan terkejut melihat kobaran api dengan asap yang membumbung tinggi.
"Ayah!" pekik Fabio memanggil seseorang yang tadi bersamanya. Fabio pun terjerembab ke tanah, bersimpuh menatap gedung yang perlahan habis di lalap si jago merah. Tanpa Fabio sadari, butiran bening menganak di pelupuk matanya. Pemuda tampan itu kembali terpempas ke tanah, saat menatap kobaran api yang ikut membakar seseorang yang selama ini menjadi tempatnya bernaung."Ayah!" gumam Fabio sekali lagi, sembari menunduk. Tidak lama kemudian, Samuel berserta saudaranya yang lain datang dan terkejut saat melihat Fabio yang bersimpuh menatap ke arah kobaran api yang masih menyala. Samuel meminta anak buah yang lain menyisir tempat itu. Sementara dirinya beserta, saudaranya mendekati Fabio.
"Ada apa, Fabio?" tanya Samuel. Fabio hanya membisu.
"Fabio, dimana Ayah?" lanjut Samuel.
Kali ini Fabio hanya menoleh sekilas dan kembali menatap ke arah gedung yang kini terbakar. Samuel membulatkan matanya, ia bisa langsung menebak jika saat ini Ayah mereka sudah tewas terbakar.
Samuel mengangkat Fabio dan membawanya berdiri, dibantu oleh Lucas serta Christian. Sedangkan Andrew, telah berada di mobil dan segera pergi meninggalkan tempat itu, setelah dipastikan seluruh saudaranya masuk ke dalam mobil.****
Pemakan Tuan Antonio, dihadiri oleh pelayat dari berbagai kalangan. Mulai dari rekan bisnis, hingga para petinggi negara. Antonio merupakan seorang pengusaha yang sukses. Perusahaannya telah menyebar di seluruh penjuru negeri. Semua itu hanya untuk menutupi bisnisnya yang sebenarnya. Antonio juga seorang ketua mafia yang paling di segani di negaranya.
Setelah acara pemakaman selesai, para pelayat pun membubarkan diri. Tinggallah, kelima anak angkatnya dan putri semata wayangnya, yang masih menangisi kepergiannya. Andien menangis dalam pelukan Lucas. Andien memang lebih dekat dengan Lucas dari pada keempat saudaranya yang lain.
"Ayo kita pulang, Fabio!" ajak Samuel.
"Pulanglah dulu, Sammy, bawa juga Andien bersama kalian. Biarkan aku tetap disini sebentar lagi," sahut Fabio.
"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri disini," timpal Samuel.
"Dengarkan aku, Sammy, saat ini Andien lebih membutuhkan kalian dari pada aku. Bawa dia pulang dan hiburlah dia," pinta Fabio.
"Tidak!" tolak Samuel.
Andien dan Lucas menoleh ke arah Fabio dan Samuel. Lucas pun kemudian membawa Andien mendekati mereka.
"Ada apa ini?" tanya Lucas. Diantara keempat saudaranya, Lucaslah yang paling bijak. Dia selalu memberikan solusi untuk semua masalah saudaranya."Tidak ada apa-apa," jawab Samuel cepat.
"Ayo kita pulang," Fabio beranjak dan berjalan mendahului mereka.
***
Beberapa hari setelah kepergian Tuan Antonio. Semua kembali berjalan seperti biasanya. Mereka kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Semuanya telah di beri tugas dengan bidang yang mereka kuasai, dan Fabio lah yang memimpin dan mengarahkan mereka semua.
Andien belum kembali ke asramanya, ia masih berduka dengan kepergian ayahnya. Ia masih saja mengurung diri di kamarnya. Hanya Lucas yang berani mendekatinya. Lucas, di berikan tugas tambahan untuk menemani Andien, selama gadis itu berada di rumah.
Lucas memiliki sikap paling dewasa diantara semuanya. Ia juga paling bijak dalam memberi dan mengambil keputusan. Fabio sendiri masih mencaritahu pelaku, dibalik kejadian yang menimpa ia dan ayah angkatnya. Hingga pria paruh baya itu tewas dalam kebakaran. Fabio juga curiga, jika kejadian hari itu, mereka bukan mengincar Antonio, melainkan dirinya. Sebab, pada hari itu Antonio melarang Fabio untuk ikut bersamanya.
Padahal selama ini, Fabio selalu ikut kemanapun Antonio pergi. Fabio bagai bayangan Antonio. Bisa dikatakan, Fabio adalah tangan kanan Antonio. Tidak ada yang paling Antonio percayai, selain Fabio.
"Ayah, aku berjanji, aku akan mencari tahu siapa dalang dari kematianmu. Aku akan mencari mereka semua yang terlibat di dalamnya. Akan aku buat mereka membayar setiap rasa sakit yang kau rasakan, saat tubuhmu terbakar dalam ledakan di gedung itu." batin Fabio.
Keesokan harinya, tiba hari dimana Andien akan kembali ke asramanya. Sebenarnya, Andien masih enggan kembali, ia masih merasa bersedih dengan kepergian sang ayah. Lucas mencoba membujuknya, biasanya setiap kali jika Lucas yang bicara. Andien selalu mendengarkan apapun itu. Namun, kali ini Andien menolak dan tidak mendengarkan apa kata Lucas. Fabio yang baru saja kembali, segera menghampiri keempat saudaranya yang tampak sedang berdiskusi di depan kamar Andien."Ada apa ini?" tanya Fabio.
"Andien tidak mau kembali ke asrama," sahut Andrew.
Fabio tampak menautkan kedua alisnya heran, kemudian melirik ke arah Lucas dan menatap penuh tanya.
"Maafkan aku, entah mengapa aku tidak berhasil membujukny. Andien tidak mau mendengarkan aku kali ini," jawab Lucas.
Fabio menarik nafas panjang, kemudian berjalan masuk ke kamar Andien. Terihat Andien sedang duduk di pojok kamarnya dengan tatapa lurus kedepan.
"Sudah aku katakan Lucky, jangan ganggu aku," seru Andien sembari melempar bantal ke arah Fabio. Andien tidak mengetahui jika yang masuk saat ini adalah Fabio. Fabio menangkap bantal yang terbang mengarah kepadanya. Andien terkejut melihat keberadaan Fabio di kamarnya."Ada apa ini?" tanya Fabio lembut, sembari mendekati Andien.
bersambung.
Andien terdiam saat ia tahu, jika yang ada di hadapannya saat ini bukannya LUcas, meainkan Fabio. Fabio berjalan mendekatinya, kemudian duduk di sampingnya."Ada apa Dany?" Fabio menyebut Andien dengan nama panggilan sayangnya. Mereka berenam memiliki nama panggillan yang diperuntukan untuk mereka. Fabio akan di panggil Fabby, Samuel menjadi Sammy, Lucas menjadi Lucky, Christian menjadi Christy, serta Andrew menjadi Andry, dan Andien sendiri menjadi Danny. Nama itu mereka sematkan, agar semua orang tahu kalau mereka bersaudara, hanya dengan mendengar nama mereka.Nama itu dipilih oleh Antonio sendiri, untuk mereka. Antonio sangat menyayangi mereka semua, tidak ada jarak antara mereka. Begitu pula dengan Andien dengan kelima saudara angkatnya. Kelima nya sangat menyayangi Andien, mereka telah berjanji akan menjaga dan melindungi Andien, itu akan mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan membalas kebaikan Antonio. Jika bukan karenanya, mungkin saat ini, mereka masih
"Lakukan sesuai rencana, aku mau dia memberikan proyek itu pada kita. Jika dia menolak, paksa dia, kalian tau apa yang harus kalian lakukan," ucap seseorang pada anak buahnya.Anak buahnya hanya menundukkan kepal, kemudian segera berlalu."Antonio, kau memang bukan lawan yang mudah," gumam pria muda itu, sembari menggoyang-goyangkan gelas yang berisi minuman, kemudian meneguk habis isinya."Aku mengira, balas dendamku akan berakhir, setelah membunuhmu. Aku juga tidak mengira, jika para bajingan itu begitu pintar. Mereka juga sangat patuh dan setia pada perintahmu, bahkan setelah kau tidak ada."Pemuda itu menatap lurus ke arah photo seseorang, yang menggantung di dinding dengan bingkai berukuran besar. Masih kesal dengan kegagalan anak buahnya tempo hari. Tapi, dia tidak putus asa, ia akan kembali membuat rencana untuk menggulingkan kekuasaan, yang saat ini dipimpin Fabio dan keempat saudaranya. Ia ingin sekali menguasai dan menjadi pemimpin dari semua
Andien kembali ke rumah, untuk menghabiskan waktu liburannya. Namun, kali ini, ia harus kecewa. Sebab, lagi-lagi sedang berada di luar negeri."Kalau tau begini, mendingan tetap ke asrama atau ikut liburan bersama keluarga Clara," gerutu Andien."Fab, kamu lagi apa sekarang?" gumam Andien. Saat pikiran Andien menerawang jauh, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ponselnya. Dengan malas ia meraih dan matanya membulat saat ia melihat nama yang tertera disana."Fabio," desis Andien. Dengan sigap, ia menjawab panggilan Fabio."Hallo," ucap Andien."Kamu sudah di rumah?" terdengar suara dari seberang. Suara itu, suara yang selama ini ia rindukan."Sweety, kamu mendengarku?" lanjut Fabio."Ah, ya... Aku sudah dirumah," sahut Andien."Aku akan mengubahnya kepanggilan video," ujar Fabio. Tidak perlu waktu lama, wajah tampan Fabio terpampang jelas di layar ponsel Andien. Andien tersenyum, membalas senyuman Fabio."Apa y
Setelah kejadian di hari itu, Leo dan Andien jadi sering bertemu. Leo yang begitu penasaran dengan sosok, Andien. Berusaha mencaritahu tentang Andien dan semuanya tentang Andien. Leo, sangat menyukai Andien. Meskipun, Andien selalu menanggapinya dengan cuek dan dingin. Tapi, Leo tidak pernah putus asa, ia terus berusaha mendekati Andien dan berusaha mencuri perhatian darinya."Aku yakin, suatu saat nanti, kamu pasti akan bersikap baik padaku," gumam Leo, menatap kepergian Andien. Leo pun memutar kendaraannya dan kembali ke kediamannya.Andien sendiri sebetulnya mulai risih dengan sikap dan perilaku Leo. Pemuda itu memang tidak pernah berbuat sesuatu yang melampaui batas. Namun, sikapnya terkadang membuat Andien gerah. Ia selalu saja mengikuti ke manapun Andien pergi."Apa mau kamu?" tanya Andien kesal. Ia benar-benar dibuat kesal dengan sikap Leo."Jangan marah, aku hanya ingin berteman. Tidak masalahkan?" sahut Leo."Sudah aku katakan, aku tidak b
"Anda sudah siap, Nona?" tanya pengawalnya.Andien hanya menganggukkan kepalanya. Hari ini, ia akan kembali ke asrama, untuk menyelesaikan ujian akhirnya. Semuanya telah siap, Andien pun berpamitan pada seluruh pelayan, Andien pun meninggalkan rumah dan kembali ke asrama. Andien menatap keluar jendela mobil, hingga di persimpangan jalan. Mobil yang membawa Andien, tiba-tiba berhenti karena di hadang orang tidak di kenal.Ciiit ...."Ada apa, Mark?" tanya Andien, meringis sembari memegang dahinya."Ada yang menghadang mobil kita, Nona," jawab Mark, sopir yang selalu mengantar ke manapun Andien pergi.Mendengar itu, seketika para pengawal turun. Melihat para pengawal turun, mereka pun langsung bergegas menyerang para pengawal Andien. Perkelahian pun tidak bisa di hindari, Andien hanya diam di dalam mobil bersama Mark. Tiba-tiba, pintu mobil terbuka. Salah satu dari mereka menarik Andien keluar dan menyeretnya."Lepas, tolong," pekik Andien. Na
Hari kelulusan Andien telah tiba. Ia sempat murung dan sedih. Sebab, hanya Lucas yang bisa hadir menemaninya. Setelahnya, Andien segera mengemasi barang-barangnya dan berpamitan pada sahabatnya, Clara."Sampai ketemu lagi ya," Clara memeluk erat Andien."Kamu juga, jaga diri. Jangan larak-lirik, saat di kampus," ucap Andien."Tidak akan. Aku kan, orangnya setia, Ndien," celetuk Clara membela diri."Setia? Dari siapa, emang kamu punya pacar?" tanya Andien."Siapa lagi, kalau bukan Fabio lah," sahut Clara santai.Wajah Andien seketika berubah, ada rasa kesal dalam hatinya, ketika seorang menyebut nama pemuda itu. Tapi, justru sebaliknya, Clara tahu. Jika Andien sudah sejak lama menyukai Fabio. Clara mengetahui semua seluk beluk keluarga Andien. Sebab, papa Clara adalah salah satu orang kepercayaan ayah Andien.Clara juga tahu, Fabio juga menyukai Andien. Tapi, keduanya masih malu dan enggan untuk saling jujur. Untuk itulah, Clara selalu menggo
Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya."Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka."Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien.."Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang
"Kalian akan pergi lagi?" tanya Andien, saat melihat kelima pangeran tampannya telah bersiap."Iya, Sweety," sahut Samuel."Bukannya, kita semua akan pergi ke makam ayah hari ini?" tambah Andien."Setelah pulang dari makam ayah, kami semua akan kembali," sambung Lucas."Oh," Andien berucap lirih.Kelima pemuda tampan itu tampak saling melempar pandangan, kemudian menghentikan kegiatanya, dan saling memberi kode."Luc, kau bisa gantikn aku di pertemuan kali ini?" ucap Samuel memecah kesunyian."Maafkan aku, sepertinya ada sesuatu yang aku lupakan disini dan itu harus aku selesaikan secepatnya," jawab Lucas."Kalau kalian twins?" tanya Samuel pada si kembar Andrew dan Christian.Keduanya menggelengkan kepala, dan menjawab mereka juga masih punya urusan."Bagaimana ini, Fab?" kata Samuel bingung."Sudahlah, kita putuskan untuk selesaikan masalah disini dahulu, setelah itu baru kita semua kembali," putus Fabio.