Beranda / Romansa / Lima Pengawal / Tewasnya Sang Penguasa

Share

Lima Pengawal
Lima Pengawal
Penulis: Icha Mawik

Tewasnya Sang Penguasa

"Segera tinggalkan tempat, Fabio," bisik seorang pria paruh bayah, pada seorang pemuda yang sedang bersamanya. Mereka sedang bersembunyi, dari kejaran musuh. Antonio bersama anak angkatnya, Fabio. Mereka telah dijebak salah satu rekannya. Antonio adalah seorang boss mafia terbesar dan paling di takuti di negaranya.

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Anda disini," tolaknya Fabio.

"Dengarkan perkataanku, Fabio. Kau adalah, satu-satunya orang yang aku percayai untuk mengendalikan bisnis kita," ucapnya lagi.

"Tapi, dengan membiarkan Anda tinggal sendiri disini, itu akan membuatku merasa bersalah, karena gagal melindungi Anda," seru Fabio.

"Tidak! Tidak akan ada yang berani menyalahkanmu dalam masalah ini. Tapi, jika kau tetap berada disini bersamaku, siapa yang akan meneruskan bisnis kita. Siapa yang akan mencaritahu dalang dari kejadian hari ini, dan menuntut balas untuk hari ini? Lalu, siapa yang akan melindungi Andien, saat aku tidak ada nanti?" ungkap Antonio.

Fabio terdiam, apa yang dikatakan Tuannya ada benarnya. Jika ia tetap disini, maka siapa yang akan menuntut balas atas kejadian ini, dan Andien. Gadis cantik yang tumbuh besar bersama dengannya, serta empat saudara yang lain. Andien adalah putri tunggal dari Antonio. Andien sangat dekat dengan kelima saudara angkatnya.

Fabio, Samuel, Lucas, Christian, dan Andrew adalah anak yang di pungut oleh Antonio di jalan. Mereka kemudian dilatih dengan keahlian masing-masing. Fabio, adalah salah satu tangan kanan Antonio yang paling ia percayai. Sikap Fabio yang tenang, membuatnya paling disegani. Samuel sendiri, dikenal paling sadis diantara keempat saudaranya. Samuel paling di takuti para musuh Antonio. Sedangkan Lucas, Christian, dan Andrew adalah pelengkap bagi kedua saudaranya, yang bertugas menjaga Andien dan mengawasinya.

Antinio kembali meyakinkan anak angkatnya, untuk pergi meninggalkannya dan meminta bantuan pada anak buahnya yang lain. Dengan berat hati, akhirnya Fabio pergi meninggalkan bossnya. Fabio berhasil menyelinap keluar menuju mobil, ia pun kemudian menelpon Samuel dan kedua saudaranya yang lain. Saat sambungan telepon Fabio baru saja tersambung, tiba-tiba terdengar suara dentuman besar disertai ledakan.

Duar!

Fabio seketika balik badan dan terkejut melihat kobaran api dengan asap yang membumbung tinggi.

"Ayah!" pekik Fabio memanggil seseorang yang tadi bersamanya. Fabio pun terjerembab ke tanah, bersimpuh menatap gedung yang perlahan habis di lalap si jago merah.

 Tanpa Fabio sadari, butiran bening menganak di pelupuk matanya. Pemuda tampan itu kembali terpempas ke tanah, saat menatap kobaran api yang ikut membakar seseorang yang selama ini menjadi tempatnya bernaung.

"Ayah!" gumam Fabio sekali lagi, sembari menunduk. Tidak lama kemudian, Samuel berserta saudaranya yang lain datang dan terkejut saat melihat Fabio yang bersimpuh menatap ke arah kobaran api yang masih menyala. Samuel meminta anak buah yang lain menyisir tempat itu. Sementara dirinya beserta, saudaranya mendekati Fabio.

"Ada apa, Fabio?" tanya Samuel. Fabio hanya membisu.

"Fabio, dimana Ayah?" lanjut Samuel.

Kali ini Fabio hanya menoleh sekilas dan kembali menatap ke arah gedung yang kini terbakar. Samuel membulatkan matanya, ia bisa langsung menebak jika saat ini Ayah mereka sudah tewas terbakar.

Samuel mengangkat Fabio dan membawanya berdiri, dibantu oleh Lucas serta Christian. Sedangkan Andrew, telah berada di mobil dan segera pergi meninggalkan tempat itu, setelah dipastikan seluruh saudaranya masuk ke dalam mobil.

**** 

Pemakan Tuan Antonio, dihadiri oleh pelayat dari berbagai kalangan. Mulai dari rekan bisnis, hingga para petinggi negara. Antonio merupakan seorang pengusaha yang sukses. Perusahaannya telah menyebar di seluruh penjuru negeri. Semua itu hanya untuk menutupi bisnisnya yang sebenarnya. Antonio juga seorang ketua mafia yang paling di segani di negaranya.

Setelah acara pemakaman selesai, para pelayat pun membubarkan diri. Tinggallah, kelima anak angkatnya dan putri semata wayangnya, yang masih menangisi kepergiannya. Andien menangis dalam pelukan Lucas. Andien memang lebih dekat dengan Lucas dari pada keempat saudaranya yang lain. 

"Ayo kita pulang, Fabio!" ajak Samuel.

"Pulanglah dulu, Sammy, bawa juga Andien bersama kalian. Biarkan aku tetap disini sebentar lagi," sahut Fabio.

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri disini," timpal Samuel.

"Dengarkan aku, Sammy, saat ini Andien lebih membutuhkan kalian dari pada aku. Bawa dia pulang dan hiburlah dia," pinta Fabio.

"Tidak!" tolak Samuel.

Andien dan Lucas menoleh ke arah Fabio dan Samuel. Lucas pun kemudian membawa Andien mendekati mereka.

"Ada apa ini?" tanya Lucas. Diantara keempat saudaranya, Lucaslah yang paling bijak. Dia selalu memberikan solusi untuk semua masalah saudaranya.

"Tidak ada apa-apa," jawab Samuel cepat.

"Ayo kita pulang," Fabio beranjak dan berjalan mendahului mereka.

***

Beberapa hari setelah kepergian Tuan Antonio. Semua kembali berjalan seperti biasanya. Mereka kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Semuanya telah di beri tugas dengan bidang yang mereka kuasai, dan Fabio lah yang memimpin dan mengarahkan mereka semua. 

Andien belum kembali ke asramanya, ia masih berduka dengan kepergian ayahnya. Ia masih saja mengurung diri di kamarnya. Hanya Lucas yang berani mendekatinya. Lucas, di berikan tugas tambahan untuk menemani Andien, selama gadis itu berada di rumah.

Lucas memiliki sikap paling dewasa diantara semuanya. Ia juga paling bijak dalam memberi dan mengambil keputusan. Fabio sendiri masih mencaritahu pelaku, dibalik kejadian yang menimpa ia dan ayah angkatnya. Hingga pria paruh baya itu tewas dalam kebakaran. Fabio juga curiga, jika kejadian hari itu, mereka bukan mengincar Antonio, melainkan dirinya. Sebab, pada hari itu Antonio melarang Fabio untuk ikut bersamanya.

Padahal selama ini, Fabio selalu ikut kemanapun Antonio pergi. Fabio bagai bayangan Antonio. Bisa dikatakan, Fabio adalah tangan kanan Antonio. Tidak ada yang paling Antonio percayai, selain Fabio.

"Ayah, aku berjanji, aku akan mencari tahu siapa dalang dari kematianmu. Aku akan mencari mereka semua yang terlibat di dalamnya. Akan aku buat mereka membayar setiap rasa sakit yang kau rasakan, saat tubuhmu terbakar dalam ledakan di gedung itu." batin Fabio.

Keesokan harinya, tiba hari dimana Andien akan kembali ke asramanya. Sebenarnya, Andien masih enggan kembali, ia masih merasa bersedih dengan kepergian sang ayah. Lucas mencoba membujuknya, biasanya setiap kali jika Lucas yang bicara. Andien selalu mendengarkan apapun itu. Namun, kali ini Andien menolak dan tidak mendengarkan apa kata Lucas. Fabio yang baru saja kembali, segera menghampiri keempat saudaranya yang tampak sedang berdiskusi di depan kamar Andien.

"Ada apa ini?" tanya Fabio.

"Andien tidak mau kembali ke asrama," sahut Andrew.

Fabio tampak menautkan kedua alisnya heran, kemudian melirik ke arah Lucas dan menatap penuh tanya.

"Maafkan aku, entah mengapa aku tidak berhasil membujukny. Andien tidak mau mendengarkan aku kali ini," jawab Lucas.

Fabio menarik nafas panjang, kemudian berjalan masuk ke kamar Andien. Terihat Andien sedang duduk di pojok kamarnya dengan tatapa lurus kedepan.

"Sudah aku katakan Lucky, jangan ganggu aku," seru Andien sembari melempar bantal ke arah Fabio. Andien tidak mengetahui jika yang masuk saat ini adalah Fabio. Fabio menangkap bantal yang terbang mengarah kepadanya. Andien terkejut melihat keberadaan Fabio di kamarnya.

"Ada apa ini?" tanya Fabio lembut, sembari mendekati Andien.

bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status