Home / Romansa / Lima Pengawal / Insiden Di Kampus

Share

Insiden Di Kampus

Hari kelulusan Andien telah tiba. Ia sempat murung dan sedih. Sebab, hanya Lucas yang bisa hadir menemaninya. Setelahnya, Andien segera mengemasi barang-barangnya dan berpamitan pada sahabatnya, Clara.

"Sampai ketemu lagi ya," Clara memeluk erat Andien.

"Kamu juga, jaga diri. Jangan larak-lirik, saat di kampus," ucap Andien.

"Tidak akan. Aku kan, orangnya setia, Ndien," celetuk Clara membela diri.

"Setia? Dari siapa, emang kamu punya pacar?" tanya Andien.

"Siapa lagi, kalau bukan Fabio lah," sahut Clara santai.

Wajah Andien seketika berubah, ada rasa kesal dalam hatinya, ketika seorang menyebut nama pemuda itu. Tapi, justru sebaliknya, Clara tahu. Jika Andien sudah sejak lama menyukai Fabio. Clara mengetahui semua seluk beluk keluarga Andien. Sebab, papa Clara adalah salah satu orang kepercayaan ayah Andien.

Clara juga tahu, Fabio juga menyukai Andien. Tapi, keduanya masih malu dan enggan untuk saling jujur. Untuk itulah, Clara selalu menggoda Andien, dengan mengatakan kalau dia menyukai Fabio.

Clara dan Andien keluar dari kamar mereka bersama-sama. Terlihat Lucas dan sopir Clara sedang mengobrol.

"Ndien, itu Lucas kan?" Clara menunjuk pemuda yang sedang berdiri di hadapannya.

"Iya. Itu Lucas," sahut Andien malas.

"Ndien, kalau Fabio tidak menerimaku jadi pacarnya. Aku sama Lucas, juga tidak apa-apa," cetus Clara.

"Apa! Kamu kenapa sih, tadi katamu setia sama Fabio?" sindir Andien.

"Ndien, untuk jaga-jaga kalau, Fabio menolak. Aku mau mendekati Lucas juga," kekeh Clara.

"Tidak boleh!" protes Andien.

'Kenapa?" tanya Clara bingung.

"Kalau Fabio, ya Fabio aja. Jangan Lucas juga," seru Andien.

Clara hanya terkekeh mendengar. Clara tahu saat ini Anidien sedang cemburu padanya. Setelah saling menyapa, Andien dan Clara pun berpisah dan kembali ke rumah masing-masing. Lucas membawa Andien menuju bandara dan langsung terbang ke Italia. Disana telah tersedia kejutan untuk Andien.

"Istirahat saja dulu, aku akan membangunkamu, saat kita sampai nanti," hibur Lucas. Lucas tahu saat ini Andien sedang kesal dengan keempat saudaranya, yang tidak datang menjemputnya. Akhirnya, Andien pun tidak bisa melawan rasa kantuknya, ia pun kemudian tertidur.

Perjalanan yang panjang serta melelahkan, membuat Andien tertidur dengan pulas. Ia pun tidak sadar jika sudah tiba di negaranya. Tanpa Andien sadari juga, Fabio menjempunya di badara. Melihat Andien yang pulas, Fabio melarang Lucas untuk membangunkannya. Fabio lantas mengendong Andien ke dalam mobil dan memangkunya di sepanjang perjalanan.

Tiba di rumah, ketiganya ingin memberikan kejutan untuk Andien, Tapi, sesaat kemudian, mereka melihat kode dari Fabio yang menyatakan jika tuan putri mereka sedang tertidur. Mereka pun mengurungkan niatnya, dan kembali ke ruang keluarga.

Keesokan paginya, Andien terbangun. Saat mendengar keributan di bawah. Ia sempat memperhatikan sekelilingnya dan langsung mengenali tempat itu. Andien mendengar suara tawa dan canda, yang Andien sendiri sangat mengenal pemilik suara itu. Andien perlahan bangun dan turun dari kamarnya.

"Selamat pagi Tuan putri," sapa Christian yang telah berada di belakangnya. Suara Christian sontak membuat yang lainnya menoleh ke arah tangga.

"Chris, aku merindukanmu," Andien memeluk Christian erat.

"Kamu tidak merindukan kami, Sweety?" celetuk Andrew.

Andien segera melepas pelukannya dan menoleh ke arah suara.

"Kalian?" tunjuk Andien.

"Kemarilah," Samuel mengulurkan tangannya.

Andien pun berlari turun dan memeluk satu persatu saudaranya, yang amat ia ridukan. Kemudian, Andien meirik ke arah Fabio, yang sedari tadi hanya diam. Andien masih terpaku dengan wajah Fabio yang tersenyum padanya. 

"Kau tidak merindukanku, Sweety?" tanya Fabio, sembari membuka tangannya. Menunggu untuk di peluk, seperti yang lainnya. Andien pun segera menghampiri Fabio dan memeluknya. Ia memejamkan matanya dan menghirup dalam aroma tubuh Fabio. Pemuda itu tampak mengusap pundak Andien.

"Kalian, kapan datangnya?" tanya Andien, sambil menguyah makanannya.Mereka memiliki kebiasaan, yang telah di ajarkan mendiang ayah angkatnya. Jika sedang makan bersama, mereka akan makan dengan saling menyuapi satu dengan yang lain, dan otulah yang terjadi saat ini.

"Kemarin, saat kamu sampai dan kamu tertidur," sahut Andrew.

"Lalu, siapa yang membawaku dari bandara hingga tiba di kamar?" lanjut Andien.

"Fabio," jawab Samuel.

Fabio segera meneguk air putihnya hingga kandas, untuk menghilangkan rasa canggungnya. Ia tidak mau sampai Andien tahu, jika dia lah yang memangku Andien dari bandara hingga menggendong ke kamarnya.

Andien tersenyum dan mengarahkan tangannya yang berisi roti lapis ke arah Fabio. Semula Fabio menolak dengan alasan ia sudah kenyang. Namun, tangan Andien masih dalam posisi terangkat. HIngga Fabio mau menerimanya.

Akhirnya, Fabio membuka memulutnya an menerima suapan dari Andien, dan kini Fabio juga melakukan hal sebaliknya. Mereka pun melanjutkan makan mereka, mash dengan cara yang sama. Kebersamaan inilah, yang ingin terus Fabio jaga hingga nanti.

Di tempat lain, seseorang melapor pada bossnya.

"Jadi saat ini, Andien putri Antonio itu, sudah kembali ke negaranya, dan berkumpul dengan ke lima pengawalnya?" ucap seorang pemuda seumuran Fabio, pada asistennya.

"Iya, Tuan. Nona Andien telah menyelesaikan pendidikannya," jawab sang asisten.

'Baikah, mungkin saat ini, Tuhan sedang berada dipihakku. Ia seolah memberi jalan, memudahkan aku untuk menjalankan rencanaku," desisnya sembari tersenyum penuh arti.

****

Andien merasa senang, sebab saat ini ia di kelilingi oleh kelima saudaranya. Mereka pun menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan ke taman hiburan, nonton bioskop, makan malam diluar dan lain sebagainya.

"Kamu sudah memutuskan, untuk melanjutkan pendidikan kamu dimana, Sweety?" tanya Sam, di saat mereka sedang berada di taman, piknik bersama.

"Aku masih bingung, Sam," jawab Andien.

"Kenapa, apa yang kamu pikirkan?" lanjut Sam.

"Tidak ada," sahut Andien.

"Lalu?" 

"Aku masih ingin menikmati waktu bersama kalian. Jadi, aku tidak mau memikirkan hal yang lainnya dulu," seru Andien beranjak dan menghampiri yang lainnya. Samuel, hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Ia pun beranjak dan ikut bergabung dengan saudaranya yang lain.

Akhirnya, libur Andien telah usai dan ia telah siap untuk menempuh pendidikan kembali. Andien juga memutuskan untuk melanjutjan pendidikannya, di dalam negeri saja. Andien tidak mau lagi jauh dari rumah dan saudaranya.

Hari pertama masuk, Andien diantar oleh kelima pangeran tampannya.Semua mata tertuju pada sosok Andien, yang berjalan di tengah bersama Fabio. Setelah mereka mengantarkan Andien ke kelasnya. Fabio sejenak duduk di sampingnya.

"Besok, kami semua akan kembali ke kehidupan masing-masing," cetus Fabio pada Andien, saat mereka masih di ruang kelas.

"Cepat sekali!" seru Andien.

"Kami telah lama, meninggalkan perusahaan dan bisnis. Aku berjanji, setelah semuanya selesai, aku dan yang lainnya akan kembali mengunjungimu," ucap Fabio, sembari mengusap kepala Andien.

"Baiklah, aku mengerti," sahut Andien.

"Tapi, kamu jangan khawatir.Setiap akhir pekan salah satu dari kami berlima, akan mengunjungimu dan menghabiskan waktu bersamamu." ucap Fabio sambil mengedipkan mata.

Andien tersenyum dan langsung memeluknya erat. Fabio membalas pelukan Andien dan sesekali mwngusap kepalanya kemudian mengecupnya.

****

Hari berikutnya Andien di kampus, ia jadi mudah di kenali, sebab kelima saudaranya. Sudah Andien perkirakan, akan jadi seperti ini. Banyak sekali yang mendekati Andien dan bertanya, tentang salah satu dari kelima pangerannya.

Andien telah terbiasa menghadapi semua ini. Ia hanya mengatakan, apa yang seharusnya ia katakan dan tetap menjaga jarak dari mereka. Andien tetap di kawal, saat ke kampusnya. Semula Andien menolak. Namun, setelah Fabio memberikannya penjelsan, ia pun akhirnnya setuju.

"Hai, namaku Susan," ucap seorang gadis yang duduk di sebelah Andien, sembari mengulurkan tangan.

"Aku Andien," jawab Andien menyambut uluran tangannya.

Susan pun menjadi teman pertama Andien, di kampusnya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan, Susan kerap membantu Andien menghadapi para fans kelima pangerannya.

"Ndien, apa aku boleh bertanya, satu hal padamu?" tanya Susan, saat mereka berada di cafetaria.

"Boleh," sahut Andien.

"Siapa kamu?" tanya Susan.

"Maksud kamu?" Andien menautkan kedua alisnya. Ia merasa tertanggu dengan pertanyaan yang diajukan oleh Susan.

"Aku selalu memperhatikan, setiap hari kamu diantar naik mobil anti peluru dan dikawal ketat dengan pria berwajah seram," kata Susan sambil menatap penuh rasa ingin tahu.

Andien menarik nafas panjang dan mencoba menjawan pertanyaan Susan dengan bijak, agar gadis yang baru di kenalnya ini, tidak curiga dengan apa yanh akan ia katakan. Andien tidak mungkin mengatakan sejujurnya, jika ia adalah putri dari seorang pimpinan mafia terbesar.

"Aku orang biasa, sama seperti kamu." kata Andien, mencoba menyakinkan Susan.

"Tapi, aku tidak yakin. Aku merasa kamu pasti anak seseorang yang berpengaruh di kota ini," sambung Susan.

"Tidak. Mendiang ayahku, hanya seorang pengusaha biasa. Sama seperti orang diluar sana," tambah Andien.

"Benarkah? Ayahmu, seorang bisnis man?" 

Andien hanya menganggukkan kepalanya.

"Ayah kamu, bisnisnya bergerak di bidang apa?" Susan terus mengajukan pertamyaan, yang menurut Andien, tidak masuk akal. Menurut Andien, Susan seperti ingin mengorek keterangan dari Andien. Andien pun memilih bergegas pergi meninggalkan Susan dan kembali ke kelas.

Beberapa hari kemudian, Susan masih berusaha mendekati Andien kembali. Namun, Andien berusaha terus menghindarinya. Sadar akan Andien mulai menjauh, membuat Susan menjadi kesal. Ia berencana untuk menemui Andien dan bertanya padanya mengapa dia menjauhinya.

"Andien," seru Susan, saat Andien berada di toilet.

Andien terkejut sampai membulatkan matanya. Andien mundur perlahan, sadar akan dirinya terpojok membuat Andien ketakutan. Tapi, Andien berusaha untuk bersikap tenang dan berbicara pada Susan.

"Susan, kamu ada disini juga?" ucap Andien berusaha tenang.

"Iya. Aku sengaja nunggu kamu disini, sebab kamu selalu mengindari dariku," sahut Susan.

"Aku bukan menghindar. Tapi, akhir-akhir ini, aku sibuk sekali," jawab Andien sekenanya.

"Kamu bohong!" bentak Susan.

Andien terperanjat mendengar suara Susan. Andien kembali berusaha untuk tenang. 

"Aku tidak berbohong, aku memang sibuk belakangan ini. Salah satu kakaku akan berulang tahun. Jadi, aku dan yang lainnya berusaha untuk memberikannya kejutan," timpal Andien dengan suara bergetar.

"Aku tidak percaya, kamu pasti berbohong," tuding Susan.

"Aku mengatakan yang sejujurnya," seru Andien, ia mulai pucat. Saat ini, hanya ada dirinya dan Susan di dalam toilet, dan pintu toilet saat ini sudah terkunci.

"Kamu pembohong, sekali pembohong, tetap pembohong," hardik Susan.

Andien yang ketakutan, berusaha menghindari amukan Susan. Susan telah kalap dan berusaha menyerang dan menyakiti Andien. Andien terus saja menghindari Susan yang terus saja untuk menyerangnya. 

Gubrak!

Terdengar suara pintu buka paksa. Andien terkejut dan seketika berlari ke arah seseorang yang membuka pintu.

"Tolong saya," ucap Andien dengan wajah ketakutan.

"Cepat pergi dari sini," ujarnya.

"Andien, mau ke mana kamu," seru Susan dan kembali mengejar Andien. Namun, langkah Susan tertahan oleh seseorang dan membawanya ke luar dari toilet.

Susan mengamuk dan mengumpat pria itu, yang diketahui adalah seorang dosen pembimbing. Ia masih terlihat muda dan tampan. Wajahnya tampak tegas dan berwibawa. Susan di bawa keruangan kejuruannya. Kemudian, mereka segera menelpon polisi dan membawa Susan ke kantor polisi, untuk dimintai keterangan.

Andien sendiri telah dibawa pulang oleh pengawalnya.

bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status