Hari kelulusan Andien telah tiba. Ia sempat murung dan sedih. Sebab, hanya Lucas yang bisa hadir menemaninya. Setelahnya, Andien segera mengemasi barang-barangnya dan berpamitan pada sahabatnya, Clara.
"Sampai ketemu lagi ya," Clara memeluk erat Andien.
"Kamu juga, jaga diri. Jangan larak-lirik, saat di kampus," ucap Andien.
"Tidak akan. Aku kan, orangnya setia, Ndien," celetuk Clara membela diri.
"Setia? Dari siapa, emang kamu punya pacar?" tanya Andien.
"Siapa lagi, kalau bukan Fabio lah," sahut Clara santai.
Wajah Andien seketika berubah, ada rasa kesal dalam hatinya, ketika seorang menyebut nama pemuda itu. Tapi, justru sebaliknya, Clara tahu. Jika Andien sudah sejak lama menyukai Fabio. Clara mengetahui semua seluk beluk keluarga Andien. Sebab, papa Clara adalah salah satu orang kepercayaan ayah Andien.
Clara juga tahu, Fabio juga menyukai Andien. Tapi, keduanya masih malu dan enggan untuk saling jujur. Untuk itulah, Clara selalu menggoda Andien, dengan mengatakan kalau dia menyukai Fabio.
Clara dan Andien keluar dari kamar mereka bersama-sama. Terlihat Lucas dan sopir Clara sedang mengobrol.
"Ndien, itu Lucas kan?" Clara menunjuk pemuda yang sedang berdiri di hadapannya.
"Iya. Itu Lucas," sahut Andien malas.
"Ndien, kalau Fabio tidak menerimaku jadi pacarnya. Aku sama Lucas, juga tidak apa-apa," cetus Clara.
"Apa! Kamu kenapa sih, tadi katamu setia sama Fabio?" sindir Andien.
"Ndien, untuk jaga-jaga kalau, Fabio menolak. Aku mau mendekati Lucas juga," kekeh Clara.
"Tidak boleh!" protes Andien.
'Kenapa?" tanya Clara bingung.
"Kalau Fabio, ya Fabio aja. Jangan Lucas juga," seru Andien.
Clara hanya terkekeh mendengar. Clara tahu saat ini Anidien sedang cemburu padanya. Setelah saling menyapa, Andien dan Clara pun berpisah dan kembali ke rumah masing-masing. Lucas membawa Andien menuju bandara dan langsung terbang ke Italia. Disana telah tersedia kejutan untuk Andien.
"Istirahat saja dulu, aku akan membangunkamu, saat kita sampai nanti," hibur Lucas. Lucas tahu saat ini Andien sedang kesal dengan keempat saudaranya, yang tidak datang menjemputnya. Akhirnya, Andien pun tidak bisa melawan rasa kantuknya, ia pun kemudian tertidur.
Perjalanan yang panjang serta melelahkan, membuat Andien tertidur dengan pulas. Ia pun tidak sadar jika sudah tiba di negaranya. Tanpa Andien sadari juga, Fabio menjempunya di badara. Melihat Andien yang pulas, Fabio melarang Lucas untuk membangunkannya. Fabio lantas mengendong Andien ke dalam mobil dan memangkunya di sepanjang perjalanan.
Tiba di rumah, ketiganya ingin memberikan kejutan untuk Andien, Tapi, sesaat kemudian, mereka melihat kode dari Fabio yang menyatakan jika tuan putri mereka sedang tertidur. Mereka pun mengurungkan niatnya, dan kembali ke ruang keluarga.
Keesokan paginya, Andien terbangun. Saat mendengar keributan di bawah. Ia sempat memperhatikan sekelilingnya dan langsung mengenali tempat itu. Andien mendengar suara tawa dan canda, yang Andien sendiri sangat mengenal pemilik suara itu. Andien perlahan bangun dan turun dari kamarnya.
"Selamat pagi Tuan putri," sapa Christian yang telah berada di belakangnya. Suara Christian sontak membuat yang lainnya menoleh ke arah tangga.
"Chris, aku merindukanmu," Andien memeluk Christian erat.
"Kamu tidak merindukan kami, Sweety?" celetuk Andrew.
Andien segera melepas pelukannya dan menoleh ke arah suara.
"Kalian?" tunjuk Andien.
"Kemarilah," Samuel mengulurkan tangannya.
Andien pun berlari turun dan memeluk satu persatu saudaranya, yang amat ia ridukan. Kemudian, Andien meirik ke arah Fabio, yang sedari tadi hanya diam. Andien masih terpaku dengan wajah Fabio yang tersenyum padanya."Kau tidak merindukanku, Sweety?" tanya Fabio, sembari membuka tangannya. Menunggu untuk di peluk, seperti yang lainnya. Andien pun segera menghampiri Fabio dan memeluknya. Ia memejamkan matanya dan menghirup dalam aroma tubuh Fabio. Pemuda itu tampak mengusap pundak Andien.
"Kalian, kapan datangnya?" tanya Andien, sambil menguyah makanannya.Mereka memiliki kebiasaan, yang telah di ajarkan mendiang ayah angkatnya. Jika sedang makan bersama, mereka akan makan dengan saling menyuapi satu dengan yang lain, dan otulah yang terjadi saat ini.
"Kemarin, saat kamu sampai dan kamu tertidur," sahut Andrew.
"Lalu, siapa yang membawaku dari bandara hingga tiba di kamar?" lanjut Andien.
"Fabio," jawab Samuel.
Fabio segera meneguk air putihnya hingga kandas, untuk menghilangkan rasa canggungnya. Ia tidak mau sampai Andien tahu, jika dia lah yang memangku Andien dari bandara hingga menggendong ke kamarnya.
Andien tersenyum dan mengarahkan tangannya yang berisi roti lapis ke arah Fabio. Semula Fabio menolak dengan alasan ia sudah kenyang. Namun, tangan Andien masih dalam posisi terangkat. HIngga Fabio mau menerimanya.
Akhirnya, Fabio membuka memulutnya an menerima suapan dari Andien, dan kini Fabio juga melakukan hal sebaliknya. Mereka pun melanjutkan makan mereka, mash dengan cara yang sama. Kebersamaan inilah, yang ingin terus Fabio jaga hingga nanti.
Di tempat lain, seseorang melapor pada bossnya.
"Jadi saat ini, Andien putri Antonio itu, sudah kembali ke negaranya, dan berkumpul dengan ke lima pengawalnya?" ucap seorang pemuda seumuran Fabio, pada asistennya.
"Iya, Tuan. Nona Andien telah menyelesaikan pendidikannya," jawab sang asisten.
'Baikah, mungkin saat ini, Tuhan sedang berada dipihakku. Ia seolah memberi jalan, memudahkan aku untuk menjalankan rencanaku," desisnya sembari tersenyum penuh arti.
****
Andien merasa senang, sebab saat ini ia di kelilingi oleh kelima saudaranya. Mereka pun menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan ke taman hiburan, nonton bioskop, makan malam diluar dan lain sebagainya.
"Kamu sudah memutuskan, untuk melanjutkan pendidikan kamu dimana, Sweety?" tanya Sam, di saat mereka sedang berada di taman, piknik bersama.
"Aku masih bingung, Sam," jawab Andien.
"Kenapa, apa yang kamu pikirkan?" lanjut Sam.
"Tidak ada," sahut Andien.
"Lalu?"
"Aku masih ingin menikmati waktu bersama kalian. Jadi, aku tidak mau memikirkan hal yang lainnya dulu," seru Andien beranjak dan menghampiri yang lainnya. Samuel, hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Ia pun beranjak dan ikut bergabung dengan saudaranya yang lain.
Akhirnya, libur Andien telah usai dan ia telah siap untuk menempuh pendidikan kembali. Andien juga memutuskan untuk melanjutjan pendidikannya, di dalam negeri saja. Andien tidak mau lagi jauh dari rumah dan saudaranya.Hari pertama masuk, Andien diantar oleh kelima pangeran tampannya.Semua mata tertuju pada sosok Andien, yang berjalan di tengah bersama Fabio. Setelah mereka mengantarkan Andien ke kelasnya. Fabio sejenak duduk di sampingnya.
"Besok, kami semua akan kembali ke kehidupan masing-masing," cetus Fabio pada Andien, saat mereka masih di ruang kelas.
"Cepat sekali!" seru Andien.
"Kami telah lama, meninggalkan perusahaan dan bisnis. Aku berjanji, setelah semuanya selesai, aku dan yang lainnya akan kembali mengunjungimu," ucap Fabio, sembari mengusap kepala Andien.
"Baiklah, aku mengerti," sahut Andien.
"Tapi, kamu jangan khawatir.Setiap akhir pekan salah satu dari kami berlima, akan mengunjungimu dan menghabiskan waktu bersamamu." ucap Fabio sambil mengedipkan mata.
Andien tersenyum dan langsung memeluknya erat. Fabio membalas pelukan Andien dan sesekali mwngusap kepalanya kemudian mengecupnya.
****
Hari berikutnya Andien di kampus, ia jadi mudah di kenali, sebab kelima saudaranya. Sudah Andien perkirakan, akan jadi seperti ini. Banyak sekali yang mendekati Andien dan bertanya, tentang salah satu dari kelima pangerannya.
Andien telah terbiasa menghadapi semua ini. Ia hanya mengatakan, apa yang seharusnya ia katakan dan tetap menjaga jarak dari mereka. Andien tetap di kawal, saat ke kampusnya. Semula Andien menolak. Namun, setelah Fabio memberikannya penjelsan, ia pun akhirnnya setuju.
"Hai, namaku Susan," ucap seorang gadis yang duduk di sebelah Andien, sembari mengulurkan tangan.
"Aku Andien," jawab Andien menyambut uluran tangannya.
Susan pun menjadi teman pertama Andien, di kampusnya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan, Susan kerap membantu Andien menghadapi para fans kelima pangerannya.
"Ndien, apa aku boleh bertanya, satu hal padamu?" tanya Susan, saat mereka berada di cafetaria.
"Boleh," sahut Andien.
"Siapa kamu?" tanya Susan.
"Maksud kamu?" Andien menautkan kedua alisnya. Ia merasa tertanggu dengan pertanyaan yang diajukan oleh Susan.
"Aku selalu memperhatikan, setiap hari kamu diantar naik mobil anti peluru dan dikawal ketat dengan pria berwajah seram," kata Susan sambil menatap penuh rasa ingin tahu.
Andien menarik nafas panjang dan mencoba menjawan pertanyaan Susan dengan bijak, agar gadis yang baru di kenalnya ini, tidak curiga dengan apa yanh akan ia katakan. Andien tidak mungkin mengatakan sejujurnya, jika ia adalah putri dari seorang pimpinan mafia terbesar.
"Aku orang biasa, sama seperti kamu." kata Andien, mencoba menyakinkan Susan.
"Tapi, aku tidak yakin. Aku merasa kamu pasti anak seseorang yang berpengaruh di kota ini," sambung Susan.
"Tidak. Mendiang ayahku, hanya seorang pengusaha biasa. Sama seperti orang diluar sana," tambah Andien.
"Benarkah? Ayahmu, seorang bisnis man?"
Andien hanya menganggukkan kepalanya.
"Ayah kamu, bisnisnya bergerak di bidang apa?" Susan terus mengajukan pertamyaan, yang menurut Andien, tidak masuk akal. Menurut Andien, Susan seperti ingin mengorek keterangan dari Andien. Andien pun memilih bergegas pergi meninggalkan Susan dan kembali ke kelas.
Beberapa hari kemudian, Susan masih berusaha mendekati Andien kembali. Namun, Andien berusaha terus menghindarinya. Sadar akan Andien mulai menjauh, membuat Susan menjadi kesal. Ia berencana untuk menemui Andien dan bertanya padanya mengapa dia menjauhinya."Andien," seru Susan, saat Andien berada di toilet.
Andien terkejut sampai membulatkan matanya. Andien mundur perlahan, sadar akan dirinya terpojok membuat Andien ketakutan. Tapi, Andien berusaha untuk bersikap tenang dan berbicara pada Susan.
"Susan, kamu ada disini juga?" ucap Andien berusaha tenang.
"Iya. Aku sengaja nunggu kamu disini, sebab kamu selalu mengindari dariku," sahut Susan.
"Aku bukan menghindar. Tapi, akhir-akhir ini, aku sibuk sekali," jawab Andien sekenanya.
"Kamu bohong!" bentak Susan.
Andien terperanjat mendengar suara Susan. Andien kembali berusaha untuk tenang.
"Aku tidak berbohong, aku memang sibuk belakangan ini. Salah satu kakaku akan berulang tahun. Jadi, aku dan yang lainnya berusaha untuk memberikannya kejutan," timpal Andien dengan suara bergetar.
"Aku tidak percaya, kamu pasti berbohong," tuding Susan.
"Aku mengatakan yang sejujurnya," seru Andien, ia mulai pucat. Saat ini, hanya ada dirinya dan Susan di dalam toilet, dan pintu toilet saat ini sudah terkunci.
"Kamu pembohong, sekali pembohong, tetap pembohong," hardik Susan.
Andien yang ketakutan, berusaha menghindari amukan Susan. Susan telah kalap dan berusaha menyerang dan menyakiti Andien. Andien terus saja menghindari Susan yang terus saja untuk menyerangnya.
Gubrak!
Terdengar suara pintu buka paksa. Andien terkejut dan seketika berlari ke arah seseorang yang membuka pintu.
"Tolong saya," ucap Andien dengan wajah ketakutan."Cepat pergi dari sini," ujarnya.
"Andien, mau ke mana kamu," seru Susan dan kembali mengejar Andien. Namun, langkah Susan tertahan oleh seseorang dan membawanya ke luar dari toilet.
Susan mengamuk dan mengumpat pria itu, yang diketahui adalah seorang dosen pembimbing. Ia masih terlihat muda dan tampan. Wajahnya tampak tegas dan berwibawa. Susan di bawa keruangan kejuruannya. Kemudian, mereka segera menelpon polisi dan membawa Susan ke kantor polisi, untuk dimintai keterangan.
Andien sendiri telah dibawa pulang oleh pengawalnya.
bersambung
Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya."Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka."Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien.."Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang
"Kalian akan pergi lagi?" tanya Andien, saat melihat kelima pangeran tampannya telah bersiap."Iya, Sweety," sahut Samuel."Bukannya, kita semua akan pergi ke makam ayah hari ini?" tambah Andien."Setelah pulang dari makam ayah, kami semua akan kembali," sambung Lucas."Oh," Andien berucap lirih.Kelima pemuda tampan itu tampak saling melempar pandangan, kemudian menghentikan kegiatanya, dan saling memberi kode."Luc, kau bisa gantikn aku di pertemuan kali ini?" ucap Samuel memecah kesunyian."Maafkan aku, sepertinya ada sesuatu yang aku lupakan disini dan itu harus aku selesaikan secepatnya," jawab Lucas."Kalau kalian twins?" tanya Samuel pada si kembar Andrew dan Christian.Keduanya menggelengkan kepala, dan menjawab mereka juga masih punya urusan."Bagaimana ini, Fab?" kata Samuel bingung."Sudahlah, kita putuskan untuk selesaikan masalah disini dahulu, setelah itu baru kita semua kembali," putus Fabio.
Tok ... Tok ...Ceklek!"Fab, boleh aku masuk?" tanya Andien di balik pintu.Fabio menatap sekilas dan kembali mengarahkan matanya ke depan layar. Andien perlahan mendekati Fabio dan berdiri di depan meja kerjanya."Ada apa?" tanya Fabio tanpa mengalihkan pandangannya."Apa besok kamu sibuk?" tanya Andien."Kenapa?""Aku ingin, kamu temani aku ke makam, ayah," ucap Andien."Baiklah," sahut Fabio cuek.Andien tersenyum. "Besok, sepulangnya aku dari kampus, kita akan pergi.""Ada lagi?" tanya Fabio."Aku belum makan," rengek Andien."Makanlah," ucap Fabio."Sama kamu," sahut Andien tersenyum."Aku masih sibuk, kamu makan saja dulu," balas Fabio."Aku ingin makan seperti biasa," pinta Andien manja.Fabio menarik nafas dalam. Ia tahu apa yang di maksud dengan ucapan Andien. Ia menatap Andien, kemudian beranjak dari duduknya, kemudian merangkul Andien, dan membawanya keluar. Andien tersen
Keesokan harinya, Sam dan Fabio sedang mengobrol sembari menikmati sarapannya. Andien keluar dari kamarnya dan turun. Fabio terdiam, kemudian segera menyeruput kopi pahitnya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Samuel, hanya diam memperhatikan gerak-gerik keduanya yang aneh."Selamat pagi, Sam," ucap Andien sembari tersenyum."Pagi, Sweety," balas Sam."Aku duluan," ucap Andien."Kau akan ke kampus sekarang?" tanya Sam."Ya!" sahut Andien singkat."Mark, sedang cuti hari ini. Sopir akan mengantarkan aku dan Fabio ke kantor cabang yang di luar kota. Kau akan ke kampus naik apa?" ucap Sam."Leo akan menjemputku," jawab Andien."Leo?""Ya, kau ingat dengan pemuda yang menolongku saat di mobilku di hadang itu kan?" kenang Andien."Ya, aku ingat," sahut Sam."Dia sekarang satu kampus denganku, jadi ....""Ah, baiklah. Aku mengerti." Sam menganggukkan kepalanya.Tidak lama kemudian terdeng
"Maafkan aku," ucap Andien terisak menahan tangis.Fabio menoleh dan ia melihat Andien sedang menunduk dengan tubuh bergetar, kerena menahan tangis. Ada rasa sesal di hati Fabio, ia segera menghampiri Andien dan memeluknya."Aku minta maaf, Sweety," bisik Fabio, sembari mengecup puncak kepala Andien. Tangis Andien pun pecah, saat Fabio memeluknya erat."Aku minta maaf, karena aku tidak pernah mengerti akan perasaanmu," lanjut Fabio.Andien melepas pelukannya dan menangkup wajah tampan Fabio."Tidak, tidak ada yang perlu minta maaf. Sebab, kita sama-sama bersalah dalam hal ini. Seandainya, kita bisa sama-sama saling jujur dan mengakui, mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman diantara kita," ungkap Andien."Aku memang memiliki rasa itu. Tapi, aku terlalu takut untuk mengatakannya padamu. Takut, kalau saat kau tau. Kau akan menjauhiku dan tidak mau lagi bicara padaku. Karena aku tau siapa aku," ucap Fabio lirih."Aku tidak akan pernah bisa jauh da
Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya."Aku akan keluar," seru Samuel."Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio."Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel."Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien."Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel."Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien."Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa
Fabio telah kembali, ada rasa lega di hati Andien saat melihat kedatangannya. Namun, Andien berpura-pura marah padanya, sebab ia tidak memberi kabar pada Andien. Fabio berusaha membujuk Andien dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Fabio memutuskan untuk mengajak kekasihnya untuk liburan berdua. Andien pun menyambutnya dengan gembira. Keduanya memutuskan untuk berangkat lusa.Keduanya telah bersiap untuk berangkat liburan, dengan menggunakan jet pribadi milik keluarganya. Fabio membawa Andien ke negara tempat asalnya. Fabio ingin memperkenalkan Andien pada keluarganya.FlasbackFabio adalah sulung dari lima bersaudara. Ibunya seorang buruh cuci dari rumah ke rumah, sedangkan Ayahnya seorang buruh pabrik yang gemar mabuk, berjudi dan main perempuan. Fabio juga tinggal di pamukiman padat penduduk, yang mayoritas di huni oleh para wanita penjaja cinta dan penjahat.Fabio tumbuh menjadi sosok tulang yang mandiri. Ia terpaksa putus sekolah, di karenakan, ia harus mem