"Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien.
"Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.
Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"
Pelayan itu menganggukkan kepalanya.
"Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur.
"Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten.
"Kembali ke rencana semula," jawab Leo.
"Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten.
"Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.
Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me
Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka
Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri
"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
"Segera tinggalkan tempat, Fabio," bisik seorang pria paruh bayah, pada seorang pemuda yang sedang bersamanya. Mereka sedang bersembunyi, dari kejaran musuh. Antonio bersama anak angkatnya, Fabio. Mereka telah dijebak salah satu rekannya. Antonio adalah seorang boss mafia terbesar dan paling di takuti di negaranya."Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Anda disini," tolaknya Fabio."Dengarkan perkataanku, Fabio. Kau adalah, satu-satunya orang yang aku percayai untuk mengendalikan bisnis kita," ucapnya lagi."Tapi, dengan membiarkan Anda tinggal sendiri disini, itu akan membuatku merasa bersalah, karena gagal melindungi Anda," seru Fabio."Tidak! Tidak akan ada yang berani menyalahkanmu dalam masalah ini. Tapi, jika kau tetap berada disini bersamaku, siapa yang akan meneruskan bisnis kita. Siapa yang akan mencaritahu dalang dari kejadian hari ini, dan menuntut balas untuk hari ini? Lalu, siapa yang akan melindungi Andien, saat aku tidak ada nanti?" ungkap Antoni
Andien terdiam saat ia tahu, jika yang ada di hadapannya saat ini bukannya LUcas, meainkan Fabio. Fabio berjalan mendekatinya, kemudian duduk di sampingnya."Ada apa Dany?" Fabio menyebut Andien dengan nama panggilan sayangnya. Mereka berenam memiliki nama panggillan yang diperuntukan untuk mereka. Fabio akan di panggil Fabby, Samuel menjadi Sammy, Lucas menjadi Lucky, Christian menjadi Christy, serta Andrew menjadi Andry, dan Andien sendiri menjadi Danny. Nama itu mereka sematkan, agar semua orang tahu kalau mereka bersaudara, hanya dengan mendengar nama mereka.Nama itu dipilih oleh Antonio sendiri, untuk mereka. Antonio sangat menyayangi mereka semua, tidak ada jarak antara mereka. Begitu pula dengan Andien dengan kelima saudara angkatnya. Kelima nya sangat menyayangi Andien, mereka telah berjanji akan menjaga dan melindungi Andien, itu akan mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan membalas kebaikan Antonio. Jika bukan karenanya, mungkin saat ini, mereka masih
"Lakukan sesuai rencana, aku mau dia memberikan proyek itu pada kita. Jika dia menolak, paksa dia, kalian tau apa yang harus kalian lakukan," ucap seseorang pada anak buahnya.Anak buahnya hanya menundukkan kepal, kemudian segera berlalu."Antonio, kau memang bukan lawan yang mudah," gumam pria muda itu, sembari menggoyang-goyangkan gelas yang berisi minuman, kemudian meneguk habis isinya."Aku mengira, balas dendamku akan berakhir, setelah membunuhmu. Aku juga tidak mengira, jika para bajingan itu begitu pintar. Mereka juga sangat patuh dan setia pada perintahmu, bahkan setelah kau tidak ada."Pemuda itu menatap lurus ke arah photo seseorang, yang menggantung di dinding dengan bingkai berukuran besar. Masih kesal dengan kegagalan anak buahnya tempo hari. Tapi, dia tidak putus asa, ia akan kembali membuat rencana untuk menggulingkan kekuasaan, yang saat ini dipimpin Fabio dan keempat saudaranya. Ia ingin sekali menguasai dan menjadi pemimpin dari semua
Andien kembali ke rumah, untuk menghabiskan waktu liburannya. Namun, kali ini, ia harus kecewa. Sebab, lagi-lagi sedang berada di luar negeri."Kalau tau begini, mendingan tetap ke asrama atau ikut liburan bersama keluarga Clara," gerutu Andien."Fab, kamu lagi apa sekarang?" gumam Andien. Saat pikiran Andien menerawang jauh, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ponselnya. Dengan malas ia meraih dan matanya membulat saat ia melihat nama yang tertera disana."Fabio," desis Andien. Dengan sigap, ia menjawab panggilan Fabio."Hallo," ucap Andien."Kamu sudah di rumah?" terdengar suara dari seberang. Suara itu, suara yang selama ini ia rindukan."Sweety, kamu mendengarku?" lanjut Fabio."Ah, ya... Aku sudah dirumah," sahut Andien."Aku akan mengubahnya kepanggilan video," ujar Fabio. Tidak perlu waktu lama, wajah tampan Fabio terpampang jelas di layar ponsel Andien. Andien tersenyum, membalas senyuman Fabio."Apa y
Setelah kejadian di hari itu, Leo dan Andien jadi sering bertemu. Leo yang begitu penasaran dengan sosok, Andien. Berusaha mencaritahu tentang Andien dan semuanya tentang Andien. Leo, sangat menyukai Andien. Meskipun, Andien selalu menanggapinya dengan cuek dan dingin. Tapi, Leo tidak pernah putus asa, ia terus berusaha mendekati Andien dan berusaha mencuri perhatian darinya."Aku yakin, suatu saat nanti, kamu pasti akan bersikap baik padaku," gumam Leo, menatap kepergian Andien. Leo pun memutar kendaraannya dan kembali ke kediamannya.Andien sendiri sebetulnya mulai risih dengan sikap dan perilaku Leo. Pemuda itu memang tidak pernah berbuat sesuatu yang melampaui batas. Namun, sikapnya terkadang membuat Andien gerah. Ia selalu saja mengikuti ke manapun Andien pergi."Apa mau kamu?" tanya Andien kesal. Ia benar-benar dibuat kesal dengan sikap Leo."Jangan marah, aku hanya ingin berteman. Tidak masalahkan?" sahut Leo."Sudah aku katakan, aku tidak b