"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel.
"Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.
Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio.
"Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.
Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya.
"Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa.
"Ada apa?" tanya Fabio.
"Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas.
"Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.
Lucas mengangguk. "Dia marah padaku."
"Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya.
"Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
"Segera tinggalkan tempat, Fabio," bisik seorang pria paruh bayah, pada seorang pemuda yang sedang bersamanya. Mereka sedang bersembunyi, dari kejaran musuh. Antonio bersama anak angkatnya, Fabio. Mereka telah dijebak salah satu rekannya. Antonio adalah seorang boss mafia terbesar dan paling di takuti di negaranya."Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Anda disini," tolaknya Fabio."Dengarkan perkataanku, Fabio. Kau adalah, satu-satunya orang yang aku percayai untuk mengendalikan bisnis kita," ucapnya lagi."Tapi, dengan membiarkan Anda tinggal sendiri disini, itu akan membuatku merasa bersalah, karena gagal melindungi Anda," seru Fabio."Tidak! Tidak akan ada yang berani menyalahkanmu dalam masalah ini. Tapi, jika kau tetap berada disini bersamaku, siapa yang akan meneruskan bisnis kita. Siapa yang akan mencaritahu dalang dari kejadian hari ini, dan menuntut balas untuk hari ini? Lalu, siapa yang akan melindungi Andien, saat aku tidak ada nanti?" ungkap Antoni
Andien terdiam saat ia tahu, jika yang ada di hadapannya saat ini bukannya LUcas, meainkan Fabio. Fabio berjalan mendekatinya, kemudian duduk di sampingnya."Ada apa Dany?" Fabio menyebut Andien dengan nama panggilan sayangnya. Mereka berenam memiliki nama panggillan yang diperuntukan untuk mereka. Fabio akan di panggil Fabby, Samuel menjadi Sammy, Lucas menjadi Lucky, Christian menjadi Christy, serta Andrew menjadi Andry, dan Andien sendiri menjadi Danny. Nama itu mereka sematkan, agar semua orang tahu kalau mereka bersaudara, hanya dengan mendengar nama mereka.Nama itu dipilih oleh Antonio sendiri, untuk mereka. Antonio sangat menyayangi mereka semua, tidak ada jarak antara mereka. Begitu pula dengan Andien dengan kelima saudara angkatnya. Kelima nya sangat menyayangi Andien, mereka telah berjanji akan menjaga dan melindungi Andien, itu akan mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan membalas kebaikan Antonio. Jika bukan karenanya, mungkin saat ini, mereka masih
"Lakukan sesuai rencana, aku mau dia memberikan proyek itu pada kita. Jika dia menolak, paksa dia, kalian tau apa yang harus kalian lakukan," ucap seseorang pada anak buahnya.Anak buahnya hanya menundukkan kepal, kemudian segera berlalu."Antonio, kau memang bukan lawan yang mudah," gumam pria muda itu, sembari menggoyang-goyangkan gelas yang berisi minuman, kemudian meneguk habis isinya."Aku mengira, balas dendamku akan berakhir, setelah membunuhmu. Aku juga tidak mengira, jika para bajingan itu begitu pintar. Mereka juga sangat patuh dan setia pada perintahmu, bahkan setelah kau tidak ada."Pemuda itu menatap lurus ke arah photo seseorang, yang menggantung di dinding dengan bingkai berukuran besar. Masih kesal dengan kegagalan anak buahnya tempo hari. Tapi, dia tidak putus asa, ia akan kembali membuat rencana untuk menggulingkan kekuasaan, yang saat ini dipimpin Fabio dan keempat saudaranya. Ia ingin sekali menguasai dan menjadi pemimpin dari semua
Andien kembali ke rumah, untuk menghabiskan waktu liburannya. Namun, kali ini, ia harus kecewa. Sebab, lagi-lagi sedang berada di luar negeri."Kalau tau begini, mendingan tetap ke asrama atau ikut liburan bersama keluarga Clara," gerutu Andien."Fab, kamu lagi apa sekarang?" gumam Andien. Saat pikiran Andien menerawang jauh, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ponselnya. Dengan malas ia meraih dan matanya membulat saat ia melihat nama yang tertera disana."Fabio," desis Andien. Dengan sigap, ia menjawab panggilan Fabio."Hallo," ucap Andien."Kamu sudah di rumah?" terdengar suara dari seberang. Suara itu, suara yang selama ini ia rindukan."Sweety, kamu mendengarku?" lanjut Fabio."Ah, ya... Aku sudah dirumah," sahut Andien."Aku akan mengubahnya kepanggilan video," ujar Fabio. Tidak perlu waktu lama, wajah tampan Fabio terpampang jelas di layar ponsel Andien. Andien tersenyum, membalas senyuman Fabio."Apa y
Setelah kejadian di hari itu, Leo dan Andien jadi sering bertemu. Leo yang begitu penasaran dengan sosok, Andien. Berusaha mencaritahu tentang Andien dan semuanya tentang Andien. Leo, sangat menyukai Andien. Meskipun, Andien selalu menanggapinya dengan cuek dan dingin. Tapi, Leo tidak pernah putus asa, ia terus berusaha mendekati Andien dan berusaha mencuri perhatian darinya."Aku yakin, suatu saat nanti, kamu pasti akan bersikap baik padaku," gumam Leo, menatap kepergian Andien. Leo pun memutar kendaraannya dan kembali ke kediamannya.Andien sendiri sebetulnya mulai risih dengan sikap dan perilaku Leo. Pemuda itu memang tidak pernah berbuat sesuatu yang melampaui batas. Namun, sikapnya terkadang membuat Andien gerah. Ia selalu saja mengikuti ke manapun Andien pergi."Apa mau kamu?" tanya Andien kesal. Ia benar-benar dibuat kesal dengan sikap Leo."Jangan marah, aku hanya ingin berteman. Tidak masalahkan?" sahut Leo."Sudah aku katakan, aku tidak b
"Anda sudah siap, Nona?" tanya pengawalnya.Andien hanya menganggukkan kepalanya. Hari ini, ia akan kembali ke asrama, untuk menyelesaikan ujian akhirnya. Semuanya telah siap, Andien pun berpamitan pada seluruh pelayan, Andien pun meninggalkan rumah dan kembali ke asrama. Andien menatap keluar jendela mobil, hingga di persimpangan jalan. Mobil yang membawa Andien, tiba-tiba berhenti karena di hadang orang tidak di kenal.Ciiit ...."Ada apa, Mark?" tanya Andien, meringis sembari memegang dahinya."Ada yang menghadang mobil kita, Nona," jawab Mark, sopir yang selalu mengantar ke manapun Andien pergi.Mendengar itu, seketika para pengawal turun. Melihat para pengawal turun, mereka pun langsung bergegas menyerang para pengawal Andien. Perkelahian pun tidak bisa di hindari, Andien hanya diam di dalam mobil bersama Mark. Tiba-tiba, pintu mobil terbuka. Salah satu dari mereka menarik Andien keluar dan menyeretnya."Lepas, tolong," pekik Andien. Na
Hari kelulusan Andien telah tiba. Ia sempat murung dan sedih. Sebab, hanya Lucas yang bisa hadir menemaninya. Setelahnya, Andien segera mengemasi barang-barangnya dan berpamitan pada sahabatnya, Clara."Sampai ketemu lagi ya," Clara memeluk erat Andien."Kamu juga, jaga diri. Jangan larak-lirik, saat di kampus," ucap Andien."Tidak akan. Aku kan, orangnya setia, Ndien," celetuk Clara membela diri."Setia? Dari siapa, emang kamu punya pacar?" tanya Andien."Siapa lagi, kalau bukan Fabio lah," sahut Clara santai.Wajah Andien seketika berubah, ada rasa kesal dalam hatinya, ketika seorang menyebut nama pemuda itu. Tapi, justru sebaliknya, Clara tahu. Jika Andien sudah sejak lama menyukai Fabio. Clara mengetahui semua seluk beluk keluarga Andien. Sebab, papa Clara adalah salah satu orang kepercayaan ayah Andien.Clara juga tahu, Fabio juga menyukai Andien. Tapi, keduanya masih malu dan enggan untuk saling jujur. Untuk itulah, Clara selalu menggo
Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya."Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka."Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien.."Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang