Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.
Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya.
"Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka."Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien..
"Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang menimpanya. Samuel mendengarkan dengan seksama cerita Andien. Sesekali Samuel menautkan alisnya, ketika Andien menceritakan puncak kejadiannya. Samuel pun penasaran dengan sosok dosen yang menolong Andien.
Setelah selesai mendengarkan cerita Andien, Samuel keluar dari kamarnya dan menghubungi salah satu anak buahnya dan memerintahkannya untuk mencaritahu tentang sosok sang dosen.
Setelah beberapa hari mencaritahu, akhirnya Samuel mengetahui sosok dosen yang membantu Andien. Dia adalah Victor, dosen seorang pembimbing di kampus Andien. Dia hanya seorang dosen pembimbing biasa, yang tidak berbahaya bagi Andien.
"Kalian sudah tau, siapa gadis itu?" tanya Samuel pada anak buahnya, yang ia utus untuk mencaritahu tentang Susan.
"Namanya, Susan. Dia memiliki kelainan,"
"Kelainan?" Samuel tampak penasaran dengan sosok Susan. Anak buahnya pun mulai bercerita, jika Susan memiliki kelaian yang menyimpang. Ia penyuka sesama jenis. Susan mendekati Andien, karena gadis itu menyukai Andien. Susan sengaja berteman dengan Andien, agar ia bisa dekat dengan Andien.
"Susan marah, karena setelah beberapa hari, nona Andien mulai menjauhinya. Ia merasa marah dan cemburu, melihat nona Andien dekat dengan teman perempuannya yang lain." jelas anak buah Sam.
Samuel hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Disaat yang normal mencari pasangan yang sempurna. Sebagian lagi malah terperangkap dalam langkah yang salah.
Samuel pun, mengetatkan penjagaan untuk Andien. Sebenarnya, ia ingin memindahkan Andien ke kampus yang lain. Tapi, Andien menolak. Dengan alasan dia telah nyaman dengan keadaan kampsunya yang sekarang.
Fabio merasa tenang saat mendapat kabar dari Samuel yang menyatakan jika Andien baik-baik saja. Ia pun kembali bekerja dengan tenang. Fabio berjanji akan segera pulang, jika semua urusannya disini selesai.
*
Leo mulai menjalankan rencana keduanya. Ia mendaftarkan dirinya, di kampus tempat Andien menimba ilmu. Setelah menyelesaikan semua urusannya. Leo resmi menjadi salah satu mahasiswa di kampus Andien.
Setelah sarapan, Andien bergegas ke kampus. Diantar oleh Samuel.
"Sam, kau tidak perlu menambah pasukanmu, untuk mengawalku," protes Andien saat ia melihat beberapa orang lagi yang bertubuh besar, tampak telah menunggunya di bawah."Kali ini, kau tidak membantah, Sweety. Ini perintah langsung dari Fabio, itu mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat." jelas Samuel
Andien hanya mengembus nafas kesal. Tapi, akhirnya, ia tetap menurut dan mengikuti semuanya. Bagi Andien, apa yang dilakukan oleh kelima saudaranya, semata-mata ingin menlindunginya dan melakukan yang terbaik untuknya.
Tiba di kampusnya, mata Andien tertuju pada satu sosok yang sedang berdiri di sudut dinding.
"Leo," gumam Andien.Samuel mendengar apa yang Andien ucapkan. Ia pun segera melihat ke arah lurus ke depan. Andien turun dari mobilnya dan segera menghampiri Leo.
"Leo," sapa Andien."Andien!" seru Leo tampak berbinar.
"Kamu, ada disini?" tanya Andien.
"Nanti aku ceritakan. Tapi, sebelumnya, kau mau mengantarkan aku ke ruang adrimistrasi. Ada sesuatu yang harus aku urus," pinta Leo.
Andien tampak menoleh ke arah Samuel sejenak. Mendapat anggukkan dari Samuel, Andien pun mengiyakan ajakan Leo. Mereka pun berapamitan pada Samuel dan segera masuk ke gedung kampus.
Hari-hari berlalu, Leo dan Andien semakin dekat. Leo selalu menemani Andien kemana pun Andien pergi. Sejak kehadiran Leo, Andien tidak merasa kesepian lagi. Disaat kelima saudaranya sibuk dengan urusannya. Samuel pun telah menceritakan semuanya tentang Leo pada yang lainnya, terutama Fabio. Namun, Fabio tetap merasa curiga dengan sosok Leo. Fabio tetap meminta anak buahnya untuk, mencaritahu siapa Leo sebenarnya.
Bagi Fabio, kemunculan Leo bukan sebuah kebetulan. Tapi, Samuel dan yang lainnya menggoda Fabio dengan mengatakan. Jika saat ini, ia hanya merasa cemburu melihat Andien dekat dengan seeorang. Fabio hanya tersenyum menanggapi ucapan saudaranya. Tapi, jika boleh jujur. Sebenarnya, Fabio memang merasa tidak nyaman melihat Andien dekat dengan pria lain.
Perasaan Fabio, masih sama seperti dulu. Fabio hanya bisa menyimpan perasaannya jauh di dasar hatinya. Ia takut, jika ia meluahkan perasaannya. Hubungannya dengan Andien, yang semula dekat menjadi jauh.
"Jika menahan rasaku padamu, bisa membuatku lebih dekat denganmu. Biarlah, aku menyimpan rasa ini, jauh di dasar hatiku," batin Fabio.Fabio tersenyum menatap photo Andien di layar ponselnya. Tidak lama kemudian, sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Senyum Fabio terkembang, saat melihat nama si pengirim yang tertera di layar gawainya.
"Fab, kamu harus pulang saat ulang tahun perusahaan nanti."
Fabio membalas pesan Andien, senyumnya terkembang saat melihat balasan dari Andien.
*
Pesta ulang tahun perusahaan di selenggarakan dengan meriah. Tamu berdatangan dari berbagai kalangan. Andien terlihat bahagia melihat kelima saudara laki-lakinya hadir menemaninya. Yang membuat Andien tak kalah senang, Samuel juga membawa Clara bersamanya. Samuel sengaja mengundang Clara.
"Kamu, kenapa bisa ada disini?" tanya Andien."Sam, yang memintaku datang dan dia juga yang mengundangku," jawab Clara.
"Oh ya?"
Clara menganggukkan kepalanya.
"Sepertinya, aku jatuh cinta sama, Sam," celetuk clara."Udah berubah lagi?" sahut Andien.
"Mau bagaimana lagi. Fabio terlalu kaku, sedangkan, Sam dia sangat agresif," sambung Clara sembari menatap Samuel dari kejauhan.
"Fabio itu gak kaku, dia cuma gak tau bersikap di depan wanita," bela Andien.
"Oh ya, dari mana kamu tau?" pancing Clara.
"Buktinya, saat bersamaku dia bisa menunjukkan sikapnya," bela Andien lagi.
"Itu karena kamu Adiknya," sela Clara.
"Adik? Mungkin juga," gumam Andien lemas.
"Sweety, acaranya akan segera di mulia. Ayo!" kata Fabio mengulurkan tangannya.
Andien, menyambut dan mengikuti langkah Fabio. Andien dan kelima saudaranya meniup lilin dan memotong kue ulang tahun. Kemudian saling menyuapi satu sama lainnya. Semua yang hadir terlihat haru melihat betapa dekatnya mereka, meski bukan sedarah.
"Andien, ayo berdansa denganku," celetuk si kembar Andrew.
"Tapi, setelahnya aku ya," sambung Christian.
Andien mengangguk, kemudian mulai melangkahkan kakinya dan berdansa bersama Andrew. Terlihat senyum tidak pernah luntur dari wajah Andien. Fabio terus memperhatikannya dan tersenyum.
"Bagaimana, Fab, apa kau akan mengatakannya hari, disini?" tanya Samuel."Tidak Sam, aku tidak mau jadi pusat perhatian," jawab Fabio.
Samuel mengerti apa yang di maksud Fabio. Fabio tidak mau jika nantinya, Andien akan merasa tidak nyaman.
"Kau tidak ingin berdansa dengannya, Fabby?" goda Samuel.
"Aku akan menunggu giliranku, seperti biasa. Aku pasti selalu berada di belakang kalian." sahut Fabio tersenyum sambil merangkul pundak Samuel.
Samuel hanya mengangguk dan tersenyum. Benar saja, tidak lama kemudian Lucas membawa Andien dan menyerahkannya pada Fabio. Setelah selesai berdansa, Fabio membawa Andien, untuk menyapa para tamunya. Ia juga memperkenalkan Andien sebagai putri tunggal dari mendiang Antonio, kepada beberapa orang kepercayaanya.Ternyata banyak yang tidak tahu, jika Antonio memiliki anak perempuan.
Hingga tiba dimana, seorang tamu yang baru saja datang dan membuat semuanya berubah. Andin memperhatikan wajah Fabio, yang tiba-tiba berubah mengeras. Ia terlihat sedang menahan amarahnya. Ia Clara untuk membawa Andien masuk, tapi terlambat. Tamu itu telah menghampiri Andien terlebih dahulu.
"Hallo, boleh aku berdansa denganmu?" pinta Leonard.
Andien terlihat menatap dalam ke arah manik biru milik Leonard. Pemuda itu terasa familiar di mata Andien. Andien berpikir sejenak, untuk mengingat dimana ia pernah melihat sosok tampan yg ada di hadapannya ini.
"Apa kau tidak mau berdansa denganku?" tanyanya lagi.
Andien tersadar, ia pun melirik ke arah Samuel dan Fabio. Keduanya menganggukkan kepalanya. Andien pun mengiyakan ajakan Leonard.
"Namaku Leonard, siapa nama Tuan putri yang bersamaku?" rayu Leonard.
"Andien," jawab Andien singkat.
"Nama yang bagus, cocok dengan pemiliknya," goda Leonard.
Andien merasa tidak nyaman dengan sikap Leonard, ia pun menghentikan langkahnya dan segera mendekati Fabio dan Samuel.
"Ada apa?" tanya Fabio."Aku lelah," jawab Andien.
Fabio melirik ke arah Samuel dan memberi kode. Samuel pun kembali meminta Clara, untuk membawa Andien ke kamarnya.
"Anda mau ke mana, Nona Andie?" tanya Leonard mendekati Andien. Melihat itu, Samuel segera pasang badan dan menghadang Leonard."Maaf, Tuan Leonard. Sepertinya, Adik saya sudah lelah," sahut Fabio, yang menahan langkah tamunya.
"Tapi, aku masih ingin bicara padanya dan ingin mengenalnya lebih dekat," terang Leonard.
"Maafkan saudari saya Tuan, dia tidak boleh terlalu lelah. Itu bisa menganggu kesehatannya," sambung Samuel.
Leonard, tampak tidak mau memperpanjang masalah ini. Saat ini, ada Samuel di hadapannya. Ia juga tahu siapa Samuel, baginya lebih baik ia mengalah lebih dulu. Demi menarik simpati dari Andien, Leonard pun memilih mundur dan pergi meninggalkan pesta.
"Apa yang di lakukan si gila itu di sini?" cetus Lucas."Aku pun tidak tau, apa kau mengundangnya, Fab?" tanya Samuel.
"Tidak!" jawab Fabio singkat.
"Lalu bagaimana ia bisa masuk ke sini? Sedangkan, semua tamu kita memiliki undangan," sambung Andrew.
"Kau benar, Ndrew. Bagaimana mungkin dia bisa masuk kalau dia tidak ada undangan. Aku akan memanggil penjaga gerbang dan bertanya." Lucas melangkah dan bersiap untuk memanggil penjaga.
"Tunggu, Lucas," tanan Fabio.
Semua orang menoleh ke arah Fabio.
"Jangan!" lanjut Fabio.
"Kenapa?" tanya Lucas.
"Aku tidak mau banyak yang tau, kalau kita tidak mengundangnya," jelas Fabio.
"Maksudmu?" tanya Lucas.
"Aku faham apa yang kau pikirkan, Fab," sambung Samuel.
"Kalian bicara apa?" tanya Lucas bingung.
"Sudahlah, lebih baik sekarang. Kita semua istirahat, besok bangun pagi dan kita semua akan ke makam ayah," putus Fabio.
Mereka semua pun membubarkan diri dan kembali ke kamar masing-masing. Hanya Fabio yang masih duduk di ruang kerjanya.
"Aku yakin, ada penyusup dan pengkhianat disini. Aku akan mencaritahu dan menemukannya," gumam Fabio. Ia pun segera beranjak dan kembali ke kamarnya.bersambung
"Kalian akan pergi lagi?" tanya Andien, saat melihat kelima pangeran tampannya telah bersiap."Iya, Sweety," sahut Samuel."Bukannya, kita semua akan pergi ke makam ayah hari ini?" tambah Andien."Setelah pulang dari makam ayah, kami semua akan kembali," sambung Lucas."Oh," Andien berucap lirih.Kelima pemuda tampan itu tampak saling melempar pandangan, kemudian menghentikan kegiatanya, dan saling memberi kode."Luc, kau bisa gantikn aku di pertemuan kali ini?" ucap Samuel memecah kesunyian."Maafkan aku, sepertinya ada sesuatu yang aku lupakan disini dan itu harus aku selesaikan secepatnya," jawab Lucas."Kalau kalian twins?" tanya Samuel pada si kembar Andrew dan Christian.Keduanya menggelengkan kepala, dan menjawab mereka juga masih punya urusan."Bagaimana ini, Fab?" kata Samuel bingung."Sudahlah, kita putuskan untuk selesaikan masalah disini dahulu, setelah itu baru kita semua kembali," putus Fabio.
Tok ... Tok ...Ceklek!"Fab, boleh aku masuk?" tanya Andien di balik pintu.Fabio menatap sekilas dan kembali mengarahkan matanya ke depan layar. Andien perlahan mendekati Fabio dan berdiri di depan meja kerjanya."Ada apa?" tanya Fabio tanpa mengalihkan pandangannya."Apa besok kamu sibuk?" tanya Andien."Kenapa?""Aku ingin, kamu temani aku ke makam, ayah," ucap Andien."Baiklah," sahut Fabio cuek.Andien tersenyum. "Besok, sepulangnya aku dari kampus, kita akan pergi.""Ada lagi?" tanya Fabio."Aku belum makan," rengek Andien."Makanlah," ucap Fabio."Sama kamu," sahut Andien tersenyum."Aku masih sibuk, kamu makan saja dulu," balas Fabio."Aku ingin makan seperti biasa," pinta Andien manja.Fabio menarik nafas dalam. Ia tahu apa yang di maksud dengan ucapan Andien. Ia menatap Andien, kemudian beranjak dari duduknya, kemudian merangkul Andien, dan membawanya keluar. Andien tersen
Keesokan harinya, Sam dan Fabio sedang mengobrol sembari menikmati sarapannya. Andien keluar dari kamarnya dan turun. Fabio terdiam, kemudian segera menyeruput kopi pahitnya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Samuel, hanya diam memperhatikan gerak-gerik keduanya yang aneh."Selamat pagi, Sam," ucap Andien sembari tersenyum."Pagi, Sweety," balas Sam."Aku duluan," ucap Andien."Kau akan ke kampus sekarang?" tanya Sam."Ya!" sahut Andien singkat."Mark, sedang cuti hari ini. Sopir akan mengantarkan aku dan Fabio ke kantor cabang yang di luar kota. Kau akan ke kampus naik apa?" ucap Sam."Leo akan menjemputku," jawab Andien."Leo?""Ya, kau ingat dengan pemuda yang menolongku saat di mobilku di hadang itu kan?" kenang Andien."Ya, aku ingat," sahut Sam."Dia sekarang satu kampus denganku, jadi ....""Ah, baiklah. Aku mengerti." Sam menganggukkan kepalanya.Tidak lama kemudian terdeng
"Maafkan aku," ucap Andien terisak menahan tangis.Fabio menoleh dan ia melihat Andien sedang menunduk dengan tubuh bergetar, kerena menahan tangis. Ada rasa sesal di hati Fabio, ia segera menghampiri Andien dan memeluknya."Aku minta maaf, Sweety," bisik Fabio, sembari mengecup puncak kepala Andien. Tangis Andien pun pecah, saat Fabio memeluknya erat."Aku minta maaf, karena aku tidak pernah mengerti akan perasaanmu," lanjut Fabio.Andien melepas pelukannya dan menangkup wajah tampan Fabio."Tidak, tidak ada yang perlu minta maaf. Sebab, kita sama-sama bersalah dalam hal ini. Seandainya, kita bisa sama-sama saling jujur dan mengakui, mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman diantara kita," ungkap Andien."Aku memang memiliki rasa itu. Tapi, aku terlalu takut untuk mengatakannya padamu. Takut, kalau saat kau tau. Kau akan menjauhiku dan tidak mau lagi bicara padaku. Karena aku tau siapa aku," ucap Fabio lirih."Aku tidak akan pernah bisa jauh da
Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya."Aku akan keluar," seru Samuel."Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio."Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel."Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien."Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel."Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien."Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa
Fabio telah kembali, ada rasa lega di hati Andien saat melihat kedatangannya. Namun, Andien berpura-pura marah padanya, sebab ia tidak memberi kabar pada Andien. Fabio berusaha membujuk Andien dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Fabio memutuskan untuk mengajak kekasihnya untuk liburan berdua. Andien pun menyambutnya dengan gembira. Keduanya memutuskan untuk berangkat lusa.Keduanya telah bersiap untuk berangkat liburan, dengan menggunakan jet pribadi milik keluarganya. Fabio membawa Andien ke negara tempat asalnya. Fabio ingin memperkenalkan Andien pada keluarganya.FlasbackFabio adalah sulung dari lima bersaudara. Ibunya seorang buruh cuci dari rumah ke rumah, sedangkan Ayahnya seorang buruh pabrik yang gemar mabuk, berjudi dan main perempuan. Fabio juga tinggal di pamukiman padat penduduk, yang mayoritas di huni oleh para wanita penjaja cinta dan penjahat.Fabio tumbuh menjadi sosok tulang yang mandiri. Ia terpaksa putus sekolah, di karenakan, ia harus mem
Leonard berang, saat ia tahu, jika Fabio membawa Andien berlibur. Hingga saat ini, rencananya untuk memisahkan keduanya selalu saja gagal. Fabio dan Andien semakin tambah mesra, setelah terjadi kesalah pahaman diantara mereka. Itu membuat Leonard tidak habis pikir, bagaimana cara keduanya menjalaninya. Namun, Leonard tidak akan mudah menyerah dengan begitu saja. Ia akan mencari cara lain, yang akan bisa langsung membuat keduanya langsung terpisah.Leonard pun, kembali menjalani kehidupannya seperti semula. Ia kembali menjadi dirinya lagi, hingga Andien kembali.****Fabio dan Andien tiba di sebuah kota kecil, mobil yang membawa mereka memasuki sebuah pemukiman sempit yang padat penduduk. Saat mereka turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki. Sebab, jalan menuju ke arah rumah orang tua Fabio, tidak bisa di masuki kendaraan."Ini tempat apa?" tanya Andien mengenggam tangan Fabio erat.Fabio tersenyum. "Nanti juga kau aka
"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri
Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka
"Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien."Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur."Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten."Kembali ke rencana semula," jawab Leo."Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten."Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me
"Apa kau masih marah padaku?" tanya Andien.Leo memejamkan matanya, sembari mengepalkan tangannya. Ia masih marah dengan kejadian kemarin. Ia berniat menikahi Andien, untuk mendapatkan keuntungan dan balas dendam pada garis keturunan Antonio.Leo hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelahnya, ia akan menyiksa Andien dan menjadikannya tahanan untuk menekan Fabio dan saudara-saudaranya. Tapi, sekarang apa? Ia hanya mendapat barang sisa yang telah terpakai oleh musuhnya. Kini, semuanya sia-sia. Rencana yang telah di susun Leo dengan matang, harus hancur setelah ia mendapatkannya."Lee, aku minta maaf. Aku tau, aku bersalah padamu. Tidak seharusnya, aku merahasiakan ini padamu," sesal Andien."Jika, aku memaafkanmu. Apa kau bersedia ikut bersamaku, kemanapun aku pergi dan melupakan semua masa lalumu bersama Fabio?" potong Leo.Andien terdiam mendengarkan ucapan Leo."Jika kau memaafkan aku, aku berjanji. Aku akan menjadi istri yang te
Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan
Di villa Leo, semua orang sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Leo dan Andien. Andien telah berusaha untuk menolak. Tapi, keegoisan Nyonya Dience mengalahkan semuanya. Andien tidam bisa melawan. Ia hanya bisa menuruti kemauan Mamanya.Kebahagian terpancar jelas di wajah Leo, senyum selalu terkembang di wajahnya. Saking bahagianya, ia lupa dengan tujuan utamanya. Hingga sang asisten yang mengingatkannya, tujuannya.Sedangkan di kediamannya, Fabio masih uring-uringan. Sampai saat ini, ia masih belum bisa menemukan di mana tempat persembunyian Leo. Mereka telah mengerahkan seluruh anal buahnya, tapi tidak ada satupun yang berhasip menemukannya. Fabio hmapir fruztasi. Di tengah keputus asaannya. Akhirnya ia mendapat kabar, kalau salah satu anak buahnya melapor. Jika, ia berhasil membuntuti salah satu anak buah Leo dan mengikutinya hingga ke markasnya.Mereka pun segera bergerak kelokasi yang telah di katakan anak buahnya. Fabio dan yang lainnya, tiba di
Fabio memegangi pipinya. Bekas tamparan tangan Dience masih bisa ia rasakan, bahkan rasa kebencian Dience padanya juga masih sama seperti saat pertama kali Fabio bertemu dengannya."Kau tidak apa-apa, kan Fab?" tanya Andrew."Jangan hiraukan aku! Sekarang fikirkan, bagaimana nasib Sweety?" sahut Fabio."Fabio benar, kita harus memikirkan cara untuk membawa Sweety kembali ke rumah ini," sela Samuel."Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Christian."Kita datangi kediaman nyonya Dience dan kita jemput Sweety dari sana," sahut Fabio."Tapi Fab, kau tau sendiri wanita itu tidak menyukai kita. Terutama kau," ucap Lucas."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Fabio."Kau tetap disini, biarkan aku dan si kembar yang menjemput Sweety," ucap Lucas."Baiklah, terserah padamu." Fabio beranjak dan masuk ke kamarnya.****Sementara apartemen Dience, wanita itu sedang berusaha untuk membujuk Andien agar mau meni
Fabio meninggalkan kamar Andien dengan perasaan marah. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan dari Dience. Jika, Dience bukanlah orang yang melahirkan Andien. Mungkin, saat itu juga Fabio akan memberinya pelajaran.Dience tidak hanya menghina dirinya, tapi juga saudaranya yang lain. Memang semua yang dikatakan Dience adalah benar. Tapi, setidaknya Dience seharusnya berterima kasih pada mereka berlima yang telah menjaga putri dan semua milik mendiang mantan suaminya.Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Fabio dan saudaranya untuk berbuat curang, karena ingin menguasai semuanya. Fabio juga tahu, sejak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Dience adalah orang yang secara terang-terangan menolak kehadiran Fabio.Fabio juga mengingat bagaimana, Dience menggunakan segala cara untuk mengusir Fabio dari rumah itu. Kepercayaan yang dimiliki Antonio pada Fabio, yang membuatnya bertahan dan menjadi orang kepercayaa hingga kini."Aku akan buktikan padany