"Kalian akan pergi lagi?" tanya Andien, saat melihat kelima pangeran tampannya telah bersiap.
"Iya, Sweety," sahut Samuel.
"Bukannya, kita semua akan pergi ke makam ayah hari ini?" tambah Andien.
"Setelah pulang dari makam ayah, kami semua akan kembali," sambung Lucas.
"Oh," Andien berucap lirih.
Kelima pemuda tampan itu tampak saling melempar pandangan, kemudian menghentikan kegiatanya, dan saling memberi kode.
"Luc, kau bisa gantikn aku di pertemuan kali ini?" ucap Samuel memecah kesunyian.
"Maafkan aku, sepertinya ada sesuatu yang aku lupakan disini dan itu harus aku selesaikan secepatnya," jawab Lucas.
"Kalau kalian twins?" tanya Samuel pada si kembar Andrew dan Christian.
Keduanya menggelengkan kepala, dan menjawab mereka juga masih punya urusan.
"Bagaimana ini, Fab?" kata Samuel bingung.
"Sudahlah, kita putuskan untuk selesaikan masalah disini dahulu, setelah itu baru kita semua kembali," putus Fabio.
Andien berlari dan memeluk Fabio.
"Terima kasih, Fab," seru Andien.Fabio tersenyum pada keempat saudaranya. Ia sengaja melakukan rencana itu, untuk menghibur Andien. Fabio tahu jika Andien sering kesepian disini. Mereka semua ingin sekali menemaninya, tapi mereka juga punya tanggung jawan yang mereka emban.
Andien dan kelima pangerannya telah tiba di pemakaman. Seperti biasa, ia meletakkan buket bunga tulip putih, kemudian berdoa. Setelah selesai mereka pun, meninggalkan pemakaman.
"Kita akan kemana setelah ini?" tanya Andrew.
"Bagaimana kalau kita piknik ke pantai hari ini?" sahut Lucas mengusulkan.
"Aku setuju, sudah lama kita tidak piknik bersama," timpal Christian.
"Bagaimana Sweety?" tanya Fabio.
"Aku setuju!" seru Andien senang.
"Baiklah, sekarang kita semua pulang ganti baju dan menyiapkan semuanya." ucap Samuel yang membukakan pintu mobil untuk Andien. Mereka pun meninggalkan pemakaman dan kembali ke rumah untuk bersiap. Tanpa mereka sadari, jika asebuah mobil telah mengikuti mereka, sejak pertama mobil mereka keluar rumah.
***
"Tuan, mata-mata kita melaporkan, jika saat ini nona Andien dan kelima gelandangan itu, akan pergi ke pantai," ucap asisten Loenard.
"Kirim orang kita untuk terus mengikuti mereka kemanapun. Awasi Andien, aku tidak mau jika ia sampai terluka dan bilang pada mereka jangan melakukan apapun, tanpa perintah dariku," titah Leonard pada asistennya.
"Baik Tuan."
"Cepat atau lambat, aku akan mendapatkan gadis itu dan mengambil semuanya. Kemudian aku akan membunuh mereka satu persatu dan terakhir aku akan menyiksa putri kesayangan Antonio. Hingga gadis itu lebih memilih mati dari pada hidup," ucap Leonard menggeram.
Fabio dan yang lainnya telah tiba di sebuah pantai. Andien dan Lucas membentang tikar dan mulai menyusun bekal mereka. Saat ayahnya masih hidup, mereka juga sering berpergian untuk piknik dengan bekal bahan makanan mentah. Sebab, sang ayah yang akan memasak untuk semua anak-anaknya.Pantai ini banyak menyimpan kenangan untuk mereka. Andien tampak bersedih, sebab ini adalah piknik pertama mereka disini, sejak kematian ayah mereka. Fabio mendekati Andien dan merangkulnya.
"Ada apa, Sweety?" tanya Fabio.Andien hanya menggelengkan kepalanya.
"Jangan bersedih, Sweety, kami semua ada di sini untuk menemanimu," sambung Samuel.
"Kamu juga akan selalu menjagamu," lanjut Andrew.
"Kami akan menjadi pengawal setiamu, yang akan selalu ada untukmu," timpal Christian.
Andien kembali tersenyum, masuk kedalam pelukan Fabio, dan menggelamkan wajahnya di dada bidang Fabio. Samuel pun ikut memeluknya, di ikuti Lucas dan di susul oleh si kembar Andrew dan Christian. Pelukan yang sama yang sering mereka lakukan saat sang ayah masih bersama mereka.
Setelah berlibur seharian, akhirnya mereka pulang dan beristirahat. Hari esok siap menyambut mereka dengan kesibukan masing. Keesokan harinya, setelah berpamitan pada Andien, Fabio pun kembali terbang dan diikuti yang lainnya. Suasana rumah kembali sunyi, Andien kembali ke rutinitasnya dan bersiap untuk ke kampus.
Tiba di kampusnya, ia di sambut oleh Leo, yang telah menunggunya di depan gerbang kampus."Leo, kamu disini?" ucap Andien.
"Aku menunggumu," sahut Leo, kemudian mendekati Andien.
"Kenapa, apa kau perlu sesuatu?" tanya Andien.
"Ya. Ayo aku akan ceritakan padamu, tapi tidak disini." Leo membawa Andien ke arah cafetaria.
"Katakan," ucap Andien.
"Aku punya dua tiket nonton film terbaru. Tapi, aku bingung mau pergi nonton dengan siapa," tutur Leo.
"Jadi?"
"Aku berencana, untuk mengajakmu. Kamu mau kan?" ucap Leo.
"Maaf, aku tidak bisa," jawab Andien.
"Ayolah Andien, aku mohon," pinta Leo.
"Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa," tolak Andien halus.
"Aku akan meminta ijin pada pengawalmu," lanjut Leo.
"Tidak semudah yang kamu bayangkan untuk meminta ijin dari mereka," kata Andien meyakinkan Leo.
"Aku akan mencobanya." Leo bergerak mendekati pengawal dan sopir Andien. Leo terlihat meyakinkan Mark, sang sopir untuk membawa Andien bersamanya. Ia juga berjanji, akan menjaga dan mengantar Andien pulang dengan selamat.
Tidak lama setelahnya, Leo kembali menghampiri Andien.
"Mereka tidak mengijinkannya kan?" cetus Andien."Siapa bilang," sahut Leo.
"Maksud kamu?" Andien menatap Leo dengan penuh rasa penasaran.
"Mereka mengijinkan, asal ...."
"Asal?"
"Mark yang akan menemani perjalanan kita," sahut Leo.
Andien terheran, Mark adalah sosok yang sangat waspada, terhadap apapun menyangkut Andien. Bisa dengan mudah di yakinkan oleh Leo, seseorang yang baru di kenalnya.
Sepulang dari kampus, Leo telah menunggu Andien. Mereka pun langsung menuju bioskop untul menonton.
****
Fabio menelepon rumah dan menanyakan tentang keadaan Andien. Kepala pelayan mengatakan, jika saat ini nona mudanya sedang berada di luar. Fabio tambah kesal saat kepala pelayan mengatakan, jika Andien keluar bersama Leo.
Entah mengapa, Fabio sangat tidak menyukai pemuda itu. Fabio curiga ada sesuatu yang lain pada diri Leo. Tapi, sampai saat ini, Fabio masih belum bisa menemukan maksud dari Leo mendekati Andien. Ada rasa cemburu di hati Fabio, meihat Andien dekat dengan seseorang yang bukan dari keepat saudaranya. Rasa itu semakin membuncah, tatkala ia tahu jika keduanya telah pergi berdua untuk berkencan.
Prank!
Fabio melempar gelas, ia meluahkan rasa kesalnya. Samuel masuk, saat mendengar suara benda jatuh. Ia terkejut melihat pecahan kaca di lantai. Ia kemudian memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan pecahan kaca di lantai.
"Ada apa, Fab?" tanya Samuel.
"Andien keluar bersama pemuda itu," jawab Fabio kesal.
"Pemuda? Maksudmu, Leo?" Samuel mengernyitkan dahinya.
Fabio terdiam, ia mengepalkan tangannya. Entah mengapa ia begitu marah dengan ulah Andien kali ini.
"Sudahlah, Fab. Kalau kau merasa khawatir, lebih baik, kau pulang dan temani dia disana," ucap Samuel memberi saran.
"Bagaimana mungkin, Sam. Kau tau sendiri, bagaimana sibuknya kita akhir-akhir ini," timpal Fabio.
"Kau paham akan hal itu, jadi seharusnya, kau tidak boleh marah dan kesal. Jika, Andien keluar bersama temannya," lanjut Sam.
"Kenapa kau tidak pernah memahami aku, Sam?" keluh Fabio.
"Bukan aku tidak pernah memahaimu, Fabio. Tapi, kau sendiri yang tidak mengerti dengan dirimu sendiri," balas Samuel.
Fabio terdiam, apa yang di katakan Samuel benar dan ia tahu apa dari ucapan Samuel. Seharusnya, segera mengatakannya pada Andien, tentang perasaannya. Tapi, ia lebih memilih diam dan memendam perasaannya pada Andien.
"Fab, kalau boleh aku sarankan. Lebih baik, kau segera mengatakannya. Agar dia tau, bagaimana perasaanmu padanya," ucap Samuel memberikan usul.
"Tapi, aku terlalu takut, Sam. Aku takut, jika ternyata ia tidak bisa membalas perasaanku, dia jadi jauh dan tidak mau lagi dekat denganku," sahut Fabio lirih.
"Apa! Kau takut? Seorang Fabio, penguasa dan pimpinan klan mafia terbesar, takut akan hal seperti itu?" ledek Samuel.
Fabio menatap tajam ke arah Samuel.
"Jadi, sampai kapan kau akan menyimpan perasaanmu sendiri. Aku pastikan, jika kau masih saja memendam perasaanmu, tanpa mau memberitahunya. Kau akan melihat dia akan menjadi milik orang lain dan kau sendirilah yang akan mengantarkannya ke depan altar." tutup Samuel yang berjalan keluar meninggalkan Fabio di ruangannya.
***
Andien dan Leo semakin dekat, Mark kini mulai percaya dengan sosok Leo, yang berada di samping Andien. Kali ini, Leo meminta ijin pada Mark, untuk membawa Andien jalan-jalan, dengan motornya.
Semula Mark menolak, ia tahu persis, seumur hidupnya. Andien tidak pernah naik sepeda motor. Ia telah hampir 15 tahun mengabdi dikeluarga Andien, sebagai sopir. Sekali lagi, Leo behasil meyakinkan Mark dan berjanji akan menjaga Andien dan mengantarkannya pulang tepat waktu.
Benar saja, ia mengantarkan Andien kembali ke rumah tepat waktu, ia pun segera berapamitan dan kembali bekerja. Andien dan Mark tahu, jika Leo bekerja paruh waktu di sebuah Cafe.
"Apa kau senang, Sweety?"
Terdengar suara bariton khas, Andien segera menoleh ke arah sumber suara, yang sangat Andien kenal siapa pemiliknya.
"Fabio!" seru Andien berlari menghampirinya."Kau kembali tidak memberitahuku," sambung Andien.
"Aku ingin memberikan kejutan untukmu. Tapi, sebaliknya, sepertinya aku yang mendapat kejutan darimu," ucap Fabio.
"Maksudmu?" tanya Andien bingung.
"Sudah, jangan dibahas lagi. Kamu pasti lelahkan, Sweety? Lebih baik, kamu istirahat." kata Fabio yang melangkah meninggalkan Andien di ruang tamu. Fabio pun masuk ke ruang kerjanya dan mengunci pintunya.
"Dia aneh," gumam Andien.
Bersambung
Tok ... Tok ...Ceklek!"Fab, boleh aku masuk?" tanya Andien di balik pintu.Fabio menatap sekilas dan kembali mengarahkan matanya ke depan layar. Andien perlahan mendekati Fabio dan berdiri di depan meja kerjanya."Ada apa?" tanya Fabio tanpa mengalihkan pandangannya."Apa besok kamu sibuk?" tanya Andien."Kenapa?""Aku ingin, kamu temani aku ke makam, ayah," ucap Andien."Baiklah," sahut Fabio cuek.Andien tersenyum. "Besok, sepulangnya aku dari kampus, kita akan pergi.""Ada lagi?" tanya Fabio."Aku belum makan," rengek Andien."Makanlah," ucap Fabio."Sama kamu," sahut Andien tersenyum."Aku masih sibuk, kamu makan saja dulu," balas Fabio."Aku ingin makan seperti biasa," pinta Andien manja.Fabio menarik nafas dalam. Ia tahu apa yang di maksud dengan ucapan Andien. Ia menatap Andien, kemudian beranjak dari duduknya, kemudian merangkul Andien, dan membawanya keluar. Andien tersen
Keesokan harinya, Sam dan Fabio sedang mengobrol sembari menikmati sarapannya. Andien keluar dari kamarnya dan turun. Fabio terdiam, kemudian segera menyeruput kopi pahitnya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Samuel, hanya diam memperhatikan gerak-gerik keduanya yang aneh."Selamat pagi, Sam," ucap Andien sembari tersenyum."Pagi, Sweety," balas Sam."Aku duluan," ucap Andien."Kau akan ke kampus sekarang?" tanya Sam."Ya!" sahut Andien singkat."Mark, sedang cuti hari ini. Sopir akan mengantarkan aku dan Fabio ke kantor cabang yang di luar kota. Kau akan ke kampus naik apa?" ucap Sam."Leo akan menjemputku," jawab Andien."Leo?""Ya, kau ingat dengan pemuda yang menolongku saat di mobilku di hadang itu kan?" kenang Andien."Ya, aku ingat," sahut Sam."Dia sekarang satu kampus denganku, jadi ....""Ah, baiklah. Aku mengerti." Sam menganggukkan kepalanya.Tidak lama kemudian terdeng
"Maafkan aku," ucap Andien terisak menahan tangis.Fabio menoleh dan ia melihat Andien sedang menunduk dengan tubuh bergetar, kerena menahan tangis. Ada rasa sesal di hati Fabio, ia segera menghampiri Andien dan memeluknya."Aku minta maaf, Sweety," bisik Fabio, sembari mengecup puncak kepala Andien. Tangis Andien pun pecah, saat Fabio memeluknya erat."Aku minta maaf, karena aku tidak pernah mengerti akan perasaanmu," lanjut Fabio.Andien melepas pelukannya dan menangkup wajah tampan Fabio."Tidak, tidak ada yang perlu minta maaf. Sebab, kita sama-sama bersalah dalam hal ini. Seandainya, kita bisa sama-sama saling jujur dan mengakui, mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman diantara kita," ungkap Andien."Aku memang memiliki rasa itu. Tapi, aku terlalu takut untuk mengatakannya padamu. Takut, kalau saat kau tau. Kau akan menjauhiku dan tidak mau lagi bicara padaku. Karena aku tau siapa aku," ucap Fabio lirih."Aku tidak akan pernah bisa jauh da
Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya."Aku akan keluar," seru Samuel."Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio."Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel."Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien."Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel."Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien."Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa
Fabio telah kembali, ada rasa lega di hati Andien saat melihat kedatangannya. Namun, Andien berpura-pura marah padanya, sebab ia tidak memberi kabar pada Andien. Fabio berusaha membujuk Andien dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Fabio memutuskan untuk mengajak kekasihnya untuk liburan berdua. Andien pun menyambutnya dengan gembira. Keduanya memutuskan untuk berangkat lusa.Keduanya telah bersiap untuk berangkat liburan, dengan menggunakan jet pribadi milik keluarganya. Fabio membawa Andien ke negara tempat asalnya. Fabio ingin memperkenalkan Andien pada keluarganya.FlasbackFabio adalah sulung dari lima bersaudara. Ibunya seorang buruh cuci dari rumah ke rumah, sedangkan Ayahnya seorang buruh pabrik yang gemar mabuk, berjudi dan main perempuan. Fabio juga tinggal di pamukiman padat penduduk, yang mayoritas di huni oleh para wanita penjaja cinta dan penjahat.Fabio tumbuh menjadi sosok tulang yang mandiri. Ia terpaksa putus sekolah, di karenakan, ia harus mem
Leonard berang, saat ia tahu, jika Fabio membawa Andien berlibur. Hingga saat ini, rencananya untuk memisahkan keduanya selalu saja gagal. Fabio dan Andien semakin tambah mesra, setelah terjadi kesalah pahaman diantara mereka. Itu membuat Leonard tidak habis pikir, bagaimana cara keduanya menjalaninya. Namun, Leonard tidak akan mudah menyerah dengan begitu saja. Ia akan mencari cara lain, yang akan bisa langsung membuat keduanya langsung terpisah.Leonard pun, kembali menjalani kehidupannya seperti semula. Ia kembali menjadi dirinya lagi, hingga Andien kembali.****Fabio dan Andien tiba di sebuah kota kecil, mobil yang membawa mereka memasuki sebuah pemukiman sempit yang padat penduduk. Saat mereka turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki. Sebab, jalan menuju ke arah rumah orang tua Fabio, tidak bisa di masuki kendaraan."Ini tempat apa?" tanya Andien mengenggam tangan Fabio erat.Fabio tersenyum. "Nanti juga kau aka
Fabio terbangun dan perlahan beranjak dari peraduannya. Ia mengangkat pelan, tangan sang kekasih yang memeluk perut ratanya. Fabio menatap sejenak, wajah polos Andien saat gadis itu masih pulas di alam mimpinya. Fabio kembali, mengingat kejadian kemarin malam, dimana, keduanya menghabiskan malam yang panas dengan penuh gairah.Fabio membelai rambut Andien dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya. Mengecup puncak kepalanya. Saat ia hendak beranjak, tidak sengaja matanya melihat bercak darah di sprei. Fabio tersenyum, kemudian kembali berbaring di sisi Andien, seraya berkata."Aku berjanji, aku akan selalu ada dan akan selalu menjagamu. Aku tidak akan pernah pergi darimu, hingga nyawa terpisah dari jasadku." Fabio kembali mengecup puncak kepala Andien. Ia pun kemudian turun dari ranjang dengan hati-hati. Tapi, sebelumnya, ia merapikan selimut yang menutupi tubuh polos Andien.Fabio keluar dari kamarnya dan bertemu dengan keluarganya, yang sedang