Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya.
"Aku akan keluar," seru Samuel.
"Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio.
"Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel.
"Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien.
"Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel.
"Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.
Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien.
"Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi pula, aku mencari wanita baik-baik untuk jadi ibu dari anak-anakku nanti. Untuk itulah, aku tidak mau sembarangan menjadikan seseorang wanitaku," jelas Samuel."Aku yakin, Sam. Diluar sana, ada wanita seperti yang kau inginkan," lanjut Andien.
"Aku juga berharap begitu, tapi setelah aku menemukannya. Aku akan pensiun dari semua ini dan hidup dengan tenang bersama keluarga kecilku." Samuel pun meninggalkan kedua sejoli itu di ruang baca.
"Sweety, aku rasa aku harus berlatih membiasakan diri, untuk mengatasi semuanya, tanpa Sam," ucap Fabio.
"Kenapa?" tanya Andien heran.
"Selama ini, Sam lah yang banyak membantuku," jawab Fabio.
"Baiklah, terserah padamu. Aku akan ke kamar dan tidur," ucap Andien.
Fabio menahan tangannya, kemudian mengangkat Andien dalam gendongannya.
"Kau akan tidur bersamaku lagi, Sweety." ucap Fabio yang kemudian membawa Andien menuju kamarnya.***
Leonard, kembali menyusun rencana untuk membuat hubungan Andien dan Fabio hancur. Setelah berulang kali, ia mengalami kegagalan. Kali ini, ia tidak mau lagi ada kata gagal dalam rencananya."Kirim seseorang untuk membuat keributan di gudang besar milik mereka yang ada di kota Y," titah Leonard."Tapi, Tuan. Membuat keributan di markas besar Fabio, membutuhkan seseorang yang bernyali besar, dan itu pasti sulit di temukan," sahut sang asisten.
"Aku tidak mau tau, cari dan bayar dengan harga tinggi. Aku yakin, di jalanan sana. Banyak gelandangan yang akan melakukan apa saja demi uang," sahut Leonard.
"Baik Tuan," jawab sang asisten.
"Kita akan lihat, seberapa percayanya kamu pada pria brengsek itu. Aku yakin, setelah ini, kau akan berpaling padaku dan meninggalkan si brengsek Fabio," gumam Leonar.
Beberapa saat kemudian, asistennya kembali dan membawa seseorang yang akan menjadi umpan untuk Fabio. Asisten Leonard pun memberikan arahan pada orang itu, tentang apa saja yang harus dia lakukan.
"Kau mengerti?" tanyanya.
"Ya, Tuan. Saya mengerti," jawabnya.
"Satu hal lagi, jika sesuatu hal terjadi padamu, jangan pernah kau menyebut nama siapapun. Jika itu kau lakukan, maka seluruh keluargamu akan kami bunuh satu persatu." ancam sang asiten.
Pria itu tampak gemetar mendengar ancaman dari asisten Leonard. Ia pun segera kembali ke tempat asalnya untuk mempersiapkan segalanya.
"Kau yakin, dia akan melakukan yang terbaik?" tanya Leonard.
"Saya yakin, Tuan," jawabnya.
"Ingat! Jika terjadi kesalahan, maka kau sendirilah yang akan menanggung akibatnya." ancam Leonar, yang kemudian meninggalkan asistennya. Sang asisten hanya menarik nafas panjang.
Leonard, ke kampusnya dan seperti biasanya. Ia selalu menunggu kedatangan Andien, di deoan gerbang kampus. Sesaat kemudian, ia melihat mobil mewah yang memasuki area parkiran. Andien turun dan di susul oleh Fabio, di belakangnya.
"Aku akan langsung ke kantor," ucap Fabio mengusap kepala Andien dan mengecup puncak kepalanya.Diam-diam, Leo mengepalkan tangannya. Entah mengapa, ia merasa marah dan kesal melihat kemesraan yang di pertontonkan kedua sejoli ini."Kamu, hati-hati ya," pesan Andien sembari tersenyum. Fabio hanya mengangguk dan membalas senyuman Andien. Ia segera kembali ke mobil, tanpa menghiraukan keberadaan Leo di hadapannya."Aku lihat kalian, bertambah mesra," ucap Leo.
"Tentu saja!" seru Andien tersenyum.
"Sepertinya, tidak ada harapan lagi untukku," desis Leo.
Andien tersenyum dan mengait lengan Leo.
"Akan ada gadis yang lebih baik dariku, diluaran sana." kata Andien, sembari menarik lengan Leo dan membawanya masuk ke dalam gedung kampus.Mereka berbincang sepanjang perjalanan ke kelas mereka.
***
"Fab, ada masalah di gudang yang di kota Y," lapor Samuel.
"Apa yang terjadi?" tanya Fabio.
"Mereka menangkap satu penyusup," jawab Samuel.
"Apa mereka mendapatkan sesuatu darinya?"
"Laki-laki itu tidak mau bicara, aku akan langsung ke sana." jawab Samuel yanh bergegas meninggalkan kantor.
"Tunggu, Sam," tahan Fabio. Samuel menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Aku akan ikut denganmu," lanjut Fabio.
"Tapi, bagaimana dengan janjimu pada Andien?" tanya Samuel.
"Aku akan memberitahunya, saat dalam perjalanan nanti. Sekarang, lebih baik kita berangkat." Fabio dan Samuel kembali ke dalam mobil dan langsung meluncur ke kota Y.
Selama di perjalanan, Fabio berusaha untuk menghubungi Andien. Tapi, anehnya ponsel gadis itu tidak aktif. Padahal, Fabio ingat betul. Saat ia mengantar Andien tadi pagi, ponsel Andien terisi penuh.
Fabio mengumpat kesal, Samuel hanya tersenyum melihat kekesalan Fabio.
"Kemana gadis itu?" gumam Fabio."Mungkin, dia sedang di kelas, dan mengharuskannya untuk mematikan ponsenya," jawab Samuel ringan.
Fabio terdiam, mendengar jawaban dari Samuel. Mengapa ia tidak berpikir demikian. Akhirnya, Fabio memilih mengirim pesan pada Andien untuk minta maaf, karena membatalkan janji mereka.
Di lain tempat, Leo telah dengan sengaja menonaktifkan ponsel milik Andien. Saat ia, berpura-pura meminjam ponselnya. Ia tahu, sebentar lagi, Fabio pasti akan menghubungi Andien. Ternyata benar, Fabio mengirim pesan pada Andien dan meminta maaf, karena membatalkan janjinya.
Leo tersenyum sinis, kemudian ia segera menghapus pesan dari Fabio dan begitu pula dengan panggilan darinya. Leo pun segera mematikan ponsel, Andien dan menaruhnya kembali ke dalam tasnya.
Waktunya pulang, Andien menunggu Fabio di dekat gerbang. Hari semakin senja, hampir seluruh penghuni kampus telah meninggalkan gedung. Andien meraih ponselnya, ia terkejut melihat ponselnya dalam keadaan mati. Namun, ia tidak ambil pusing. Ia pun segera menelpon Fabio.Tapi, entah mengapa, pria itu tidak menjawab teleponnya.
Andien menarik nafas panjang. Saat ia sudah memutuskan untuk pulang, tiba-tiba ia mendengar suara deruman sepeda motor milik Leo. Pemuda itu menghampiri Andien dan menyapanya.
"Belum pulang?" tanya Leo.Andien hanya menggeleng.
"Menunggu dia?" lanjut Leo.
Andien hanya mengangguk kecil.
"Hari menjelang malam, mungkin dia sibuk. Jadi, tidak bisa menjemputmu," ucap Leo.
"Mungkin, tapi tidam seperti biasanya dia begini," keluh Andien.
"Mungkin, dia lupa," sahut Leo enteng.
Andien kembali terdiam.
"Mau aku antar?" tawar Leo.
Sebenarnya, Andien ingin menolak. Tapi, saat ia menatap sekeling yang telah sepi. Ia pun memutuskan, untuk pulang bersama Leo. Pemuda itu memasangkan, helm untuk Andien. Keduanya pun segera meninggalkan kampus.
"Andien, kita mampir di Cafe kemarin, ya!" seru Leo.
"Tidak!" tolak Andien.
"Aku, ingin segera pulang. Aku lelah," lanjutnya.
"Baiklah," jawab Leo. Ada rasa kesal di hatinya, karena Andien menolak ajakannya. Ia kembaki melajukan kendaraannya, langsung menuju ke kediaman Andien.
"Terima kasih, ya," ucap Andien.
"Kamu gak nyuruh aku masuk?" tanya Leo.
"Maaf, aku hari ini benar-benar lelah. Lagi pula, aku tidak pernah membawa orang asing masuk ke rumah, apa lagi laki-laki," jawab Andien.
"Baiklah, aku mengerti. Besok aku akan menjemputmu," lanjut Leo.
"Besok? Besok kita kan libur?" sahut Andien.
"Aku ingin membawamu ke jalan-jalan, ke tempat kemarin," jawab Leo.
"Aku tidak janji. Tapi, aku akan mengabarimu besok," ucap Andien.
"Baiklah, aku pamit." Leo kembali memasang helmnya dan menghidupkan motornya. Setelah berpamitan, ia pun meninggalkan kediaman Andien dan kembali ke rumahnya.
Andien masuk dan segera menuju kamarnya. Setelah mandi, ia menuju ruang makan, untuk makan malam. Saat hendak beranjak tidur, ia kembali menatap ponselnya. Belum ada satupun pesan atau kabar dari Fabio. Ia pun akhirnya, memilih mengirimi Fabio pesan singkat, kemudian beranjak tidur.
Sebelum tidur, Andien menatap photi Fabio dan dirinya, yang menghiasi layar utama ponselnya.
bersambung
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa
Fabio telah kembali, ada rasa lega di hati Andien saat melihat kedatangannya. Namun, Andien berpura-pura marah padanya, sebab ia tidak memberi kabar pada Andien. Fabio berusaha membujuk Andien dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Fabio memutuskan untuk mengajak kekasihnya untuk liburan berdua. Andien pun menyambutnya dengan gembira. Keduanya memutuskan untuk berangkat lusa.Keduanya telah bersiap untuk berangkat liburan, dengan menggunakan jet pribadi milik keluarganya. Fabio membawa Andien ke negara tempat asalnya. Fabio ingin memperkenalkan Andien pada keluarganya.FlasbackFabio adalah sulung dari lima bersaudara. Ibunya seorang buruh cuci dari rumah ke rumah, sedangkan Ayahnya seorang buruh pabrik yang gemar mabuk, berjudi dan main perempuan. Fabio juga tinggal di pamukiman padat penduduk, yang mayoritas di huni oleh para wanita penjaja cinta dan penjahat.Fabio tumbuh menjadi sosok tulang yang mandiri. Ia terpaksa putus sekolah, di karenakan, ia harus mem
Leonard berang, saat ia tahu, jika Fabio membawa Andien berlibur. Hingga saat ini, rencananya untuk memisahkan keduanya selalu saja gagal. Fabio dan Andien semakin tambah mesra, setelah terjadi kesalah pahaman diantara mereka. Itu membuat Leonard tidak habis pikir, bagaimana cara keduanya menjalaninya. Namun, Leonard tidak akan mudah menyerah dengan begitu saja. Ia akan mencari cara lain, yang akan bisa langsung membuat keduanya langsung terpisah.Leonard pun, kembali menjalani kehidupannya seperti semula. Ia kembali menjadi dirinya lagi, hingga Andien kembali.****Fabio dan Andien tiba di sebuah kota kecil, mobil yang membawa mereka memasuki sebuah pemukiman sempit yang padat penduduk. Saat mereka turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki. Sebab, jalan menuju ke arah rumah orang tua Fabio, tidak bisa di masuki kendaraan."Ini tempat apa?" tanya Andien mengenggam tangan Fabio erat.Fabio tersenyum. "Nanti juga kau aka
Fabio terbangun dan perlahan beranjak dari peraduannya. Ia mengangkat pelan, tangan sang kekasih yang memeluk perut ratanya. Fabio menatap sejenak, wajah polos Andien saat gadis itu masih pulas di alam mimpinya. Fabio kembali, mengingat kejadian kemarin malam, dimana, keduanya menghabiskan malam yang panas dengan penuh gairah.Fabio membelai rambut Andien dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya. Mengecup puncak kepalanya. Saat ia hendak beranjak, tidak sengaja matanya melihat bercak darah di sprei. Fabio tersenyum, kemudian kembali berbaring di sisi Andien, seraya berkata."Aku berjanji, aku akan selalu ada dan akan selalu menjagamu. Aku tidak akan pernah pergi darimu, hingga nyawa terpisah dari jasadku." Fabio kembali mengecup puncak kepala Andien. Ia pun kemudian turun dari ranjang dengan hati-hati. Tapi, sebelumnya, ia merapikan selimut yang menutupi tubuh polos Andien.Fabio keluar dari kamarnya dan bertemu dengan keluarganya, yang sedang
"Kalian akan keluar?" tanya Emma."Ya, Mama. Kami akan ke pantai hari ini," jawab Fabio."Ayo, sarapan dulu, Nona," lanjut Emma mempersilahkan Andien untuk duduk.Andien mengangguk dan duduk, setelah Fabio menarikkan kursi untuknya. Mereka menikmati sarapan dengan hangat, layaknya sebuah keluarga. Canda tawa menyertai obrolan kecil mereka."Baiklah, kami pamit dulu," ucap Fabio."Hati-hati, apa kalian akan pulang untuk makan siang?" tanya Emma."Mungkin tidak, Mama. Kami akan menginap beberapa hari disana," jawab Fabio."Baiklah," sahut Emma tersenyum."Semua yang kau kau perlukan, sudah lengkap, Nona?" tanya Emma pada Andien.Andien mengangguk dabln tersenyum. Kemudian melirik ke arah Fabio dan menatapnya."Mama, mulai sekarang, Andien meminta kalian untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan Nona," ucap Fabio."Lalu kami harus memanggilnya apa?" tanya Emma."Cukup panggil Andien, Nyonya," jawab Andien.E
Fabio dan Andien masih berada di negara S, di kediaman keluarga Fabio. Saat ini, Fabio sedang sibuk dan terlihat terburu-buru. Ia akan menghadiri rapat di luar kota. Andien membantunya menyiapkan semua berkas yang ia perlukan."Sudah selesai, Sayang?" tanya Fabio mendekati Andien."Sudah," jawab Andien.Fabio tersenyum dan memeluk Andien."Terima kasih, Sweety," bisik Fabio.Andien tersenyum dan membalas pelukannya."Sama-sama. Cepat bersiap, nanti kau akan terlambat," seru Andien.Keduanya beriringan keluar dari kamar dan menyapa kedua orang tua. Selesai sarapan, Fabio segera berangkat dan meninggalkan Andien bersama kedua orang tuanya. Tapi, hari ini, Andien beruntung. Sebab, Betty datang mengunjunginya.Andien pun menghabiskan waktu seharian bersama Betty dan Charlote putrinya.****Di rumah sakit, Siera kembali menemui Megan dan mengatakan jika ia belum bisa mengumpulkan uang, untuk biaya operasi dan pengobatan Mamanya. Si
Fabio membuka matanya, kepalanya masih terasa pening. Akibat hentaman benda tumpul. Samar pandangannya, mengitari tempatnya berada saat ini. Fabio melihat beberapa orang berpakaian hitam duduk mengitarinya. Fabio menggerakkan sedikit tubuhnya yang terikat di kursi."Siapa kalian?" tanya Fabio."Kau tidak perlu tau siapa kami, yang pastinya kami harus menjalankan perintah boss kami. Untuk membuatmu tersingkir," jawab salah satu dari mereka yang berbadan besar.Fabio pun teringat akan Siera. Di mana dia, saat terakhir kali, gadis itu bersamanya. Membantu mencari Andien."Dimana Siera?" tanya Fabio lagi."Maksudmu, gadis itu?" tunjuk yang lain.Mata Fabio menangkap sosok Siera yang pingsan di ranjang, dalam keadaan terikat."Apa yang kalian lakukan padanya?" seru Fabio."Kami hanya bermain-main dengannya sebentar," jawab mereka tertawa.Fabio berusaha keras untuk melepaskan diri. Sampai akhirnya, ia berhasil melepaskan diri. Ia menghajar mer
Beberapa bulan telah berlalu, Andien dan Fabio merencanakan untuk segera menikah. Berita itu pun tersiar ke seluruh penjuru negeri. Keduanya sedang membuat persiapan. Fabio juga menjemput kedua orang tua dan adik-adiknya. Andien sendiri, sibuk mempersiapkan semuanya di bantu dengan keempat saudaranya yang lain. Sam, Lucas, Andrew, dan Christian juga di minta oleh Andien untuk segera pulang.Mereka tidak bissa menolak keinginan seorang Andien, yang seperti perintah ratu bagi mereka."Aku tidak menyangka, akhirnya mereka berdua bisa bersama," celetuk Lucas."Tidak usah di tebak lagi, aku sudah mengira sedari awal keduanya memang saling menyimpan rasa suka. Hanya saja, mereka malu untuk mengakuinya," timpal Andrew."Aku rasa yang paling banyak tau, rahasaia keduanya hanya, Sam. Dia yang selalu ada di samping mereka, terutama Fabio. Iya kan, Sam?" ucap Christian."Aku tidak ikutan urusan mereka," sahut Sam cepat."Kami tidak percaya," sambung ke t
"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri
Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka
"Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien."Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur."Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten."Kembali ke rencana semula," jawab Leo."Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten."Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me
"Apa kau masih marah padaku?" tanya Andien.Leo memejamkan matanya, sembari mengepalkan tangannya. Ia masih marah dengan kejadian kemarin. Ia berniat menikahi Andien, untuk mendapatkan keuntungan dan balas dendam pada garis keturunan Antonio.Leo hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelahnya, ia akan menyiksa Andien dan menjadikannya tahanan untuk menekan Fabio dan saudara-saudaranya. Tapi, sekarang apa? Ia hanya mendapat barang sisa yang telah terpakai oleh musuhnya. Kini, semuanya sia-sia. Rencana yang telah di susun Leo dengan matang, harus hancur setelah ia mendapatkannya."Lee, aku minta maaf. Aku tau, aku bersalah padamu. Tidak seharusnya, aku merahasiakan ini padamu," sesal Andien."Jika, aku memaafkanmu. Apa kau bersedia ikut bersamaku, kemanapun aku pergi dan melupakan semua masa lalumu bersama Fabio?" potong Leo.Andien terdiam mendengarkan ucapan Leo."Jika kau memaafkan aku, aku berjanji. Aku akan menjadi istri yang te
Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan
Di villa Leo, semua orang sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Leo dan Andien. Andien telah berusaha untuk menolak. Tapi, keegoisan Nyonya Dience mengalahkan semuanya. Andien tidam bisa melawan. Ia hanya bisa menuruti kemauan Mamanya.Kebahagian terpancar jelas di wajah Leo, senyum selalu terkembang di wajahnya. Saking bahagianya, ia lupa dengan tujuan utamanya. Hingga sang asisten yang mengingatkannya, tujuannya.Sedangkan di kediamannya, Fabio masih uring-uringan. Sampai saat ini, ia masih belum bisa menemukan di mana tempat persembunyian Leo. Mereka telah mengerahkan seluruh anal buahnya, tapi tidak ada satupun yang berhasip menemukannya. Fabio hmapir fruztasi. Di tengah keputus asaannya. Akhirnya ia mendapat kabar, kalau salah satu anak buahnya melapor. Jika, ia berhasil membuntuti salah satu anak buah Leo dan mengikutinya hingga ke markasnya.Mereka pun segera bergerak kelokasi yang telah di katakan anak buahnya. Fabio dan yang lainnya, tiba di
Fabio memegangi pipinya. Bekas tamparan tangan Dience masih bisa ia rasakan, bahkan rasa kebencian Dience padanya juga masih sama seperti saat pertama kali Fabio bertemu dengannya."Kau tidak apa-apa, kan Fab?" tanya Andrew."Jangan hiraukan aku! Sekarang fikirkan, bagaimana nasib Sweety?" sahut Fabio."Fabio benar, kita harus memikirkan cara untuk membawa Sweety kembali ke rumah ini," sela Samuel."Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Christian."Kita datangi kediaman nyonya Dience dan kita jemput Sweety dari sana," sahut Fabio."Tapi Fab, kau tau sendiri wanita itu tidak menyukai kita. Terutama kau," ucap Lucas."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Fabio."Kau tetap disini, biarkan aku dan si kembar yang menjemput Sweety," ucap Lucas."Baiklah, terserah padamu." Fabio beranjak dan masuk ke kamarnya.****Sementara apartemen Dience, wanita itu sedang berusaha untuk membujuk Andien agar mau meni
Fabio meninggalkan kamar Andien dengan perasaan marah. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan dari Dience. Jika, Dience bukanlah orang yang melahirkan Andien. Mungkin, saat itu juga Fabio akan memberinya pelajaran.Dience tidak hanya menghina dirinya, tapi juga saudaranya yang lain. Memang semua yang dikatakan Dience adalah benar. Tapi, setidaknya Dience seharusnya berterima kasih pada mereka berlima yang telah menjaga putri dan semua milik mendiang mantan suaminya.Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Fabio dan saudaranya untuk berbuat curang, karena ingin menguasai semuanya. Fabio juga tahu, sejak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Dience adalah orang yang secara terang-terangan menolak kehadiran Fabio.Fabio juga mengingat bagaimana, Dience menggunakan segala cara untuk mengusir Fabio dari rumah itu. Kepercayaan yang dimiliki Antonio pada Fabio, yang membuatnya bertahan dan menjadi orang kepercayaa hingga kini."Aku akan buktikan padany