Beberapa bulan telah berlalu, Andien dan Fabio merencanakan untuk segera menikah. Berita itu pun tersiar ke seluruh penjuru negeri. Keduanya sedang membuat persiapan. Fabio juga menjemput kedua orang tua dan adik-adiknya. Andien sendiri, sibuk mempersiapkan semuanya di bantu dengan keempat saudaranya yang lain. Sam, Lucas, Andrew, dan Christian juga di minta oleh Andien untuk segera pulang.
Mereka tidak bissa menolak keinginan seorang Andien, yang seperti perintah ratu bagi mereka.
"Aku tidak menyangka, akhirnya mereka berdua bisa bersama," celetuk Lucas."Tidak usah di tebak lagi, aku sudah mengira sedari awal keduanya memang saling menyimpan rasa suka. Hanya saja, mereka malu untuk mengakuinya," timpal Andrew.
"Aku rasa yang paling banyak tau, rahasaia keduanya hanya, Sam. Dia yang selalu ada di samping mereka, terutama Fabio. Iya kan, Sam?" ucap Christian.
"Aku tidak ikutan urusan mereka," sahut Sam cepat.
"Kami tidak percaya," sambung ke t
Beberapa waktu berlalu, hari pernikahan Fabio dan Andien semakin dekat. Semua persiapan hampir selesai, keduanya sibuk mencoba gaun pengantin. Keempat saudaranya bertugas menyebar undangan."Bagaimana?" tanya Andien saat mencoba salah satu gaun."Cantik. Tapi, aku lebih suka yang ini." tunjuk Fabio pada satu gaun yang telihat indah dan elegan."Baiklah, aku akan coba pakai yang itu," ucap Andien.Andien pun kembali masuk dan mencoba gaun yang di pilih oleh Fabio. Setelah beberapa waktu berlalu, Andien pun keluar."Bagaimana?" tanya Andien lagi."Sempurna!" puji Fabio."Benarkah?"Fabio berdiri dan menghampiri Andien."Kamu terlihat semakin cantik, apa lagi, saat nanti aku melepasnya dan kamu mengerang di bawahku. Kamu akan terlihat semakin cantik dan sexy," bisik Fabio sembari mengecup pundak Andien."Aku akan ambil yang ini," ucap Andien, kemudian berlari masuk.Fabio tersenyum puas, setelah menggoda kekasihnya. S
Di apartemennya, Siera sedang menahan tangis. Pasalnya, bukan kemauannya menghubungi atau meminta bantuan Fabio. Melainkan di bawah tekanan dan paksaan dari Leo. Dengan mengancam keselamatan mamanya, Leo memaksa Siera untuk melakukan semua yang ia perintahkan."Apa kau tidak bisa sedikit meyakinkannya?" tanya Leo dengan nada tinggi."Kau juga dengar sendiri kan? Dia menolak, dia tidak menginginkan aku," sahut Siera tidak kalah tinggi."Seharusnya kau memaksanya, atau kau boleh mengancamnya. Dengan mengatakan, kau akan mengatakan di depan publik, jika saat ini kau sedang mengandung anak dari seorang Fabio," kata Leo dengan nada geram."Tapi, aku tidak bisa. Aku tidak bisa berbohong, aku ingin mengakhiri semua ini, Leo," isak Siera."Kau bisa mengakhirinya, dengan kata lain. Kau juga mengakhiri kehidupan mamamu," ancam Leo.Siera menatap Leo dengan mata berkaca."Lepaskan mamaku, Leo. Aku mohon padamu." Siera duduk bersimpuh didepan Leo d
Fabio masih sibuk, mengurus kepulangan Siera dari rumah sakit. Fabio telah menganggap Siera sudah seperti saudara baginya. Fabio juga merasa kasihan, karena di negara ini, Siera tidak mengenal siapapun selain dirinya."Kau memerlukan sesuatu?" tanya Fabio."Tidak terima kasih," ucap Siera.Fabio membereskan perlengkapan makan Siera dan menyusunnya kembali."Fab, pulanglah. Aku tidak apa-apa," cetus Siera."Kau mengusirku?" tanya Fabio bercanda.Siera tertawa. "Aku bukan mengusirmu, tapi kau masih punya tanggung jawab yang menunggumu dirumah."Fabio menarik nafas panjang."Aku dan Andien memutuskan untuk menunda pernikahan," sahut Fabio.Siera bangkit dari tidurnya, karena terkejut."Apa! Tapi mengapa, apa ini semua ini karena aku?" tanya Siera."Bukan, semua ini tidak ada hubungannya denganmu. Memang sepertinya, semuanya begitu mendadak dan belum ada persiapan sama sekali," jawab Fabio berkelit.Siera pu
"Selamat pagi, semuanya," sapa Andien."Selamat pagi, Sweety," sahut Samuel, Lucas, Christian, dan Andrew bersamaan."Tidurmu nyenyak, Sweety?" tanya Lucas."Aku sedikit pusing, Luc." sahut Andien memegang kepalanya."Apa kau tidur terlambat, tadi malam?" sambung Andrew."Tidak, setelah selesai mandi. Aku langsung mandi dan tidur," jelas Andien."Apa aku perlu mengantarkanmu ke Dokter, Sweety?" tawar Samuel."Tidak perlu, Sam. Aku baik-baik saja," jawab Andien.Mereka pun kembali bercanda, sesekali terdengar tawa mereka saat salah satunya di jadikan bahan candaan. Fabio keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Suasana yang semula riuh dengan tawa, tiba-tiba senyap. Saat Fabio duduk diantara mereka."Aku sudah selesai," ucap Andien."Tunggu, Sweety. Aku ingin bicara padamu," ucapa Fabio.Andien menghentikan langkahnya. Keempat saudara yang lain pun, serentak meninggalkan ruang makan. Tapi, dengan cepat, And
Perang dingin masih terjadi diantara Andien dan Fabio. Mereka saling diam, jika sedang berada di satu ruangan yang sama. Saat ini di ruang makan, keadaan sunyi senyap. Tidak seperti biasanya, jika mereka sedang berada di sana. Suasana akan ramai dengan canda tawa."Sweety, aku hari ini ada pertemuan di luar kota. Apa kau mau ikut?" tawar Lucas. Ia tahu, saat ini Andien memerlukan liburan untuk menjernihkan pikiran."Tidak mau!" tolak Andien."Kenapa?""Sampai di sana, aku ditinggal sendiri," gerutu Andien.Andrew menahan tawanya. Saat suasa kembali cair, tiba-tiba ponsel milik Fabio berdering."Ada apa?" ucap Fabio."Fab, perutku mulas. Sepertinya aku akan segera melahirkan," sahut suara dari seberang. Sudah dapat di tebak, siapa pemilik suara. Andien melanjutkan makannya, seolah tidak terpengaruh. Walau sejujurnya, ia sangat kesal dengan sikap Fabio. Bukannya berusaha memperbaiki, dia malah terus saja membuat Andien kesal."Aku ak
Fabio masih memikirkan ucapan Andien. Ia merasa bersalah pada Andien, ia juga akan merasa berdosa, jika menelantarkan putrinya. Tapi, ia juga masih memikirkan cara untuk segera melakukan tes."Aku akan segera meminta Dokter untuk melakukan tes, itu secepatnya," batin Fabio.Ia pun segera bergegas ke rumah sakit, untuk menjemput Siera. Wanita itu sudah di perbolehkan untuk pulang. Saat keluar dari kamarnya, ia berpas-pasan dengan Andien. Gadis itu tersenyum padanya, seperti biasa."Kau mau keluar?" tanya Andien."Ya, aku akan menjemput Siera. Dia sudah di perbolehkan pulang," jawab Fabio."Benarkah?""Apa kau berencana mau ikut?" tanya Fabio."Ya, kalau kau mengijinkan,""Tentu saja,""Tapi, aku ada kuliah hingga sore,""Jadi?""Lain kali saja, mungkin aku akan mengunjunginya nanti,""Baiklah,""Kalau begitu, aku duluan. Leo sudah menjemputku." Andien melangkah menuju tangga, di ikuti Fabio."Pa
Fabio murka saat tahu, jika Andien dan Leo telah menjadi sepasang kekasih. Ia tidak terima dengan semua yang Andien lakukan. Fabio pun pergi ke Club, sepulang dari kantor. Seseorang membawanya pulang dalam keadaan mabuk. Dalam racaunya, ia terus saya menuding Andien, yang bersalah."Kau jahat, Sweety," racau Fabio.Samuel, Andrew dan Christian beserta Lucas menatap Fabio dengan tatapan kasihan."Untuk itulah, saat ini aku tidak mau terikat dengan gadis manapun," cecar Samuel."Aku juga, aku tidak mau kalau nasibku seperti ini," sahut Andrew."Nasib orang itu berbeda, mungkin yang saat ini kita lihat. Fabio seperti ini, coba kita lihar dari sisi berlawanan," sindir Lucas.Semua kembali terdiam. Apa yang Lucas katakan ada benarnya. Jika saat ini, Fabio seperti ini. Mungkin saja, itu adalah akibat dari kesalahannya. Samuel juga berpikir, mengapa saat Andien tahu semua kebenaran tentang Fabio. Ia tidak terlihat seperti Fabio saat ini. Apa wanita sekuat Andi
"Selamat pagi!" sapa Andien."Pagi, Sweety," sahut Lucas."Ayo duduk!" ajak Andrew."Kau kemana saja tadi malam, Sweety?" tanya Samuel."Aku berkunjung ke rumah Leo," sahut Andien.Semuanya sontak terkejut mendengar jawaba Andien. Termasuk Fabio, yang saat itu baru saja tiba di ruang makan."Kau, berkunjung ke rumahnya?" tanya Samuel mencoba meyakinkan.Andien mengangguk.Mereka saling melemparkan pandangan."Ayo, Fab kita sarapan bersama. Sudah lama kan kita tidak berkumpul seperti ini," sindir Lucas.Andien menoleh dan melemparkan senyum pada Fabio."Selamat pagi, Fab," tegur Andien.Fabio hanya menjawab dengan anggukkan kepala. Mereka pun kembali melanjutkan makan dan sesekali terdengar tawa canda mereka. Di saat semuanya larut dalam tawa, hanya Fabio yang terlihat murung. Ia sesekali melirik ke arah Andien. Fabio mengamatin Andien dengan seksama. Senyum di wajahnya telah kembali seperti dulu. I