"Selamat pagi!" sapa Andien.
"Pagi, Sweety," sahut Lucas.
"Ayo duduk!" ajak Andrew.
"Kau kemana saja tadi malam, Sweety?" tanya Samuel.
"Aku berkunjung ke rumah Leo," sahut Andien.
Semuanya sontak terkejut mendengar jawaba Andien. Termasuk Fabio, yang saat itu baru saja tiba di ruang makan.
"Kau, berkunjung ke rumahnya?" tanya Samuel mencoba meyakinkan.
Andien mengangguk.
Mereka saling melemparkan pandangan.
"Ayo, Fab kita sarapan bersama. Sudah lama kan kita tidak berkumpul seperti ini," sindir Lucas.Andien menoleh dan melemparkan senyum pada Fabio.
"Selamat pagi, Fab," tegur Andien.Fabio hanya menjawab dengan anggukkan kepala. Mereka pun kembali melanjutkan makan dan sesekali terdengar tawa canda mereka. Di saat semuanya larut dalam tawa, hanya Fabio yang terlihat murung. Ia sesekali melirik ke arah Andien. Fabio mengamatin Andien dengan seksama. Senyum di wajahnya telah kembali seperti dulu. I
Leo menyiapkan kejutan untuk Andien. Saat ini ia telah berada di kediamannya dan mempersiapkan semuanya."Untuk apa semua ini, Leo?" tanya Mark."Untuk apa lagi? Tentu saja, untuk melamar wanitaku," sahut Leo."Apa maksudmu?" tanya Mark lagi."Aku akan melamarnya. Membuktikan keseriusanku padanya," timpal Leo."Tapi, bukannya Kau tidak pernah mencintainya?" Mark semakin penasaran."Siapa bilang aku tidak mencintainya? Aku sangat mencintainya. Untuk itulah, aku melamarnya dan menjadikannya ratu di kastil ini," papar Leo."Tapi, bagaimana dengan rencana Kita?""Itu akan tetap berjalan. Aku hanya ingin meyakinkan kepada seluruh anak pungut itu. Kalau Aku sangat serius dengan adik kesayangan mereka," ungkap Leo."Aku mengerti. Aku harap, Kau jangan terlalu jauh bermain dengan perasaanmu, Leo!" seru Mark memperingatkan."Aku tau," sahut Leo. Pemuda itu kembali melanjutkan menyusun lilin yang diletakan di tengab bun
gan Fabio bergetae saat menerima selembar kertas dari Dokter. Samuel heran saat melihat reaksi Fabio."Ada apa, Fab?" tanya Samuel.Fabio menoleh dan memberikan kertas di tangannya kepada Samuel. Samuel pun membacanya dam seketika menaikkan kedua alisnya. Ia kembali menatap ke arah Fabio yang telah duduk sambil menangkup wajahnya."Apa yang harus aku lakukan, Sam?" gumam Fabio."Apa Kau tidak yakin dengan ini?" tanya Samuel."Tentu saja! Kau tau bagaimana Aku kan?" hardik Fabio.Mendengar suara tinggi Fabio. Membuat orang sekitar memperhatikan mereka. Samue yang mengetahui situasi pun langsung mengajak Fabio untuk pulang dan berbicara di rumah."Kita pulang dan Kita cari solusinya." Samuel berdiri dan diikuti oleh Fabio.Fabio hanya diam tanpa bicara selama dalam perjalanan pulang. Ia kembali mengingat janjinya pada Andien. Ia pun benar-benar yakin. Andien pasti akan kecewa padanya.****"Jadi, Kau menolakku lagi?" tanya Leo.
Fabio telah melakukan tes berulang kali. Hanya untuk meyakinkan Andien kalau bayi Siera bukanlah anaknya. Namun, entah mengapa hasilnya selalu saja sama. Fabio hampir putus asa dan menyerah dengan keadaan. Ketiga saudaranya menyemangatinya. Hanya Lucas yang terlihat enggan berpihak padanya. Lucas lebih memilih bersikap diam. Namun, dalam diam dia mencoba caritahu apa yang terjadi.Lucas menyelidiki Siera tanpa sepengetahuan Fabio. Lucas beranggapan jika Siera menyembunyikan sesuatu. Saat mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Lucas merupakan seorang yang pandai membaca ekspresi wajah seseorang. Untuk itulah ia mengajak Siera bertemu dan disaat itulah ia mulai menanyakan tentang masalahnya dan Fabio.Sementara Andien yang mulai fruztasi dengan keadaan. Memilih bungkam dan tidak mau bertemu serta berbicara pada Fabio. Samuel pun memperingatkan Fabio agar jangan memaksa Andien untuk bicara dulu."Lebih baik, Kau mencari bukti terlebih dahulu saat ini," usul Samuel.
Siera mencoba menghubungi Fabio. Sejak beberapa minggu terakhir ini, pria itu tidak pernah lagi mengunjunginya. Setelah mencoba menemuinya di kantor beberapa kali dan selalu gagal. Akhirnya, Siera pun memutuskan untuk menemuinya di kediamannya.Siera pun dipersilahkan masuk kemudian pelayan itu segera memanggil tuannya. Tidak lama kemudian, seseorang terlihat keluar dan duduk menemani Siera. Perasaan canggung pun merayapinya. Lucas duduk dan tersenyum pada Siera."Hay, Nona Siera. Kita bertemu lagi," sapa Lucas.Siera hanya tersenyum dipaksakan. Entah mengapa Siera selalu merasa tidak nyaman saat Lucas menatapnya? Siera berusaha untuk menghindar dari tatapan mata Lucas yang terlihat sangat mengintimidasi."Bagaimana kabar putrimu? Apa dia baik?" tanya Lucas."Baik, dia baik-baik saja," jawab Siera menunduk tanpa mau menatap wajah Lucas.Lucas hanya tersenyum melihat ekspresi Siera. Tidak lama kemudian, Andrew da Christian datang dan terkejut melih
"Honey, bagaimana kalau kita menikah?" tanya Leo saat keduanya sedang menikmati udara pagi hari di villa milik Leo."Kamu bercanda?" tanya Andien tertawa. Sejujurnya, ia belum memikirkan untuk ke arah san. Andien hanya ingin menjalani hubungan dengan seseorang yang membuatnya nyaman. Dulu Fabio yang selalu membuatnya nyaman. Namun, sejak kejadian itu. Andien mulai tidak yakin dengan semua hubungan baru, termasuk hubungannya dengan Leo."Aku tidak bercanda, Honey. aku ingin secepatnya menjadikan kamu ratu di hati dan di istanaku." Leo meraih tangan Andien dan mengecupnya. Andien terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa? Saat ini hatinya masih saja bimbang dan ragu dengan semuanyang ia lakukan. Ia masih mengharap keajaiban terjadi dan membuatnya bisa kembali pada Fabio."Aku tau, kau sepenuhnya belum bisa melupakan pria yang kau cintai. Tapi, aku yakin dengan semua yang kulakukan untukmu aku akan membuatmu berpaling dariku dan perlahan mulai menerimaku," ungkap L
"Kapan kalian kembali?" sambut Andien saat tahu, Samuel dan Fabio telah kembali."Kemarin malam," sahut Samuel."Apa ada oleh-oleh untukku?" pinta Andien."Dariku? Tidak ada!" seru Samuel.Andien menekuk wajah kesalnya."Tapi, Fabio ada sesuatu untukmu," lanjut Samuel."Benarkah?" Andien menoleh ke arah Fabio.Tidak lama kemudian, Fabio mengeluarkan seekor anak anjing dari belakang tubuhnya."Lucu sekali!" seru Andien yang langsung menghampiri Fabio."Kamu suka?" tanya Fabio.Andien hanya menganggukkan kepalanya."Namanya Leo," sela Samuel.Andien menautkan kedua alisnya. "Apa maksudmu?""Bukan aku yang memberikannya nama. Tapi, nama itu diberikannya padanya oleh pemilik toko tempat kami membeli," jelas Samuel."Tidak! Aku akan mengubah namanya!" seru Andien tidak terima, jika anak anjing ini diberi nama Leo."Lalu kau akan memberinya nama apa?" tanya Samuel."Aku akan mem
"Kau kemana saja, Honey? Beberapa hari ini aku mencarimu," tanya Leo lembut."Maafkan aku, aku dan kelima saudaraku pergi berlibur dan aku lupa memberitahumu," ucap Andien."Kau tidak mengajakku? Kau jahat sekali," rajuk Leo."Maafkan aku, aku hanya tidak mengira jika mereka merencanakan ini semua. Semuanya seba tiba-tiba," pujuk Andien."Baiklah, aku memafkanmu," ucap Leo tersenyum."Kau bilang tadi saat di telepon, ada kejutan untukku," cetus Andien."Ah ya, aku hampir lupa!" sahut Leo. Leo pun memberi kode pada anak buahnya untuk membawa kejutan itu keluar."Suprise!" seru Leo.Andien terkejut saat melihat kejutan yang dikatakan Leo."Mama!" gumam Andien pelan."Ya, Sayang! Ini, Mama." Dience mendekati putrinya. Putri yang pernah ditinggalkannya bersama mantan suaminya demi mengejar karir dan ambisinya.Andien masih terpaku, saat Dience memeluknya. Ada rasa asing saat Andien dalam pelukannya. Tidak a
Andien kurang menikmati makan bersama Mama dan Leo. Keduanya terlihat asyik membicarakan sesuatu hal yang sama sekali Andien tidak pahami. Setelah selesai, Leo meminta anak buahnya untuk mengantarkan Dience kembali ke apartemennya. Kemudian, Leo sendiri membawa Andien kembali ke kediamannya."Aku akan menjemputmu untuk makan malam!" seru Leo."Maaf ... malam ini aku tidak bisa ikut denganmu," ucap Andien."Mengapa?" tanya Leo heran."Tadi pagi, aku telah berjanji dengan kelima saudaraku, kalau malam ini kami akan makan malam bersama," ungkap Andien."Apa? Tapi, kan kau bisa membatalkannya dan makan bersamaku dan mamamu!" hardik Leo."Maaf! Kalau untuk membatalkanya, aku tidak bisa!" tolak Andien."Tapi, momen langkah kamu dan mama kamu, Honey," ucap Leo setengah memaksa."Aku tau. Tapi, aku tidak bisa membatalkan janji bersama mereka," putus Andien."Kalian bisa setiap saat makan bersama, sebab kalian setiap hari bertemu,"