gan Fabio bergetae saat menerima selembar kertas dari Dokter. Samuel heran saat melihat reaksi Fabio.
"Ada apa, Fab?" tanya Samuel.Fabio menoleh dan memberikan kertas di tangannya kepada Samuel. Samuel pun membacanya dam seketika menaikkan kedua alisnya. Ia kembali menatap ke arah Fabio yang telah duduk sambil menangkup wajahnya.
"Apa yang harus aku lakukan, Sam?" gumam Fabio.
"Apa Kau tidak yakin dengan ini?" tanya Samuel.
"Tentu saja! Kau tau bagaimana Aku kan?" hardik Fabio.
Mendengar suara tinggi Fabio. Membuat orang sekitar memperhatikan mereka. Samue yang mengetahui situasi pun langsung mengajak Fabio untuk pulang dan berbicara di rumah.
"Kita pulang dan Kita cari solusinya." Samuel berdiri dan diikuti oleh Fabio.Fabio hanya diam tanpa bicara selama dalam perjalanan pulang. Ia kembali mengingat janjinya pada Andien. Ia pun benar-benar yakin. Andien pasti akan kecewa padanya.
****
"Jadi, Kau menolakku lagi?" tanya Leo.
Fabio telah melakukan tes berulang kali. Hanya untuk meyakinkan Andien kalau bayi Siera bukanlah anaknya. Namun, entah mengapa hasilnya selalu saja sama. Fabio hampir putus asa dan menyerah dengan keadaan. Ketiga saudaranya menyemangatinya. Hanya Lucas yang terlihat enggan berpihak padanya. Lucas lebih memilih bersikap diam. Namun, dalam diam dia mencoba caritahu apa yang terjadi.Lucas menyelidiki Siera tanpa sepengetahuan Fabio. Lucas beranggapan jika Siera menyembunyikan sesuatu. Saat mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Lucas merupakan seorang yang pandai membaca ekspresi wajah seseorang. Untuk itulah ia mengajak Siera bertemu dan disaat itulah ia mulai menanyakan tentang masalahnya dan Fabio.Sementara Andien yang mulai fruztasi dengan keadaan. Memilih bungkam dan tidak mau bertemu serta berbicara pada Fabio. Samuel pun memperingatkan Fabio agar jangan memaksa Andien untuk bicara dulu."Lebih baik, Kau mencari bukti terlebih dahulu saat ini," usul Samuel.
Siera mencoba menghubungi Fabio. Sejak beberapa minggu terakhir ini, pria itu tidak pernah lagi mengunjunginya. Setelah mencoba menemuinya di kantor beberapa kali dan selalu gagal. Akhirnya, Siera pun memutuskan untuk menemuinya di kediamannya.Siera pun dipersilahkan masuk kemudian pelayan itu segera memanggil tuannya. Tidak lama kemudian, seseorang terlihat keluar dan duduk menemani Siera. Perasaan canggung pun merayapinya. Lucas duduk dan tersenyum pada Siera."Hay, Nona Siera. Kita bertemu lagi," sapa Lucas.Siera hanya tersenyum dipaksakan. Entah mengapa Siera selalu merasa tidak nyaman saat Lucas menatapnya? Siera berusaha untuk menghindar dari tatapan mata Lucas yang terlihat sangat mengintimidasi."Bagaimana kabar putrimu? Apa dia baik?" tanya Lucas."Baik, dia baik-baik saja," jawab Siera menunduk tanpa mau menatap wajah Lucas.Lucas hanya tersenyum melihat ekspresi Siera. Tidak lama kemudian, Andrew da Christian datang dan terkejut melih
"Honey, bagaimana kalau kita menikah?" tanya Leo saat keduanya sedang menikmati udara pagi hari di villa milik Leo."Kamu bercanda?" tanya Andien tertawa. Sejujurnya, ia belum memikirkan untuk ke arah san. Andien hanya ingin menjalani hubungan dengan seseorang yang membuatnya nyaman. Dulu Fabio yang selalu membuatnya nyaman. Namun, sejak kejadian itu. Andien mulai tidak yakin dengan semua hubungan baru, termasuk hubungannya dengan Leo."Aku tidak bercanda, Honey. aku ingin secepatnya menjadikan kamu ratu di hati dan di istanaku." Leo meraih tangan Andien dan mengecupnya. Andien terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa? Saat ini hatinya masih saja bimbang dan ragu dengan semuanyang ia lakukan. Ia masih mengharap keajaiban terjadi dan membuatnya bisa kembali pada Fabio."Aku tau, kau sepenuhnya belum bisa melupakan pria yang kau cintai. Tapi, aku yakin dengan semua yang kulakukan untukmu aku akan membuatmu berpaling dariku dan perlahan mulai menerimaku," ungkap L
"Kapan kalian kembali?" sambut Andien saat tahu, Samuel dan Fabio telah kembali."Kemarin malam," sahut Samuel."Apa ada oleh-oleh untukku?" pinta Andien."Dariku? Tidak ada!" seru Samuel.Andien menekuk wajah kesalnya."Tapi, Fabio ada sesuatu untukmu," lanjut Samuel."Benarkah?" Andien menoleh ke arah Fabio.Tidak lama kemudian, Fabio mengeluarkan seekor anak anjing dari belakang tubuhnya."Lucu sekali!" seru Andien yang langsung menghampiri Fabio."Kamu suka?" tanya Fabio.Andien hanya menganggukkan kepalanya."Namanya Leo," sela Samuel.Andien menautkan kedua alisnya. "Apa maksudmu?""Bukan aku yang memberikannya nama. Tapi, nama itu diberikannya padanya oleh pemilik toko tempat kami membeli," jelas Samuel."Tidak! Aku akan mengubah namanya!" seru Andien tidak terima, jika anak anjing ini diberi nama Leo."Lalu kau akan memberinya nama apa?" tanya Samuel."Aku akan mem
"Kau kemana saja, Honey? Beberapa hari ini aku mencarimu," tanya Leo lembut."Maafkan aku, aku dan kelima saudaraku pergi berlibur dan aku lupa memberitahumu," ucap Andien."Kau tidak mengajakku? Kau jahat sekali," rajuk Leo."Maafkan aku, aku hanya tidak mengira jika mereka merencanakan ini semua. Semuanya seba tiba-tiba," pujuk Andien."Baiklah, aku memafkanmu," ucap Leo tersenyum."Kau bilang tadi saat di telepon, ada kejutan untukku," cetus Andien."Ah ya, aku hampir lupa!" sahut Leo. Leo pun memberi kode pada anak buahnya untuk membawa kejutan itu keluar."Suprise!" seru Leo.Andien terkejut saat melihat kejutan yang dikatakan Leo."Mama!" gumam Andien pelan."Ya, Sayang! Ini, Mama." Dience mendekati putrinya. Putri yang pernah ditinggalkannya bersama mantan suaminya demi mengejar karir dan ambisinya.Andien masih terpaku, saat Dience memeluknya. Ada rasa asing saat Andien dalam pelukannya. Tidak a
Andien kurang menikmati makan bersama Mama dan Leo. Keduanya terlihat asyik membicarakan sesuatu hal yang sama sekali Andien tidak pahami. Setelah selesai, Leo meminta anak buahnya untuk mengantarkan Dience kembali ke apartemennya. Kemudian, Leo sendiri membawa Andien kembali ke kediamannya."Aku akan menjemputmu untuk makan malam!" seru Leo."Maaf ... malam ini aku tidak bisa ikut denganmu," ucap Andien."Mengapa?" tanya Leo heran."Tadi pagi, aku telah berjanji dengan kelima saudaraku, kalau malam ini kami akan makan malam bersama," ungkap Andien."Apa? Tapi, kan kau bisa membatalkannya dan makan bersamaku dan mamamu!" hardik Leo."Maaf! Kalau untuk membatalkanya, aku tidak bisa!" tolak Andien."Tapi, momen langkah kamu dan mama kamu, Honey," ucap Leo setengah memaksa."Aku tau. Tapi, aku tidak bisa membatalkan janji bersama mereka," putus Andien."Kalian bisa setiap saat makan bersama, sebab kalian setiap hari bertemu,"
"Tidak, Ma! Aku tidak mau menikah!" seru Andien, menolak usulan Mamanya untuk menikah dengan Leo."Mengapa, Ndien? Bukankah, kalian sudah menjalin hubungan yang serius?" ucap Dience."Ma, aku dan Leo memang mejalin hubungan. Tapi, bukan bearti aku akan menikah dengannya, Ma!" hardik Andien."Lalu apa masalahnya, Andien?" ucap Dience."Ma, aku belum siap untuk berumah tangga," tegas Andien.Dience terkejut mendengar keputusan Andien. Ia pun mulai melemah dan berusaha membujuknya, agar Andien mau mengatakan alasan penolakannya."Pokoknya, aku belum siap untuk menikah, titik." tegas Andien dan meninggalkan Dience di kamarnya.Dience terkejut melihat sikap tegas Andien. Ia tidak menyangka, jika sikap tegas Antonio menurun pada putrinya.****Mark, mulai panik. Ia sangat ketakutan, jika ia menjadi salah satu yang di curigai. Diam-diam, Mark menemui Leo di tempat biasa mereka bertemu."Ada hal apa, Mark? Mengapa kau ingin
Fabio tersadar, saat mendengar tawa bayi yang tidak jauh darinya. Perlahan tapi pasti, Fabio membuka matanya. Sebuah senyum menyejukkan mata. Fabio membalas senyum Charlote."Kau sudah bangun?" tanya Siera membawa nampan berisi sarapan dan meletakkannya di dekat Fabio."Pukul berapa sekarang?" tanya Fabio."Pukul tujuh pagi," sahut Siera."Apa?" Fabio bergegas memakai jas dan merapikan penampilannya."Kau mau ke mana?" tanya Siera saat melihat Fabio beranjak dan bergegas akan pergi."Aku akan pulang!" seru Fabio."Tapi, mengapa?" protes Siera."Tapi, mengapa apa maksudmu?" Fabio menatap Siera heran."Mengapa kau harus pulang? Bukankah, ini juga rumahmu, sedangkan aku dan Charlote adalah keluargamu?" ucap Siera."Tidak! Ini bukan rumahku dan kau, juga bukan keluargaku," tegas Fabio."Kenapa, Fab. Kenapa?" pekik Siera. Ia telah tidak tahan dengan keadaan ini. Siera benar-benar lelah dan ingin menyerah dengan ke
"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri
Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka
"Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien."Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur."Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten."Kembali ke rencana semula," jawab Leo."Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten."Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me
"Apa kau masih marah padaku?" tanya Andien.Leo memejamkan matanya, sembari mengepalkan tangannya. Ia masih marah dengan kejadian kemarin. Ia berniat menikahi Andien, untuk mendapatkan keuntungan dan balas dendam pada garis keturunan Antonio.Leo hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelahnya, ia akan menyiksa Andien dan menjadikannya tahanan untuk menekan Fabio dan saudara-saudaranya. Tapi, sekarang apa? Ia hanya mendapat barang sisa yang telah terpakai oleh musuhnya. Kini, semuanya sia-sia. Rencana yang telah di susun Leo dengan matang, harus hancur setelah ia mendapatkannya."Lee, aku minta maaf. Aku tau, aku bersalah padamu. Tidak seharusnya, aku merahasiakan ini padamu," sesal Andien."Jika, aku memaafkanmu. Apa kau bersedia ikut bersamaku, kemanapun aku pergi dan melupakan semua masa lalumu bersama Fabio?" potong Leo.Andien terdiam mendengarkan ucapan Leo."Jika kau memaafkan aku, aku berjanji. Aku akan menjadi istri yang te
Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan
Di villa Leo, semua orang sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Leo dan Andien. Andien telah berusaha untuk menolak. Tapi, keegoisan Nyonya Dience mengalahkan semuanya. Andien tidam bisa melawan. Ia hanya bisa menuruti kemauan Mamanya.Kebahagian terpancar jelas di wajah Leo, senyum selalu terkembang di wajahnya. Saking bahagianya, ia lupa dengan tujuan utamanya. Hingga sang asisten yang mengingatkannya, tujuannya.Sedangkan di kediamannya, Fabio masih uring-uringan. Sampai saat ini, ia masih belum bisa menemukan di mana tempat persembunyian Leo. Mereka telah mengerahkan seluruh anal buahnya, tapi tidak ada satupun yang berhasip menemukannya. Fabio hmapir fruztasi. Di tengah keputus asaannya. Akhirnya ia mendapat kabar, kalau salah satu anak buahnya melapor. Jika, ia berhasil membuntuti salah satu anak buah Leo dan mengikutinya hingga ke markasnya.Mereka pun segera bergerak kelokasi yang telah di katakan anak buahnya. Fabio dan yang lainnya, tiba di
Fabio memegangi pipinya. Bekas tamparan tangan Dience masih bisa ia rasakan, bahkan rasa kebencian Dience padanya juga masih sama seperti saat pertama kali Fabio bertemu dengannya."Kau tidak apa-apa, kan Fab?" tanya Andrew."Jangan hiraukan aku! Sekarang fikirkan, bagaimana nasib Sweety?" sahut Fabio."Fabio benar, kita harus memikirkan cara untuk membawa Sweety kembali ke rumah ini," sela Samuel."Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Christian."Kita datangi kediaman nyonya Dience dan kita jemput Sweety dari sana," sahut Fabio."Tapi Fab, kau tau sendiri wanita itu tidak menyukai kita. Terutama kau," ucap Lucas."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Fabio."Kau tetap disini, biarkan aku dan si kembar yang menjemput Sweety," ucap Lucas."Baiklah, terserah padamu." Fabio beranjak dan masuk ke kamarnya.****Sementara apartemen Dience, wanita itu sedang berusaha untuk membujuk Andien agar mau meni
Fabio meninggalkan kamar Andien dengan perasaan marah. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan dari Dience. Jika, Dience bukanlah orang yang melahirkan Andien. Mungkin, saat itu juga Fabio akan memberinya pelajaran.Dience tidak hanya menghina dirinya, tapi juga saudaranya yang lain. Memang semua yang dikatakan Dience adalah benar. Tapi, setidaknya Dience seharusnya berterima kasih pada mereka berlima yang telah menjaga putri dan semua milik mendiang mantan suaminya.Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Fabio dan saudaranya untuk berbuat curang, karena ingin menguasai semuanya. Fabio juga tahu, sejak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Dience adalah orang yang secara terang-terangan menolak kehadiran Fabio.Fabio juga mengingat bagaimana, Dience menggunakan segala cara untuk mengusir Fabio dari rumah itu. Kepercayaan yang dimiliki Antonio pada Fabio, yang membuatnya bertahan dan menjadi orang kepercayaa hingga kini."Aku akan buktikan padany