Fabio tersadar, saat mendengar tawa bayi yang tidak jauh darinya. Perlahan tapi pasti, Fabio membuka matanya. Sebuah senyum menyejukkan mata. Fabio membalas senyum Charlote.
"Kau sudah bangun?" tanya Siera membawa nampan berisi sarapan dan meletakkannya di dekat Fabio."Pukul berapa sekarang?" tanya Fabio.
"Pukul tujuh pagi," sahut Siera.
"Apa?" Fabio bergegas memakai jas dan merapikan penampilannya.
"Kau mau ke mana?" tanya Siera saat melihat Fabio beranjak dan bergegas akan pergi.
"Aku akan pulang!" seru Fabio.
"Tapi, mengapa?" protes Siera.
"Tapi, mengapa apa maksudmu?" Fabio menatap Siera heran.
"Mengapa kau harus pulang? Bukankah, ini juga rumahmu, sedangkan aku dan Charlote adalah keluargamu?" ucap Siera.
"Tidak! Ini bukan rumahku dan kau, juga bukan keluargaku," tegas Fabio.
"Kenapa, Fab. Kenapa?" pekik Siera. Ia telah tidak tahan dengan keadaan ini. Siera benar-benar lelah dan ingin menyerah dengan ke
"Sampai kapan, kau akan menggantungku seperti ini, Honey?" tanya Leo lembut sembari menyibakkan rambut ke telinga Andien."Menggantung bagaimana maksudmu?" sahut Andien."Honey, aku sungguh mencintaimu dan aku ingin segera menjadikanmu istriku. Tapi, kamu selalu menolakku," kata Leo sendu.Andien tersenyum dan menangkup wajah tampan Leo. "Aku juga mencintaimu. Tapi, aku juga belum siap untuk itu,""Sampai kapan kamu siapnya, Honey?" tanya Leo lagi."Aku belum tau. Hanya saja saat ini aku masih....""Kamu masih belum bisa lepas dari masa lalumu, kan?" tebak Leo.Andien terdiam, mungkin apa yang Leo katakan ada benarnya? Sampai saat ini, ia masih mencintai Fabio. Entah mengapa, ia masih saja berharap suatu saat mereka bisa kembali bersama."Bukan begitu, aku hanya belum siap untuk terikat saat ini," kilah Andien."Benar dugaanku, kamu memang tidak pernah mencintaiku," keluh Leo kesal."Itu tidak benar, Leo. Ak
Beberapa waktu pun berlalu, Leo mulai resah. Sebab, Andien belum mengiriminya kabar. Padahal, gadis itu berjanji akan memberinya jawaban tentang perasaannya."Hubungi, Mark. Tanya padanya, mengapa gadis bodoh itu tidak menelponku?" Leo berkata dengan tegas.Asistennya hanya mengangguk pelan."Tuan, Mark mengatakan. Jika, nona Andien sedang ujian akhir dan dia sengaja mematikan ponselnya. Agar bisa fokus pada ujiannya," ucap sang asisten menjelaskan."Oh, jadi begitu. Baiklah, kali ini aku memaklumi," sahut Leo tenang. Entah mengapa ada rasa lega di hatinya? Saat mendengar jika Andien baik-baik saja. Sebelumnya, ia merasa sangat khawatir. Leo sendiri, tidak mengerti dengan perasaannya."Siapkan mobil, aku ingin menemui Andien di kampusnya." ucap Leo meninggalkan ruangannya.Mobil Leo berhenti tepat di depan gerbang kampus."Sudah lama aku tidak datang ke tempat ini." Leo turun dan berjalan masuk ke dalam area kampus. Leo melangkah dengan mata
Sepanjang perjalanan, Andien diam dan memalingkan wajahnya keluar jendela. Hingga tiba di rumah, ia meminta pelayan membawa barang belanjaannya dan langsung masuk ke kamarnya."Ada apa, Fab?" tanya Lucas, saat melihat Andien yang pulang dengan wajah memerah karena marah."Entahlah," jawab Fabio bingung."Bukannya, waktu kalian berangkat tadi masih baik-baik saja?" lanjut Lucas."Itu yang menjadi pertanyaanku," Fabio menatap kamar Andien."Biarkan saja dulu, nanti aku akan bicara padanya," Lucas mencoba menghibur saudaranya.Fabio mengangguk pelan, ia pun kembali ke kamarnya.Di kamarnya, Andien kembali melihat video kiriman seseorang yang tidak ia kenal. Desahan terdengar keluar dari mulut sang wanita. Sedangkan si pria, tidak terdengar suaranya."Siapa yang meringimkan ini padaku?" gumam Andien.Ia memainkan ponselnya, sembari berpikir. "Apa yang harus aku lakukan?" Andien duduk di lantai, di samping ranjangny
"Aku sudah katakan pada kalian. Kalau di dalam video itu, memang benar itu adalah aku. Tapi, aku tegaskan sekali lagi pada kalian. Aku melakukannya dalam keadaan tidak sadar," tegas Fabio."Tapi, bagaimana bisa kau menjadi pemeran pria dalam adegan itu?" cetus Lucas."Itu yang sampai saat ini, masih aku pikirkan," sahut Fabio."Sepertinya, ada yang ingin bermain-main dengan kita," potong Samuel."Maksudmu?" tanya Fabio."Kau masih ingat dengan ucapanku, kemarin?" sahut Samuel.Fabio menyipitkan matanya, mencoba mengingat kembali perkataan Samuel."Kau benar, mungkin saja ini bagian dari rencananya," gumam Fabio."Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Lucas."Pertama, aku akan menjelaskan pada Andien. Kedua, aku akan mendatangi Siera dan meminta penjelasannya tentang semua ini. Dan terakhir, aku akan membuat perhitungan dengan orang itu. Aku akan membuatnya, membayar semuanya," kecam Fabio.Samuel, Lucas,
Fabio meninggalkan kamar Andien dengan perasaan marah. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan dari Dience. Jika, Dience bukanlah orang yang melahirkan Andien. Mungkin, saat itu juga Fabio akan memberinya pelajaran.Dience tidak hanya menghina dirinya, tapi juga saudaranya yang lain. Memang semua yang dikatakan Dience adalah benar. Tapi, setidaknya Dience seharusnya berterima kasih pada mereka berlima yang telah menjaga putri dan semua milik mendiang mantan suaminya.Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Fabio dan saudaranya untuk berbuat curang, karena ingin menguasai semuanya. Fabio juga tahu, sejak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Dience adalah orang yang secara terang-terangan menolak kehadiran Fabio.Fabio juga mengingat bagaimana, Dience menggunakan segala cara untuk mengusir Fabio dari rumah itu. Kepercayaan yang dimiliki Antonio pada Fabio, yang membuatnya bertahan dan menjadi orang kepercayaa hingga kini."Aku akan buktikan padany
Fabio memegangi pipinya. Bekas tamparan tangan Dience masih bisa ia rasakan, bahkan rasa kebencian Dience padanya juga masih sama seperti saat pertama kali Fabio bertemu dengannya."Kau tidak apa-apa, kan Fab?" tanya Andrew."Jangan hiraukan aku! Sekarang fikirkan, bagaimana nasib Sweety?" sahut Fabio."Fabio benar, kita harus memikirkan cara untuk membawa Sweety kembali ke rumah ini," sela Samuel."Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Christian."Kita datangi kediaman nyonya Dience dan kita jemput Sweety dari sana," sahut Fabio."Tapi Fab, kau tau sendiri wanita itu tidak menyukai kita. Terutama kau," ucap Lucas."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Fabio."Kau tetap disini, biarkan aku dan si kembar yang menjemput Sweety," ucap Lucas."Baiklah, terserah padamu." Fabio beranjak dan masuk ke kamarnya.****Sementara apartemen Dience, wanita itu sedang berusaha untuk membujuk Andien agar mau meni
Di villa Leo, semua orang sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Leo dan Andien. Andien telah berusaha untuk menolak. Tapi, keegoisan Nyonya Dience mengalahkan semuanya. Andien tidam bisa melawan. Ia hanya bisa menuruti kemauan Mamanya.Kebahagian terpancar jelas di wajah Leo, senyum selalu terkembang di wajahnya. Saking bahagianya, ia lupa dengan tujuan utamanya. Hingga sang asisten yang mengingatkannya, tujuannya.Sedangkan di kediamannya, Fabio masih uring-uringan. Sampai saat ini, ia masih belum bisa menemukan di mana tempat persembunyian Leo. Mereka telah mengerahkan seluruh anal buahnya, tapi tidak ada satupun yang berhasip menemukannya. Fabio hmapir fruztasi. Di tengah keputus asaannya. Akhirnya ia mendapat kabar, kalau salah satu anak buahnya melapor. Jika, ia berhasil membuntuti salah satu anak buah Leo dan mengikutinya hingga ke markasnya.Mereka pun segera bergerak kelokasi yang telah di katakan anak buahnya. Fabio dan yang lainnya, tiba di
Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan