"Kalian akan keluar?" tanya Emma.
"Ya, Mama. Kami akan ke pantai hari ini," jawab Fabio.
"Ayo, sarapan dulu, Nona," lanjut Emma mempersilahkan Andien untuk duduk.
Andien mengangguk dan duduk, setelah Fabio menarikkan kursi untuknya. Mereka menikmati sarapan dengan hangat, layaknya sebuah keluarga. Canda tawa menyertai obrolan kecil mereka.
"Baiklah, kami pamit dulu," ucap Fabio.
"Hati-hati, apa kalian akan pulang untuk makan siang?" tanya Emma.
"Mungkin tidak, Mama. Kami akan menginap beberapa hari disana," jawab Fabio.
"Baiklah," sahut Emma tersenyum.
"Semua yang kau kau perlukan, sudah lengkap, Nona?" tanya Emma pada Andien.
Andien mengangguk dabln tersenyum. Kemudian melirik ke arah Fabio dan menatapnya.
"Mama, mulai sekarang, Andien meminta kalian untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan Nona," ucap Fabio.
"Lalu kami harus memanggilnya apa?" tanya Emma.
"Cukup panggil Andien, Nyonya," jawab Andien.
E
Fabio dan Andien masih berada di negara S, di kediaman keluarga Fabio. Saat ini, Fabio sedang sibuk dan terlihat terburu-buru. Ia akan menghadiri rapat di luar kota. Andien membantunya menyiapkan semua berkas yang ia perlukan."Sudah selesai, Sayang?" tanya Fabio mendekati Andien."Sudah," jawab Andien.Fabio tersenyum dan memeluk Andien."Terima kasih, Sweety," bisik Fabio.Andien tersenyum dan membalas pelukannya."Sama-sama. Cepat bersiap, nanti kau akan terlambat," seru Andien.Keduanya beriringan keluar dari kamar dan menyapa kedua orang tua. Selesai sarapan, Fabio segera berangkat dan meninggalkan Andien bersama kedua orang tuanya. Tapi, hari ini, Andien beruntung. Sebab, Betty datang mengunjunginya.Andien pun menghabiskan waktu seharian bersama Betty dan Charlote putrinya.****Di rumah sakit, Siera kembali menemui Megan dan mengatakan jika ia belum bisa mengumpulkan uang, untuk biaya operasi dan pengobatan Mamanya. Si
Fabio membuka matanya, kepalanya masih terasa pening. Akibat hentaman benda tumpul. Samar pandangannya, mengitari tempatnya berada saat ini. Fabio melihat beberapa orang berpakaian hitam duduk mengitarinya. Fabio menggerakkan sedikit tubuhnya yang terikat di kursi."Siapa kalian?" tanya Fabio."Kau tidak perlu tau siapa kami, yang pastinya kami harus menjalankan perintah boss kami. Untuk membuatmu tersingkir," jawab salah satu dari mereka yang berbadan besar.Fabio pun teringat akan Siera. Di mana dia, saat terakhir kali, gadis itu bersamanya. Membantu mencari Andien."Dimana Siera?" tanya Fabio lagi."Maksudmu, gadis itu?" tunjuk yang lain.Mata Fabio menangkap sosok Siera yang pingsan di ranjang, dalam keadaan terikat."Apa yang kalian lakukan padanya?" seru Fabio."Kami hanya bermain-main dengannya sebentar," jawab mereka tertawa.Fabio berusaha keras untuk melepaskan diri. Sampai akhirnya, ia berhasil melepaskan diri. Ia menghajar mer
Beberapa bulan telah berlalu, Andien dan Fabio merencanakan untuk segera menikah. Berita itu pun tersiar ke seluruh penjuru negeri. Keduanya sedang membuat persiapan. Fabio juga menjemput kedua orang tua dan adik-adiknya. Andien sendiri, sibuk mempersiapkan semuanya di bantu dengan keempat saudaranya yang lain. Sam, Lucas, Andrew, dan Christian juga di minta oleh Andien untuk segera pulang.Mereka tidak bissa menolak keinginan seorang Andien, yang seperti perintah ratu bagi mereka."Aku tidak menyangka, akhirnya mereka berdua bisa bersama," celetuk Lucas."Tidak usah di tebak lagi, aku sudah mengira sedari awal keduanya memang saling menyimpan rasa suka. Hanya saja, mereka malu untuk mengakuinya," timpal Andrew."Aku rasa yang paling banyak tau, rahasaia keduanya hanya, Sam. Dia yang selalu ada di samping mereka, terutama Fabio. Iya kan, Sam?" ucap Christian."Aku tidak ikutan urusan mereka," sahut Sam cepat."Kami tidak percaya," sambung ke t
Beberapa waktu berlalu, hari pernikahan Fabio dan Andien semakin dekat. Semua persiapan hampir selesai, keduanya sibuk mencoba gaun pengantin. Keempat saudaranya bertugas menyebar undangan."Bagaimana?" tanya Andien saat mencoba salah satu gaun."Cantik. Tapi, aku lebih suka yang ini." tunjuk Fabio pada satu gaun yang telihat indah dan elegan."Baiklah, aku akan coba pakai yang itu," ucap Andien.Andien pun kembali masuk dan mencoba gaun yang di pilih oleh Fabio. Setelah beberapa waktu berlalu, Andien pun keluar."Bagaimana?" tanya Andien lagi."Sempurna!" puji Fabio."Benarkah?"Fabio berdiri dan menghampiri Andien."Kamu terlihat semakin cantik, apa lagi, saat nanti aku melepasnya dan kamu mengerang di bawahku. Kamu akan terlihat semakin cantik dan sexy," bisik Fabio sembari mengecup pundak Andien."Aku akan ambil yang ini," ucap Andien, kemudian berlari masuk.Fabio tersenyum puas, setelah menggoda kekasihnya. S
Di apartemennya, Siera sedang menahan tangis. Pasalnya, bukan kemauannya menghubungi atau meminta bantuan Fabio. Melainkan di bawah tekanan dan paksaan dari Leo. Dengan mengancam keselamatan mamanya, Leo memaksa Siera untuk melakukan semua yang ia perintahkan."Apa kau tidak bisa sedikit meyakinkannya?" tanya Leo dengan nada tinggi."Kau juga dengar sendiri kan? Dia menolak, dia tidak menginginkan aku," sahut Siera tidak kalah tinggi."Seharusnya kau memaksanya, atau kau boleh mengancamnya. Dengan mengatakan, kau akan mengatakan di depan publik, jika saat ini kau sedang mengandung anak dari seorang Fabio," kata Leo dengan nada geram."Tapi, aku tidak bisa. Aku tidak bisa berbohong, aku ingin mengakhiri semua ini, Leo," isak Siera."Kau bisa mengakhirinya, dengan kata lain. Kau juga mengakhiri kehidupan mamamu," ancam Leo.Siera menatap Leo dengan mata berkaca."Lepaskan mamaku, Leo. Aku mohon padamu." Siera duduk bersimpuh didepan Leo d
Fabio masih sibuk, mengurus kepulangan Siera dari rumah sakit. Fabio telah menganggap Siera sudah seperti saudara baginya. Fabio juga merasa kasihan, karena di negara ini, Siera tidak mengenal siapapun selain dirinya."Kau memerlukan sesuatu?" tanya Fabio."Tidak terima kasih," ucap Siera.Fabio membereskan perlengkapan makan Siera dan menyusunnya kembali."Fab, pulanglah. Aku tidak apa-apa," cetus Siera."Kau mengusirku?" tanya Fabio bercanda.Siera tertawa. "Aku bukan mengusirmu, tapi kau masih punya tanggung jawab yang menunggumu dirumah."Fabio menarik nafas panjang."Aku dan Andien memutuskan untuk menunda pernikahan," sahut Fabio.Siera bangkit dari tidurnya, karena terkejut."Apa! Tapi mengapa, apa ini semua ini karena aku?" tanya Siera."Bukan, semua ini tidak ada hubungannya denganmu. Memang sepertinya, semuanya begitu mendadak dan belum ada persiapan sama sekali," jawab Fabio berkelit.Siera pu
"Selamat pagi, semuanya," sapa Andien."Selamat pagi, Sweety," sahut Samuel, Lucas, Christian, dan Andrew bersamaan."Tidurmu nyenyak, Sweety?" tanya Lucas."Aku sedikit pusing, Luc." sahut Andien memegang kepalanya."Apa kau tidur terlambat, tadi malam?" sambung Andrew."Tidak, setelah selesai mandi. Aku langsung mandi dan tidur," jelas Andien."Apa aku perlu mengantarkanmu ke Dokter, Sweety?" tawar Samuel."Tidak perlu, Sam. Aku baik-baik saja," jawab Andien.Mereka pun kembali bercanda, sesekali terdengar tawa mereka saat salah satunya di jadikan bahan candaan. Fabio keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Suasana yang semula riuh dengan tawa, tiba-tiba senyap. Saat Fabio duduk diantara mereka."Aku sudah selesai," ucap Andien."Tunggu, Sweety. Aku ingin bicara padamu," ucapa Fabio.Andien menghentikan langkahnya. Keempat saudara yang lain pun, serentak meninggalkan ruang makan. Tapi, dengan cepat, And
Perang dingin masih terjadi diantara Andien dan Fabio. Mereka saling diam, jika sedang berada di satu ruangan yang sama. Saat ini di ruang makan, keadaan sunyi senyap. Tidak seperti biasanya, jika mereka sedang berada di sana. Suasana akan ramai dengan canda tawa."Sweety, aku hari ini ada pertemuan di luar kota. Apa kau mau ikut?" tawar Lucas. Ia tahu, saat ini Andien memerlukan liburan untuk menjernihkan pikiran."Tidak mau!" tolak Andien."Kenapa?""Sampai di sana, aku ditinggal sendiri," gerutu Andien.Andrew menahan tawanya. Saat suasa kembali cair, tiba-tiba ponsel milik Fabio berdering."Ada apa?" ucap Fabio."Fab, perutku mulas. Sepertinya aku akan segera melahirkan," sahut suara dari seberang. Sudah dapat di tebak, siapa pemilik suara. Andien melanjutkan makannya, seolah tidak terpengaruh. Walau sejujurnya, ia sangat kesal dengan sikap Fabio. Bukannya berusaha memperbaiki, dia malah terus saja membuat Andien kesal."Aku ak
"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri
Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka
"Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien."Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur."Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten."Kembali ke rencana semula," jawab Leo."Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten."Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me
"Apa kau masih marah padaku?" tanya Andien.Leo memejamkan matanya, sembari mengepalkan tangannya. Ia masih marah dengan kejadian kemarin. Ia berniat menikahi Andien, untuk mendapatkan keuntungan dan balas dendam pada garis keturunan Antonio.Leo hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelahnya, ia akan menyiksa Andien dan menjadikannya tahanan untuk menekan Fabio dan saudara-saudaranya. Tapi, sekarang apa? Ia hanya mendapat barang sisa yang telah terpakai oleh musuhnya. Kini, semuanya sia-sia. Rencana yang telah di susun Leo dengan matang, harus hancur setelah ia mendapatkannya."Lee, aku minta maaf. Aku tau, aku bersalah padamu. Tidak seharusnya, aku merahasiakan ini padamu," sesal Andien."Jika, aku memaafkanmu. Apa kau bersedia ikut bersamaku, kemanapun aku pergi dan melupakan semua masa lalumu bersama Fabio?" potong Leo.Andien terdiam mendengarkan ucapan Leo."Jika kau memaafkan aku, aku berjanji. Aku akan menjadi istri yang te
Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan
Di villa Leo, semua orang sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Leo dan Andien. Andien telah berusaha untuk menolak. Tapi, keegoisan Nyonya Dience mengalahkan semuanya. Andien tidam bisa melawan. Ia hanya bisa menuruti kemauan Mamanya.Kebahagian terpancar jelas di wajah Leo, senyum selalu terkembang di wajahnya. Saking bahagianya, ia lupa dengan tujuan utamanya. Hingga sang asisten yang mengingatkannya, tujuannya.Sedangkan di kediamannya, Fabio masih uring-uringan. Sampai saat ini, ia masih belum bisa menemukan di mana tempat persembunyian Leo. Mereka telah mengerahkan seluruh anal buahnya, tapi tidak ada satupun yang berhasip menemukannya. Fabio hmapir fruztasi. Di tengah keputus asaannya. Akhirnya ia mendapat kabar, kalau salah satu anak buahnya melapor. Jika, ia berhasil membuntuti salah satu anak buah Leo dan mengikutinya hingga ke markasnya.Mereka pun segera bergerak kelokasi yang telah di katakan anak buahnya. Fabio dan yang lainnya, tiba di
Fabio memegangi pipinya. Bekas tamparan tangan Dience masih bisa ia rasakan, bahkan rasa kebencian Dience padanya juga masih sama seperti saat pertama kali Fabio bertemu dengannya."Kau tidak apa-apa, kan Fab?" tanya Andrew."Jangan hiraukan aku! Sekarang fikirkan, bagaimana nasib Sweety?" sahut Fabio."Fabio benar, kita harus memikirkan cara untuk membawa Sweety kembali ke rumah ini," sela Samuel."Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Christian."Kita datangi kediaman nyonya Dience dan kita jemput Sweety dari sana," sahut Fabio."Tapi Fab, kau tau sendiri wanita itu tidak menyukai kita. Terutama kau," ucap Lucas."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Fabio."Kau tetap disini, biarkan aku dan si kembar yang menjemput Sweety," ucap Lucas."Baiklah, terserah padamu." Fabio beranjak dan masuk ke kamarnya.****Sementara apartemen Dience, wanita itu sedang berusaha untuk membujuk Andien agar mau meni
Fabio meninggalkan kamar Andien dengan perasaan marah. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan dari Dience. Jika, Dience bukanlah orang yang melahirkan Andien. Mungkin, saat itu juga Fabio akan memberinya pelajaran.Dience tidak hanya menghina dirinya, tapi juga saudaranya yang lain. Memang semua yang dikatakan Dience adalah benar. Tapi, setidaknya Dience seharusnya berterima kasih pada mereka berlima yang telah menjaga putri dan semua milik mendiang mantan suaminya.Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Fabio dan saudaranya untuk berbuat curang, karena ingin menguasai semuanya. Fabio juga tahu, sejak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Dience adalah orang yang secara terang-terangan menolak kehadiran Fabio.Fabio juga mengingat bagaimana, Dience menggunakan segala cara untuk mengusir Fabio dari rumah itu. Kepercayaan yang dimiliki Antonio pada Fabio, yang membuatnya bertahan dan menjadi orang kepercayaa hingga kini."Aku akan buktikan padany