Tok ... Tok ...
Ceklek!"Fab, boleh aku masuk?" tanya Andien di balik pintu.Fabio menatap sekilas dan kembali mengarahkan matanya ke depan layar. Andien perlahan mendekati Fabio dan berdiri di depan meja kerjanya.
"Ada apa?" tanya Fabio tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa besok kamu sibuk?" tanya Andien.
"Kenapa?"
"Aku ingin, kamu temani aku ke makam, ayah," ucap Andien.
"Baiklah," sahut Fabio cuek.
Andien tersenyum. "Besok, sepulangnya aku dari kampus, kita akan pergi."
"Ada lagi?" tanya Fabio.
"Aku belum makan," rengek Andien.
"Makanlah," ucap Fabio.
"Sama kamu," sahut Andien tersenyum.
"Aku masih sibuk, kamu makan saja dulu," balas Fabio."Aku ingin makan seperti biasa," pinta Andien manja.
Fabio menarik nafas dalam. Ia tahu apa yang di maksud dengan ucapan Andien. Ia menatap Andien, kemudian beranjak dari duduknya, kemudian merangkul Andien, dan membawanya keluar. Andien tersenyum puas. Mereka pun menuju ruang makan dan makan malam bersama.
Keesokan harinya, Fabio mengantarkan Andien ke kampusnya. Sepanjang perjalanan, Fabio menatap layar yang ada di hadapannya.
"Fab, apa kamu akan lama disini?" tanya Andien memecah kesunyian.
"Mungkin," jawab Fabio singkat.
"Apa perusahaan, ayah ada masalah?"
"Tidak!"
"Lalu?"
"Lalu? Lalu apa?" Fabio menatap Andien.
"Tidak apa-apa," jawab Andien cepat. Ia tahu, saat ini mood pemuda di hadapannya ini sedang buruk. Tiba di kampusnya, Andien segera turun, setelah Mark membukakan pintu untuknya.
"Fab, jangan lupa nanti sore," ucap Andien mengingatkan Fabio.
"Baiklah," sahut Fabio tersenyum tipis.
Andien membalas senyumnya, kemudian mobil yang membawa Fabio segera meninggalkan halaman kampus. Fabio langsung ke kantor untuk mengahadiri rapat. Samuel juga ternyata telah berada di sana.
****
Di kampusnya, Leo menghampiri Andien dan mengajaknya pergi menonton. Semula, Andien menolak, tapi lagi-lagi Leo meyakinkan Mark dan mereka pun diijinkan untuk pergi.
Dengan sepeda motornya, Leo dan Andien mengelilingi kota. Mereka mampir ke tempat-tempat yang belum pernah Andien kunjungi.
"Aku akan ke toilet sebentar," ucap Andien meletakkan tasnya dan bergegas menuju toilet.Sepeninggalan Andien, Leo membongkar tasnya dan mengambil ponselnya. Leo tersenyum saat melihat banyak pesan singkat dari Fabio. Ia pun segera mematikan ponsel Andien dan menghapus semua daftar panggilan. Leo tersenyum licik dan meletakkan kembali ponsel milik Andien ke dalam tasnya. Setelah dari toilet, Leo kembali mengajak Andien untuk melanjutkan perjalanan.
*****
Sore harinya, Fabio telah menunggu Andien."Kau menunggu seseorang?" tanya Sam."Ya," jawab Fabio singkat.
"Andien?"
Fabio hanya menatap dan mengangguk.
"Kalian akan keluar?" lanjut Sam.
"Kami akan ke makam ayah,"
"Bagus, aku harap ini permulaan yang baik untuk hubungan kalian," ujar Sam.
"Aku akan mengatakannya, hari ini, di depan makam ayah," ucap Fabio matap.
"Baiklah, akua mendukung semua hal yang kau lakukan dan aku juga menunggu berita bahagia dari kalian." Sam pun meninggalkan Fabio sendiri.
Hari mulai menjelang malam, Fabio mulai khawatir sekaligus kesal. Ia pun memerintahkan Mark, untuk menjemput Andien. Ternyata, Mark telah pulang ke rumahnya, di karenakan ada masalah keluarga. Fabio mulai kesal, ia berdiri di depan jendela sambil menatap ke arah luar.
"Dia belum kembali?" tanya Sam yang tiba-tiba muncul.
Fabio hanya diam membisu. Samuel duduk dan menemaninya.
Tepat pukul tujuh malam, terdengar suara deruman sepeda motor. Samuel melirik ke arah Fabio, yang sejak tadi berdiri. Fabio segera masuk ke kamarnya. Samuel hanya mengela nafasnya dan menggelengkan kepalanya.
Andien pulang dalam keadaan senang, ia tambah gembira saat tahu, kalau Samuel juga telah kembali. Ia memeluk saudaranya dengan erat.
"Kau dari mana, Sweety?" tanya Samuel."Aku baru saja kembali dari menonton bioskop," jawab Andien semangat.
"Apa itu menyenangkan?" tanya Samuel lagi.
"Ya. Selain itu, aku juga keliling kota menggunakan sepeda motor. Kau tau Sam, itu pengalaman pertamaku," ungkap Andien gembira.
Samuel hanya tersenyum tipis.
"Baiklah, Sam. Aku akan ke kamarku." Andien berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.
Fabio berada di kamarnya, ia menahan kesal pada sikap Andien. Ia telah mendengar cerita yang di katakan Andien dari Samuel. Fabio semakin tidak menyukai Leo."Aku akan menceritahu tentang pemuda itu, jika kecurigaanku benar. Aku tidak akan melepaskannya," desis Fabio.Keesokan paginya, Fabio dan Samuel telah berada di ruang makan. Tidak lama kemudian, Andien turun dan menyapa mereka.
"Selamat pagi, Sam," sapa Andien."Pagi, Sweety," sahut Sam.
"Selamat pagi, Fab," lanjut Andien.
Tidak ada jawaban dari mulut Fabio, laki-laki itu hanya diam saja dan tidak menggubris apapun yang dikatakan Andien.
"Kamu ada acara nanti sore, Sweety?" tanya Sam."Tidak. Kenapa, Sam?" tanya Andien.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawab Sam.
"Baiklah," sahut Andien, kemudian mulai menikmati sarapannya.
"Aku duluan." Fabio mendorong kursinya dan segera berdiri. "Sam, jangan lupa pada acara nanti malam."
"Tenang saja, aku akan mengingatnya," sahut Sam.
"Pasang alarm di ponselmu, jadi saat kau lupa pada janjimu, ponselmu bisa mengingatkannya. Jangan mematikan ponselmu, aku akan menelponmu sewaktu-waktu,"
"Baik, Tuan muda," sahut Sam.
"Ingat Sam, jangan sampai membuat aku menunggu," tutup Fabio.
Andien menatap lurus ke arah Fabio. Dia sama sekali tidak menyapanya pagi ini. Andien pun bertanya-tanya, mengapa Fabio sangat cuek padanya.
"Sam, apa perusahaan ada masalah?" tanya Andien.
"Tidak," jawab Sam.
"Mengapa, aku perhatikan Fabio sering terlihat kesal, akhir-akhir ini," ungkap Andien.
"Mungkin mood nya kurang baik," timpal Sam.
"Tapi, kenapa harus kita yang menjadi sasaran kekesalannya?" keluh Andien.
"Benarkah?"
Andien menganggukkan kepalanya cepat.
"Dengar Sweety, kau tau bagaimana Fabio dari kami semua. Sebab, kau lebih dahulu mengenalnya. Jadi, aku yakin, aku lebih tau apa yang bisa membuat Fabio kesal," jelas Sam.
Andien tampak berpikir sejenak, ia mencoba mengingat apa saja yang ia lewatkan.
"Apa kau, mengingat sesuatu, Sweety?" tanya Sam.Andien hanya menggelengakan kepalanya.
"Baiklah, aku akan membantumu," timpal Sam.
Andien menatap Sam, dan mulai mendengarkan apa yang akan ia katakan.
"Sweety, kemana saja kau kemarin?" tanya Sam.
"Aku sudah mengatakannya padamu kemarin, kan," sahut Andien.
"Ya, aku tau. Tapi, Sweety, apa kau melupakan sesuatu?" lanjut Sam.
Andien terlihat mengernyitkan keningnya.
"Kau tidak mengingatnya?" tanya Sam.
Andien menggeleng.
"Bukankah, kau punya janji pada Fabio kemarin," ucap Sam.
Andien telihat mencoba mengingat, kemudian ia pun membulatkan matanya.
"Kau sudah ingat, Sweety?" tanya Sam."Aku ingat, kemarin aku mengajak Fabio untuk ke makam ayah, dan ...."
"Dan kau melupakannya, karena kau asyik pergi dengan teman priamu," timpal Sam.
Andien terdiam. "Tapi, mengapa dia tidak menelonku?"
"Dia menelponmu, bahkan dia mengirimkan pesan singkat padamu," sahut Sam.
Andien pun segera merogoh tasnya dan meraih ponselnya. Ia segera memeriksa ponselnya, yang saat itu dalam keadaan mati. Buru-buru, ia mengaktifkan kembali ponselnya. Benar saja, ternyata pulhan pesan dan panggilan tidak terjawab dari Fabio yang mengingatkannya untuk janjinya.
Andien pun merasa bersalah pada Fabio.
"Sam, saat ini, Fabio ada di mana?" tanya Andien."Di kantornya. Tapi, aku harap, kau jangan menganggunya dulu," ucap Sam memberi saran.
"Kenapa? Aku akan meminta maaf padanya," timpal Andien.
"Dengar Sweety, saat ini dia sedang memimpin rapat besar. Aku tidak mau jika konsentrasinya buyar, ini proyek impian ayah. Aku tidak mau jika proyek ini sampai gagal," ungkap Sam.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan menunggunya kembali," ucap Andien.
"Itu lebih baik," jawab Sam.
Andien mengangguk paham.
"Butuh tumpangan?" tawar Sam.
Andien tersenyum dan beranjak dari duduknya.
****
Leo kembali mengajak Andien untuk keluar lagi sore ini. Tapi, kali ini, Andien menolaknya. Ia tidak mau mengulang kesalahan yangan sama. Leo terlihat marah dan pergi meninggalkan Andien.
Mark menjemput Andien dan mengantarkannya lengsung kerumah. Setelahnya, Mark kembali ke pos nya.
Malam hari tiba, Andien menelpon Sam dan menanyakan tentang Fabio yang belum kembali. Sam hanya meminta Andien untuk menunggunya. Sam, juga mengatakan, jika malam ini ia tidak akan pulang ke rumah. Andien hanya menghela nafas panjang.Tepat pukul dua dini hari, Fabio baru kembali. Andien tersadar saat ia mendengar suara mobil Fabio memasuki perkarangan rumah. Andien bergegas bangun dan keluar dari kamarnya. Ia melihat Fabio baru saja mesuk ke kamarnya.
Andien berjalan menuju kamar Fabio yang tidak jauh dari kamarnya.
Ceklek!Suasana kamar begitu gelap, hanya lampu tidur di sisi ranjang yang menyala. Terlihat Fabio sedang terbaring. Perlahan, Andien masuk dan mendekati Fabio. Aroma alkohol langsung menyeruak ke hidung Andien. Fabio pulang dalam keadaan mabuk. Andien melepas sepatu dan kaos kakinya, kemudian melonggarkan ikat pinggangnya. Andien mendekatinya dan melepas jas dan dasinya. Fabio menangkap tangan Andien, saat gadis itu ingin membuka kancing kemejanya.Andien terkejut saat Fabio membuka matanya dan bangkit. Mata Andien membulat saat menatap mata merah Fabio.
"Fab, aku minta maaf," ucap Andien.Fabio masih tidak bergeming, ia masih menatap wajah Andien. Tiba-tiba Fabio menarik Andien dan menghempaskannya ke atas ranjang dan mengurungnya dalam kungkungannya.
"Fab, kau mau apa?" tanya Andien yang mulai ketakutan.Tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan Andien, Fabio langsung mengecup lembut bibir Andien. Andien yang terkejut , berusaha untuk melepaskan diri. Namun, ia akalah tenaga dengan Fabio yang masih menyerang bibirnya. Fabio membuka mulut Andien dengan lidahnya. Lidah Fabio menari indah di dalam mulut Andien, mengabsen setiap sisi mulutnya.
"Balas ciumanku, Sweety," bisik Fabio parau.
Andien tahu saat ini, Fabio dalam pengaruh alkhol. Perlahan, Andien mulai mengikuti permainan bibir Fabio. Tiba-tiba, Fabio melepas pagutannya mereka dan menatap mata Andien. Fabio tersadar dan segera melompat dan menjauh dan berdiri membelakangi Andien.
"Maafkan aku," ucap Fabio, tanpa menoleh.Tanpa Andien sadari, buliran bening mengair di pipinya. Ia segera mengusapnya dan menetralkan hatinya.
"Aku, kesini mau minta maaf, tentang hal kemarin," ucap Andien dengan suara yang terdengar parau."Lupakan, aku sedang tidak ingin membahasnya," sahut Fabio.
"Aku benar-benar lupa dengan janji kita kemarin," lanjut Andien.
"Kita tidak pernah punya janji apa-apa. Kau yang memintaku menunggumu dan itu aku lakukan," jawab Fabio dingin.
"Untuk itu, aku ingin minta maaf dan aku akan menebusnya," sesal Andien.
"Tidak perlu! Aku sudah mengatakan, aku tidak akan membahasnya."
Fabio melepas kancing kemejanya satu persatu."Kembalilah ke kamarmu, istirahatlah. Aku yakin, besok akan ada rencana lain yang telah kalian siapkan." tutup Fabio yang berjalan masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Andien di kamarnya.
Andien berdiri dan keluar dari kamar Fabio. Ia kembali ke kamarnya. Ia kembali mengingat ciuman yang Fabio berikan untuknya. Tanpa Andien sadari, ia memegang bibirnya. Itu adalah ciuman pertamanya, yang seharusnya ia berikan bila tiba saatnya nanti. Andien juga merasa lega, sebab yang mengambil ciuman pertamanya adalah Fabio. Pria yang selama ini ia cintai, tapi ia terlalu takut untuk mengatakannya. Andien hanya akan menunggu masa, dimana Fabio akan menyatakan cinta padanya.
bersambung
Keesokan harinya, Sam dan Fabio sedang mengobrol sembari menikmati sarapannya. Andien keluar dari kamarnya dan turun. Fabio terdiam, kemudian segera menyeruput kopi pahitnya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Samuel, hanya diam memperhatikan gerak-gerik keduanya yang aneh."Selamat pagi, Sam," ucap Andien sembari tersenyum."Pagi, Sweety," balas Sam."Aku duluan," ucap Andien."Kau akan ke kampus sekarang?" tanya Sam."Ya!" sahut Andien singkat."Mark, sedang cuti hari ini. Sopir akan mengantarkan aku dan Fabio ke kantor cabang yang di luar kota. Kau akan ke kampus naik apa?" ucap Sam."Leo akan menjemputku," jawab Andien."Leo?""Ya, kau ingat dengan pemuda yang menolongku saat di mobilku di hadang itu kan?" kenang Andien."Ya, aku ingat," sahut Sam."Dia sekarang satu kampus denganku, jadi ....""Ah, baiklah. Aku mengerti." Sam menganggukkan kepalanya.Tidak lama kemudian terdeng
"Maafkan aku," ucap Andien terisak menahan tangis.Fabio menoleh dan ia melihat Andien sedang menunduk dengan tubuh bergetar, kerena menahan tangis. Ada rasa sesal di hati Fabio, ia segera menghampiri Andien dan memeluknya."Aku minta maaf, Sweety," bisik Fabio, sembari mengecup puncak kepala Andien. Tangis Andien pun pecah, saat Fabio memeluknya erat."Aku minta maaf, karena aku tidak pernah mengerti akan perasaanmu," lanjut Fabio.Andien melepas pelukannya dan menangkup wajah tampan Fabio."Tidak, tidak ada yang perlu minta maaf. Sebab, kita sama-sama bersalah dalam hal ini. Seandainya, kita bisa sama-sama saling jujur dan mengakui, mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman diantara kita," ungkap Andien."Aku memang memiliki rasa itu. Tapi, aku terlalu takut untuk mengatakannya padamu. Takut, kalau saat kau tau. Kau akan menjauhiku dan tidak mau lagi bicara padaku. Karena aku tau siapa aku," ucap Fabio lirih."Aku tidak akan pernah bisa jauh da
Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya."Aku akan keluar," seru Samuel."Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio."Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel."Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien."Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel."Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien."Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa
Fabio telah kembali, ada rasa lega di hati Andien saat melihat kedatangannya. Namun, Andien berpura-pura marah padanya, sebab ia tidak memberi kabar pada Andien. Fabio berusaha membujuk Andien dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Fabio memutuskan untuk mengajak kekasihnya untuk liburan berdua. Andien pun menyambutnya dengan gembira. Keduanya memutuskan untuk berangkat lusa.Keduanya telah bersiap untuk berangkat liburan, dengan menggunakan jet pribadi milik keluarganya. Fabio membawa Andien ke negara tempat asalnya. Fabio ingin memperkenalkan Andien pada keluarganya.FlasbackFabio adalah sulung dari lima bersaudara. Ibunya seorang buruh cuci dari rumah ke rumah, sedangkan Ayahnya seorang buruh pabrik yang gemar mabuk, berjudi dan main perempuan. Fabio juga tinggal di pamukiman padat penduduk, yang mayoritas di huni oleh para wanita penjaja cinta dan penjahat.Fabio tumbuh menjadi sosok tulang yang mandiri. Ia terpaksa putus sekolah, di karenakan, ia harus mem
Leonard berang, saat ia tahu, jika Fabio membawa Andien berlibur. Hingga saat ini, rencananya untuk memisahkan keduanya selalu saja gagal. Fabio dan Andien semakin tambah mesra, setelah terjadi kesalah pahaman diantara mereka. Itu membuat Leonard tidak habis pikir, bagaimana cara keduanya menjalaninya. Namun, Leonard tidak akan mudah menyerah dengan begitu saja. Ia akan mencari cara lain, yang akan bisa langsung membuat keduanya langsung terpisah.Leonard pun, kembali menjalani kehidupannya seperti semula. Ia kembali menjadi dirinya lagi, hingga Andien kembali.****Fabio dan Andien tiba di sebuah kota kecil, mobil yang membawa mereka memasuki sebuah pemukiman sempit yang padat penduduk. Saat mereka turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki. Sebab, jalan menuju ke arah rumah orang tua Fabio, tidak bisa di masuki kendaraan."Ini tempat apa?" tanya Andien mengenggam tangan Fabio erat.Fabio tersenyum. "Nanti juga kau aka
Fabio terbangun dan perlahan beranjak dari peraduannya. Ia mengangkat pelan, tangan sang kekasih yang memeluk perut ratanya. Fabio menatap sejenak, wajah polos Andien saat gadis itu masih pulas di alam mimpinya. Fabio kembali, mengingat kejadian kemarin malam, dimana, keduanya menghabiskan malam yang panas dengan penuh gairah.Fabio membelai rambut Andien dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya. Mengecup puncak kepalanya. Saat ia hendak beranjak, tidak sengaja matanya melihat bercak darah di sprei. Fabio tersenyum, kemudian kembali berbaring di sisi Andien, seraya berkata."Aku berjanji, aku akan selalu ada dan akan selalu menjagamu. Aku tidak akan pernah pergi darimu, hingga nyawa terpisah dari jasadku." Fabio kembali mengecup puncak kepala Andien. Ia pun kemudian turun dari ranjang dengan hati-hati. Tapi, sebelumnya, ia merapikan selimut yang menutupi tubuh polos Andien.Fabio keluar dari kamarnya dan bertemu dengan keluarganya, yang sedang
"Kalian akan keluar?" tanya Emma."Ya, Mama. Kami akan ke pantai hari ini," jawab Fabio."Ayo, sarapan dulu, Nona," lanjut Emma mempersilahkan Andien untuk duduk.Andien mengangguk dan duduk, setelah Fabio menarikkan kursi untuknya. Mereka menikmati sarapan dengan hangat, layaknya sebuah keluarga. Canda tawa menyertai obrolan kecil mereka."Baiklah, kami pamit dulu," ucap Fabio."Hati-hati, apa kalian akan pulang untuk makan siang?" tanya Emma."Mungkin tidak, Mama. Kami akan menginap beberapa hari disana," jawab Fabio."Baiklah," sahut Emma tersenyum."Semua yang kau kau perlukan, sudah lengkap, Nona?" tanya Emma pada Andien.Andien mengangguk dabln tersenyum. Kemudian melirik ke arah Fabio dan menatapnya."Mama, mulai sekarang, Andien meminta kalian untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan Nona," ucap Fabio."Lalu kami harus memanggilnya apa?" tanya Emma."Cukup panggil Andien, Nyonya," jawab Andien.E