"Anda sudah siap, Nona?" tanya pengawalnya.
Andien hanya menganggukkan kepalanya. Hari ini, ia akan kembali ke asrama, untuk menyelesaikan ujian akhirnya. Semuanya telah siap, Andien pun berpamitan pada seluruh pelayan, Andien pun meninggalkan rumah dan kembali ke asrama. Andien menatap keluar jendela mobil, hingga di persimpangan jalan. Mobil yang membawa Andien, tiba-tiba berhenti karena di hadang orang tidak di kenal.
Ciiit ....
"Ada apa, Mark?" tanya Andien, meringis sembari memegang dahinya.
"Ada yang menghadang mobil kita, Nona," jawab Mark, sopir yang selalu mengantar ke manapun Andien pergi.
Mendengar itu, seketika para pengawal turun. Melihat para pengawal turun, mereka pun langsung bergegas menyerang para pengawal Andien. Perkelahian pun tidak bisa di hindari, Andien hanya diam di dalam mobil bersama Mark. Tiba-tiba, pintu mobil terbuka. Salah satu dari mereka menarik Andien keluar dan menyeretnya.
"Lepas, tolong," pekik Andien. Namun, tidak ada yang berani menolong. Mark yang bermaksud menyelamatkan Andien, harus terluka karena sabetan pisau. Andien di seret masuk ke sebuah mobil. Andien berusaha untuk melepaskan diri dan melawan mereka.
Bugh!
Andien terkejut saat sebuah pukulan menghantam kepala pria yang menyeret Andien. Andien terperangah melihat pria itu tumbang.
"Leo!" satu kata yang berhasi keluar dari mulut Andien."Kamu tidak apa-apa?" tanya Leo.
Andien hanya mengangguk.
"Cepat sembunyi, aku akan membantu pengawalmu menghalau orang-orang itu," perintah Leo.
Andien kembali mengangguk, kemudian mencari tempat aman untuk bersembunyi. Andien menutup telinganya, saat terdengar erangan dari tempat terjadinya perkelahian. Hingga akhirnya, Leo menghampiri Andien."Ayo keluar!" ajak Leo.
Mata Andien membulat saat melihat kondisi Leo. Pemuda itu tampak berdarah di bawah bibir dan hidungnya, serta lebam di sekitaran wajahnya.
"Kamu ..."
"Aku tidak apa-apa, ayo keluar. Semuanya sudah aman," Leo mengulurkan tangannya. Andiem menyambutnya dan keluar dari persembunyiannya.
"Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya salah satu pengawalnya.
Andien hanya menggeleng, kemudian menoleh ke arah Leo.
"Terima kasih, anak muda. Kalau tidak ada kamu, kami pasti kewalahan melawan mereka," ucap pengawal itu pada Leo."Tidak masalah, sudah sepantasnya kita saling tolong menolong," jelas Leo.
"Sebaiknya, kita ke rumah sakit dulu," ucap Andien.
"Baik, Nona," sahut pengawalnya.
"Baiklah, pamit dulu," seru Leo.
"Kamu ikut bersama kami," titah Andie.
"Tidak perlu, aku bisa merawat lukaku sendiri," tolak Leo.
Namun, Andien menatap tajam ke arah Leo. Leo tidak lagi bisa menolak dan akhirnya menyerah kemudian ikut bersama Andien.
Tiba di rumah sakit, Leo dan pengawal yang terluka mendapat perawatan.
"Terima kasih atas semuanya, aku akan langsung kembali ke tempat kerjaku," seru Leo.
"Kamu bekerja?" tanya Andien.
"Ya, di bioskop yang kamu kunjungi kemarin," jawab Leo.
Andien pun ingat, kemudian menganggukkan kepalanya.
"Aku akan mengantarkanmu," seru Andien."Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri," tolak Leo.
"Aku akan mengantarmu," Andien mengulangi kata-katanya.
Leo mendapat kode dari salah satu pengawal Andien, agar ia menurut saja pada Andien. Akhirnya, Leo pun mengangguk setuju. Andien pun mengantarkan Leo, ketempat kerjanya. Walau ia harus terlambat kembali ke asrama. Namun, semuanya telah di atasi oleh pengawalnya."Terima kasih, atas tumpangannya," ujar Leo yang bergegas turun dari mobil.
Andien hanya mengangguk dan tersenyum. Leo tampak bahagia, saat melihat wajah cantik Andien tersenyum. Leo pun, membalasa senyum Andien.
"Boleh aku meminta ...." Leo mengulurkan ponselnya. Berharap, Andien mau memberikannya nomor kontaknya."Maaf, anak muda, Nona Andian tidak memegang ponsel saat di asrama," celetuk Mark, sang sopir.
"Oh begitu," wajah Leo tampak sedikit kecewa.
"Berikan ponselmu," cetus Andien sambil mengulurkan tanganya.
Leo memberikan kembali ponselnya. Andien tampak menekan beberapa nomor. Tidak lama kemudian, ia mengembalikan ponsel milik Leo.
"Kau bisa menghubungiku, saat aku kembali ke rumah," ujar Andien."Baiklah," timpal Leo tersenyum senang.
"Kita pergi sekarang, Nona?" tanya Mark.
Andien menganggukkan kepalanya.
"Aku pamit," ucap Andien."Baiklah, hati-hati," sahut Leo. Mobil yang membawa Andien perlahan berjalan meninggalkan tempat kerja Leo.
"Andien, aku yakin, ini awal yang baik," gumam Leo.***
Berita penyerangan terhadap Andien, sampai ke telinga Fabio dan saudaranya. Mereka begitu geram dengan perlakuan musuh, yang begitu pengecut. Hingga menyerang adik perempuan mereka. Samuel langsung terbang menemui adiknya. Ia murka dengan kelima pengawal Andien.
"Aku menggaji kalian, untuk mengawal dan menjaga adik perempuanku," seru Samuel.
"Maafkan kami, Tuan. Kami di hadang di jalan, kemudian di serang, dan jumlah mereka lebih banyak dari kami," sahut Mark sang sopir.
"Kalian adalah orang-orang terbaik pilihan kami, mengapa kalian tidak bisa melawan mereka semua?" tanya Sam.
"Maafkan kami, Tuan,"
Samuel masih tampak kesal dengan semua pengawalnya.
"Katakan padaku, siapa orang yang membantu kalian?" tanya Samuel"Kami tidak tau siapa dia, Tuan. Yang kami tau, dia bernama Leo dan dia seusia Nona Andien," jelas Mark.
"Leo? Leo siapa?" tanya Sam.
"Kami juga tidak tau, kelengkapan nama keluarganya. Kami hanya tau, Nona Andien memanggilnya dengan nama itu," lanjutnya.
" Cari tau tentang anak itu, aku mau tau semua tentang dia dan latar belakangnya," perintah Samuel.
"Baik, Tuan," jawaban serentak.
Samuel, segera ke asrama Andien dan menemuinya. Di asramanya, Andien tampak senang di kunjungi salah satu saudaranya. Saat ia melihat Sa, Andien langsung berlari dan memeluknya.
"Sam, aku merindukanmu," seru Andien."Aku juga, Sweety, bagaimana kabarmu?" tanya Samuel.
"Aku selalu baik, saat salah satu dari kalian ada bersamaku," cetus Andien.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Samuel lagi.
"Tentu saja, kau bisa lihat sendirikan?" sahut Andien.
"Syukurlah, aku khawatir sekali," ucap Sam.
"Ayo duduk," ajak Andien.
Mereka pun tampak bercengkrama dan larut dalam obrolan. Sejenak hati Samuel, terlihat tenang. Namun, ia terus mencaritahu, siapa dalang di balik kejadian kemarin dan apa motifnya. Samuel juga penasaran dengan sosok Leo. Sepulang dari mejenguk Andien, Samuel memutuskan untuk menemui Leo, di tempatnya bekerja.
Setelah dapat petunjuk dari anak buahnya, Samuel pun berhasil bertemu Leo.
"Anda mencari saya, Tuan," ucap Leo."Kamu, Leo?" tanya Samuel.
"Iya, saya Leo," jawab Leo.
"Aku Samuel, Kakak dari Andien," seru Sam.
"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Leo sopan.
"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Sam.
"Tapi, saat ini saya sedang bekerja, Tuan," jawab Leo. "Tapi, jika Tuan mau menunggu, sebentar lagi, tugas saya selesai," lanjut Leo.
"Baiklah," putus Samuel.
"Kalau begitu, saya menyelesaikan pekerjaan saya lebih dahulu," Leo pun berlalu meninggalkan Samuel.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya, Leo datang menghampiri Samule."Maafkan saya, Tuan, anda terpaksa menunggu saya hingga selesai bekerja," ujar Leo merasa tidak enak."Tidak apa-apa, lagi pula aku sedang ada waktu luang," timpal Samuel.
"Baiklah, Tuan, anda ingin bicara dimana? Disini atau di tempat lain?" tanya Leo.
"Sam, panggil aku Sam," cetus Samuel.
"Tapi, Tuan?" Leo tampak merasa tidak nyaman dengan nama panggilan itu.
"Tidak apa-apa, panggila saja aku dengan apapun yang menurutmu nyaman," lanjut Samuel.
"Baiklah," jawab Leo tersenyum.
"Kita akan mengobrol di depan Cafe sana," tunjuk Samuel pada sebuah Cafe yang terletak tepat di depan tempat kerja Leo.
"Baiklah."
Keduanya pun menyebrangi jalan menuju Cafe."Dimana kau mengenal adikku?" tanya Sam.
"Di sebuah tempat makan, di salah satu pusat perbelanjaan. Itu juga tanpa di sengaja," jawab Leo.
"Maksudmu?" Sam, menatap tajam ke arah Leo.
Leo pun menceritakan kembali kejadian dimana ia dan Andien pertama kali bertemu. Samuel tampak mendengar dengan seksama, setiap cerita Leo. Tanpa mereka sadari, waktu telah beranjak malam dan larut. Akhirnya, mereka mengakhiri obrolan mereka dan pulang. Samuel, menawarkan untuk mengantarkan Leo pulang. Namun, Leo menolak, sebab ia membawa motornya.
"Terus awasi, anak itu. Aku yakin, dia tidak sepolos kelihatannya," perintah Samuel pada anak buahnya.
"Siapa kau, jika terbukti semuanya. Aku pastikan, kau tidak akan pernah melihat matahari terbit esok hari," gumam Samuel.
*****Andien telah menyelesaikan ujiannya, ia tinggal menunggu keputusannya yang tingga beberapa hari lagi. Ia berharap kali ini, semua saudaranya bisa hadir dan mewakili ayahnya. Andien telah menghubungi Lucas dan memintanya untuk meluangkan waktu pada saat hari kelulusannya. Andien juga telah mencoba menghubungi yang lainnya. Namun, sayangnya, mereka semuanya sedang sibuk dengan urusan masing. Tapi, Andien telah mengirim pesan untuk mereka semua, melalui Lucas.Die tempat lain, di sebuah gedung sedang di adakan pertemuan klan besar seluruh penjuru duania. Disana juga tampak hadir Fabio yang di dampingi Samuel, yang telah kembali. Fabio tampak memimpin pertemuan itu, menggantikan sosok Antonio yang telah meninggal. Dengan penuh wibawa, Fabio menjelaskan secara rinci rencana kedepannya. Ia juga tidak malu dan segan meminta pendapat yang lain, demi kenyamanan seluruh anggota klan.
Diantara banyak yang pro dengan sosok Fabio yang memimpin pertemuan kali ini. Ternyata ada juga, yang tidak menyukai dirinya. Salah satunya, Loenard. Putra mendiang Fernando, mantan pimpinan tertinggi. Ia sangat tidak menyukai Fabio dan berharap Fabio segera lengser dari jabatannya dan di gantikan dengan dirinya.
Leonard, beranggapan jika tumbangnya sanga papa, di karenakan oleh sosok Antonio yang merebut kekuasaannya. Untuk itulah, ia sangat membenci siapapun yang berkaitan dengan Antonio.
Fabio sendiri tidak masalah dengan setiap kecaman dari Leonard. Baginya, selama Leonard tidak melanggar batas privasinya, Fabio hanya akan bersikap suek dan masa bodoh. Namun, jika Loenard mulai mengusik kehidupan kelima saudaranya, terutama Andien. Maka, Fabio adalah orang pertama yang akan menyingkirkan Leonard.
Samuel tampak terperangah melihat sosok yang ada di hadapannya. Dia sangat mirip dengan seseorang yang di kenal Samuel.
"Ada apa, Sam? Kenapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Fabio.
"Dia Leonard, putranya Fernando kan?" tunjuk Samuel.
"Ya, kau benar. Mengapa, apa ada sesuatu yang salah?" tanya Fabio lagi.
"Entahlah, ini kebetulan atau apa. Tapi, wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang kemarin menolong Andien," ungkap Samuel.
"Apa?" Fabio terkejut.
"Tapi aku merasa kurang yakin. Sebab, aku baru pertama kali bertemu dengannya," lanjut Samuel lagi.
"Sam, apa mereka begitu mirip?"
"Entahlah, yang kuingat, pemuda yang kutemui kemarin memakai kaca mata dan dandanannya sedikit kampungan," ujar Samuel sambil terkekeh.
Fabio hanya menggelengkan kepalanya. Tapi, ia akan mencari tahu, siapa sosok Leo yang di ceritakan oleh Sam.
bersambung
Hari kelulusan Andien telah tiba. Ia sempat murung dan sedih. Sebab, hanya Lucas yang bisa hadir menemaninya. Setelahnya, Andien segera mengemasi barang-barangnya dan berpamitan pada sahabatnya, Clara."Sampai ketemu lagi ya," Clara memeluk erat Andien."Kamu juga, jaga diri. Jangan larak-lirik, saat di kampus," ucap Andien."Tidak akan. Aku kan, orangnya setia, Ndien," celetuk Clara membela diri."Setia? Dari siapa, emang kamu punya pacar?" tanya Andien."Siapa lagi, kalau bukan Fabio lah," sahut Clara santai.Wajah Andien seketika berubah, ada rasa kesal dalam hatinya, ketika seorang menyebut nama pemuda itu. Tapi, justru sebaliknya, Clara tahu. Jika Andien sudah sejak lama menyukai Fabio. Clara mengetahui semua seluk beluk keluarga Andien. Sebab, papa Clara adalah salah satu orang kepercayaan ayah Andien.Clara juga tahu, Fabio juga menyukai Andien. Tapi, keduanya masih malu dan enggan untuk saling jujur. Untuk itulah, Clara selalu menggo
Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya."Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka."Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien.."Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang
"Kalian akan pergi lagi?" tanya Andien, saat melihat kelima pangeran tampannya telah bersiap."Iya, Sweety," sahut Samuel."Bukannya, kita semua akan pergi ke makam ayah hari ini?" tambah Andien."Setelah pulang dari makam ayah, kami semua akan kembali," sambung Lucas."Oh," Andien berucap lirih.Kelima pemuda tampan itu tampak saling melempar pandangan, kemudian menghentikan kegiatanya, dan saling memberi kode."Luc, kau bisa gantikn aku di pertemuan kali ini?" ucap Samuel memecah kesunyian."Maafkan aku, sepertinya ada sesuatu yang aku lupakan disini dan itu harus aku selesaikan secepatnya," jawab Lucas."Kalau kalian twins?" tanya Samuel pada si kembar Andrew dan Christian.Keduanya menggelengkan kepala, dan menjawab mereka juga masih punya urusan."Bagaimana ini, Fab?" kata Samuel bingung."Sudahlah, kita putuskan untuk selesaikan masalah disini dahulu, setelah itu baru kita semua kembali," putus Fabio.
Tok ... Tok ...Ceklek!"Fab, boleh aku masuk?" tanya Andien di balik pintu.Fabio menatap sekilas dan kembali mengarahkan matanya ke depan layar. Andien perlahan mendekati Fabio dan berdiri di depan meja kerjanya."Ada apa?" tanya Fabio tanpa mengalihkan pandangannya."Apa besok kamu sibuk?" tanya Andien."Kenapa?""Aku ingin, kamu temani aku ke makam, ayah," ucap Andien."Baiklah," sahut Fabio cuek.Andien tersenyum. "Besok, sepulangnya aku dari kampus, kita akan pergi.""Ada lagi?" tanya Fabio."Aku belum makan," rengek Andien."Makanlah," ucap Fabio."Sama kamu," sahut Andien tersenyum."Aku masih sibuk, kamu makan saja dulu," balas Fabio."Aku ingin makan seperti biasa," pinta Andien manja.Fabio menarik nafas dalam. Ia tahu apa yang di maksud dengan ucapan Andien. Ia menatap Andien, kemudian beranjak dari duduknya, kemudian merangkul Andien, dan membawanya keluar. Andien tersen
Keesokan harinya, Sam dan Fabio sedang mengobrol sembari menikmati sarapannya. Andien keluar dari kamarnya dan turun. Fabio terdiam, kemudian segera menyeruput kopi pahitnya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Samuel, hanya diam memperhatikan gerak-gerik keduanya yang aneh."Selamat pagi, Sam," ucap Andien sembari tersenyum."Pagi, Sweety," balas Sam."Aku duluan," ucap Andien."Kau akan ke kampus sekarang?" tanya Sam."Ya!" sahut Andien singkat."Mark, sedang cuti hari ini. Sopir akan mengantarkan aku dan Fabio ke kantor cabang yang di luar kota. Kau akan ke kampus naik apa?" ucap Sam."Leo akan menjemputku," jawab Andien."Leo?""Ya, kau ingat dengan pemuda yang menolongku saat di mobilku di hadang itu kan?" kenang Andien."Ya, aku ingat," sahut Sam."Dia sekarang satu kampus denganku, jadi ....""Ah, baiklah. Aku mengerti." Sam menganggukkan kepalanya.Tidak lama kemudian terdeng
"Maafkan aku," ucap Andien terisak menahan tangis.Fabio menoleh dan ia melihat Andien sedang menunduk dengan tubuh bergetar, kerena menahan tangis. Ada rasa sesal di hati Fabio, ia segera menghampiri Andien dan memeluknya."Aku minta maaf, Sweety," bisik Fabio, sembari mengecup puncak kepala Andien. Tangis Andien pun pecah, saat Fabio memeluknya erat."Aku minta maaf, karena aku tidak pernah mengerti akan perasaanmu," lanjut Fabio.Andien melepas pelukannya dan menangkup wajah tampan Fabio."Tidak, tidak ada yang perlu minta maaf. Sebab, kita sama-sama bersalah dalam hal ini. Seandainya, kita bisa sama-sama saling jujur dan mengakui, mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman diantara kita," ungkap Andien."Aku memang memiliki rasa itu. Tapi, aku terlalu takut untuk mengatakannya padamu. Takut, kalau saat kau tau. Kau akan menjauhiku dan tidak mau lagi bicara padaku. Karena aku tau siapa aku," ucap Fabio lirih."Aku tidak akan pernah bisa jauh da
Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya."Aku akan keluar," seru Samuel."Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio."Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel."Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien."Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel."Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien."Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa