Beranda / Romansa / Lima Pengawal / Leo dan Leonard

Share

Leo dan Leonard

"Anda sudah siap, Nona?" tanya pengawalnya.

Andien hanya menganggukkan kepalanya. Hari ini, ia akan kembali ke asrama, untuk menyelesaikan ujian akhirnya. Semuanya telah siap, Andien pun berpamitan pada seluruh pelayan, Andien pun meninggalkan rumah dan kembali ke asrama. Andien menatap keluar jendela mobil, hingga di persimpangan jalan. Mobil yang membawa Andien, tiba-tiba berhenti karena di hadang orang tidak di kenal.

Ciiit ....

"Ada apa, Mark?" tanya Andien, meringis sembari memegang dahinya.

"Ada yang menghadang mobil kita, Nona," jawab Mark, sopir yang selalu mengantar ke manapun Andien pergi.

Mendengar itu, seketika para pengawal turun. Melihat para pengawal turun, mereka pun langsung bergegas menyerang para pengawal Andien. Perkelahian pun tidak bisa di hindari, Andien hanya diam di dalam mobil bersama Mark. Tiba-tiba, pintu mobil terbuka. Salah satu dari mereka menarik Andien keluar dan menyeretnya.

"Lepas, tolong," pekik Andien. Namun, tidak ada yang berani menolong. Mark yang bermaksud menyelamatkan Andien, harus terluka karena sabetan pisau. Andien di seret masuk ke sebuah mobil. Andien berusaha untuk melepaskan diri dan melawan mereka.

Bugh!

Andien terkejut saat sebuah pukulan menghantam kepala pria yang menyeret Andien. Andien terperangah melihat pria itu tumbang.

"Leo!" satu kata yang berhasi keluar dari mulut Andien.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Leo.

Andien hanya mengangguk.

"Cepat sembunyi, aku akan membantu pengawalmu menghalau orang-orang itu," perintah Leo.

Andien kembali mengangguk, kemudian mencari tempat aman untuk bersembunyi. Andien menutup telinganya, saat terdengar erangan dari tempat terjadinya perkelahian. Hingga akhirnya, Leo menghampiri Andien.

"Ayo keluar!" ajak Leo.

Mata Andien membulat saat melihat kondisi Leo. Pemuda itu tampak berdarah di bawah bibir dan hidungnya, serta lebam di sekitaran wajahnya.

"Kamu ..."

"Aku tidak apa-apa, ayo keluar. Semuanya sudah aman," Leo mengulurkan tangannya. Andiem menyambutnya dan keluar dari persembunyiannya.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya salah satu pengawalnya.

Andien hanya menggeleng, kemudian menoleh ke arah Leo.

"Terima kasih, anak muda. Kalau tidak ada kamu, kami pasti kewalahan melawan mereka," ucap pengawal itu pada Leo.

"Tidak masalah, sudah sepantasnya kita saling tolong menolong," jelas Leo.

"Sebaiknya, kita ke rumah sakit dulu," ucap Andien.

"Baik, Nona," sahut pengawalnya.

"Baiklah, pamit dulu," seru Leo.

"Kamu ikut bersama kami," titah Andie.

"Tidak perlu, aku bisa merawat lukaku sendiri," tolak Leo.

Namun, Andien menatap tajam ke arah Leo. Leo tidak lagi bisa menolak dan akhirnya menyerah kemudian ikut bersama Andien. 

Tiba di rumah sakit, Leo dan pengawal yang terluka mendapat perawatan.

"Terima kasih atas semuanya, aku akan langsung kembali ke tempat kerjaku," seru Leo.

"Kamu bekerja?" tanya Andien.

"Ya, di bioskop yang kamu kunjungi kemarin," jawab Leo.

Andien pun ingat, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Aku akan mengantarkanmu," seru Andien.

"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri," tolak Leo.

"Aku akan mengantarmu," Andien mengulangi kata-katanya.

Leo mendapat kode dari salah satu pengawal Andien, agar ia menurut saja pada Andien. Akhirnya, Leo pun mengangguk setuju. Andien pun mengantarkan Leo, ketempat kerjanya. Walau ia harus terlambat kembali ke asrama. Namun, semuanya telah di atasi oleh pengawalnya.

"Terima kasih, atas tumpangannya," ujar Leo yang bergegas turun dari mobil.

Andien hanya mengangguk dan tersenyum. Leo tampak bahagia, saat melihat wajah cantik Andien tersenyum. Leo pun, membalasa senyum Andien.

"Boleh aku meminta ...." Leo mengulurkan ponselnya. Berharap, Andien mau memberikannya nomor kontaknya.

"Maaf, anak muda, Nona Andian tidak memegang ponsel saat di asrama," celetuk Mark, sang sopir.

"Oh begitu," wajah Leo tampak sedikit kecewa.

"Berikan ponselmu," cetus Andien sambil mengulurkan tanganya.

Leo memberikan kembali ponselnya. Andien tampak menekan beberapa nomor. Tidak lama kemudian, ia mengembalikan ponsel milik Leo.

"Kau bisa menghubungiku, saat aku kembali ke rumah," ujar Andien.

"Baiklah," timpal Leo tersenyum senang.

"Kita pergi sekarang, Nona?" tanya Mark.

Andien menganggukkan kepalanya.

"Aku pamit," ucap Andien.

"Baiklah, hati-hati," sahut Leo. Mobil yang membawa Andien perlahan berjalan meninggalkan tempat kerja Leo.

"Andien, aku yakin, ini awal yang baik," gumam Leo.

***

Berita penyerangan terhadap Andien, sampai ke telinga Fabio dan saudaranya. Mereka begitu geram dengan perlakuan musuh, yang begitu pengecut. Hingga menyerang adik perempuan mereka. Samuel langsung terbang menemui adiknya. Ia murka dengan kelima pengawal Andien.

"Aku menggaji kalian, untuk mengawal dan menjaga adik perempuanku," seru Samuel.

"Maafkan kami, Tuan. Kami di hadang di jalan, kemudian di serang, dan jumlah mereka lebih banyak dari kami," sahut Mark sang sopir.

"Kalian adalah orang-orang terbaik pilihan kami, mengapa kalian tidak bisa melawan mereka semua?" tanya Sam.

"Maafkan kami, Tuan,"

Samuel masih tampak kesal dengan semua pengawalnya.

"Katakan padaku, siapa orang yang membantu kalian?" tanya Samuel 

"Kami tidak tau siapa dia, Tuan. Yang kami tau, dia bernama Leo dan dia seusia Nona Andien," jelas Mark.

"Leo? Leo siapa?" tanya Sam.

"Kami juga tidak tau, kelengkapan nama keluarganya. Kami hanya tau, Nona Andien memanggilnya dengan nama itu," lanjutnya.

" Cari tau tentang anak itu, aku mau tau semua tentang dia dan latar belakangnya," perintah Samuel.

"Baik, Tuan," jawaban serentak.

Samuel, segera ke asrama Andien dan menemuinya. Di asramanya, Andien tampak senang di kunjungi salah satu saudaranya. Saat ia melihat Sa, Andien langsung berlari dan memeluknya.

"Sam, aku merindukanmu," seru Andien.

"Aku juga, Sweety, bagaimana kabarmu?" tanya Samuel.

"Aku selalu baik, saat salah satu dari kalian ada bersamaku," cetus Andien.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Samuel lagi.

"Tentu saja, kau bisa lihat sendirikan?" sahut Andien.

"Syukurlah, aku khawatir sekali," ucap Sam.

"Ayo duduk," ajak Andien.

Mereka pun tampak bercengkrama dan larut dalam obrolan. Sejenak hati Samuel, terlihat tenang. Namun, ia terus mencaritahu, siapa dalang di balik kejadian kemarin dan apa motifnya. Samuel juga penasaran dengan sosok Leo. Sepulang dari mejenguk Andien, Samuel memutuskan untuk menemui Leo, di tempatnya bekerja.

Setelah dapat petunjuk dari anak buahnya, Samuel pun berhasil bertemu Leo.

"Anda mencari saya, Tuan," ucap Leo.

"Kamu, Leo?" tanya Samuel.

"Iya, saya Leo," jawab Leo.

"Aku Samuel, Kakak dari Andien," seru Sam.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Leo sopan.

"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Sam.

"Tapi, saat ini saya sedang bekerja, Tuan," jawab Leo. "Tapi, jika Tuan mau menunggu, sebentar lagi, tugas saya selesai," lanjut Leo.

"Baiklah," putus Samuel.

"Kalau begitu, saya menyelesaikan pekerjaan saya lebih dahulu," Leo pun berlalu meninggalkan Samuel.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya, Leo datang menghampiri Samule.

"Maafkan saya, Tuan, anda terpaksa menunggu saya hingga selesai bekerja," ujar Leo merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa, lagi pula aku sedang ada waktu luang," timpal Samuel.

"Baiklah, Tuan, anda ingin bicara dimana? Disini atau di tempat lain?" tanya Leo.

"Sam, panggil aku Sam," cetus Samuel.

"Tapi, Tuan?" Leo tampak merasa tidak nyaman dengan nama panggilan itu.

"Tidak apa-apa, panggila saja aku dengan apapun yang menurutmu nyaman," lanjut Samuel.

"Baiklah," jawab Leo tersenyum.

"Kita akan mengobrol di depan Cafe sana," tunjuk Samuel pada sebuah Cafe yang terletak tepat di depan tempat kerja Leo.

"Baiklah."

Keduanya pun menyebrangi jalan menuju Cafe. 

"Dimana kau mengenal adikku?" tanya Sam.

"Di sebuah tempat makan, di salah satu pusat perbelanjaan. Itu juga tanpa di sengaja," jawab Leo.

"Maksudmu?" Sam, menatap tajam ke arah Leo.

Leo pun menceritakan kembali kejadian dimana ia dan Andien pertama kali bertemu. Samuel tampak mendengar dengan seksama, setiap cerita Leo. Tanpa mereka sadari, waktu telah beranjak malam dan larut. Akhirnya, mereka mengakhiri obrolan mereka dan pulang. Samuel, menawarkan untuk mengantarkan Leo pulang. Namun, Leo menolak, sebab ia membawa motornya.

"Terus awasi, anak itu. Aku yakin, dia tidak sepolos kelihatannya," perintah Samuel pada anak buahnya.

"Siapa kau, jika terbukti semuanya. Aku pastikan, kau tidak akan pernah melihat matahari terbit esok hari," gumam Samuel.

*****

Andien telah menyelesaikan ujiannya, ia tinggal menunggu keputusannya yang tingga beberapa hari lagi. Ia berharap kali ini, semua saudaranya bisa hadir dan mewakili ayahnya. Andien telah menghubungi Lucas dan memintanya untuk meluangkan waktu pada saat hari kelulusannya. Andien juga telah mencoba menghubungi yang lainnya. Namun, sayangnya, mereka semuanya sedang sibuk dengan urusan masing. Tapi, Andien telah mengirim pesan untuk mereka semua, melalui Lucas.

Die tempat lain, di sebuah gedung sedang di adakan pertemuan klan besar seluruh penjuru duania. Disana juga tampak hadir Fabio yang di dampingi Samuel, yang telah kembali. Fabio tampak memimpin pertemuan itu, menggantikan sosok Antonio yang telah meninggal. Dengan penuh wibawa, Fabio menjelaskan secara rinci rencana kedepannya. Ia juga tidak malu dan segan meminta pendapat yang lain, demi kenyamanan seluruh anggota klan.

Diantara banyak yang pro dengan sosok Fabio yang memimpin pertemuan kali ini. Ternyata ada juga, yang tidak menyukai dirinya. Salah satunya, Loenard. Putra mendiang Fernando, mantan pimpinan tertinggi. Ia sangat tidak menyukai Fabio dan berharap  Fabio segera lengser dari jabatannya dan di gantikan dengan dirinya.

Leonard, beranggapan jika tumbangnya sanga papa, di karenakan oleh sosok Antonio yang merebut kekuasaannya. Untuk itulah, ia sangat membenci siapapun yang berkaitan dengan Antonio.

Fabio sendiri tidak masalah dengan setiap kecaman dari Leonard. Baginya, selama Leonard tidak melanggar batas privasinya, Fabio hanya akan bersikap suek dan masa bodoh. Namun, jika Loenard mulai mengusik kehidupan kelima saudaranya, terutama Andien. Maka, Fabio adalah orang pertama yang akan menyingkirkan Leonard.

Samuel tampak terperangah melihat sosok yang ada di hadapannya. Dia sangat mirip dengan seseorang yang di kenal Samuel.

"Ada apa, Sam? Kenapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Fabio.

"Dia Leonard, putranya Fernando kan?" tunjuk Samuel.

"Ya, kau benar. Mengapa, apa ada sesuatu yang salah?" tanya Fabio lagi.

"Entahlah, ini kebetulan atau apa. Tapi, wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang kemarin menolong Andien," ungkap Samuel.

"Apa?" Fabio terkejut.

"Tapi aku merasa kurang yakin. Sebab, aku baru pertama kali bertemu dengannya," lanjut Samuel lagi.

"Sam, apa mereka begitu mirip?"

"Entahlah, yang kuingat, pemuda yang kutemui kemarin memakai kaca mata dan dandanannya sedikit kampungan," ujar Samuel sambil terkekeh.

Fabio hanya menggelengkan kepalanya. Tapi, ia akan mencari tahu, siapa sosok Leo yang di ceritakan oleh Sam.

bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status