"Anda sudah siap, Nona?" tanya pengawalnya.
Andien hanya menganggukkan kepalanya. Hari ini, ia akan kembali ke asrama, untuk menyelesaikan ujian akhirnya. Semuanya telah siap, Andien pun berpamitan pada seluruh pelayan, Andien pun meninggalkan rumah dan kembali ke asrama. Andien menatap keluar jendela mobil, hingga di persimpangan jalan. Mobil yang membawa Andien, tiba-tiba berhenti karena di hadang orang tidak di kenal.
Ciiit ....
"Ada apa, Mark?" tanya Andien, meringis sembari memegang dahinya.
"Ada yang menghadang mobil kita, Nona," jawab Mark, sopir yang selalu mengantar ke manapun Andien pergi.
Mendengar itu, seketika para pengawal turun. Melihat para pengawal turun, mereka pun langsung bergegas menyerang para pengawal Andien. Perkelahian pun tidak bisa di hindari, Andien hanya diam di dalam mobil bersama Mark. Tiba-tiba, pintu mobil terbuka. Salah satu dari mereka menarik Andien keluar dan menyeretnya.
"Lepas, tolong," pekik Andien. Namun, tidak ada yang berani menolong. Mark yang bermaksud menyelamatkan Andien, harus terluka karena sabetan pisau. Andien di seret masuk ke sebuah mobil. Andien berusaha untuk melepaskan diri dan melawan mereka.
Bugh!
Andien terkejut saat sebuah pukulan menghantam kepala pria yang menyeret Andien. Andien terperangah melihat pria itu tumbang.
"Leo!" satu kata yang berhasi keluar dari mulut Andien."Kamu tidak apa-apa?" tanya Leo.
Andien hanya mengangguk.
"Cepat sembunyi, aku akan membantu pengawalmu menghalau orang-orang itu," perintah Leo.
Andien kembali mengangguk, kemudian mencari tempat aman untuk bersembunyi. Andien menutup telinganya, saat terdengar erangan dari tempat terjadinya perkelahian. Hingga akhirnya, Leo menghampiri Andien."Ayo keluar!" ajak Leo.
Mata Andien membulat saat melihat kondisi Leo. Pemuda itu tampak berdarah di bawah bibir dan hidungnya, serta lebam di sekitaran wajahnya.
"Kamu ..."
"Aku tidak apa-apa, ayo keluar. Semuanya sudah aman," Leo mengulurkan tangannya. Andiem menyambutnya dan keluar dari persembunyiannya.
"Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya salah satu pengawalnya.
Andien hanya menggeleng, kemudian menoleh ke arah Leo.
"Terima kasih, anak muda. Kalau tidak ada kamu, kami pasti kewalahan melawan mereka," ucap pengawal itu pada Leo."Tidak masalah, sudah sepantasnya kita saling tolong menolong," jelas Leo.
"Sebaiknya, kita ke rumah sakit dulu," ucap Andien.
"Baik, Nona," sahut pengawalnya.
"Baiklah, pamit dulu," seru Leo.
"Kamu ikut bersama kami," titah Andie.
"Tidak perlu, aku bisa merawat lukaku sendiri," tolak Leo.
Namun, Andien menatap tajam ke arah Leo. Leo tidak lagi bisa menolak dan akhirnya menyerah kemudian ikut bersama Andien.
Tiba di rumah sakit, Leo dan pengawal yang terluka mendapat perawatan.
"Terima kasih atas semuanya, aku akan langsung kembali ke tempat kerjaku," seru Leo.
"Kamu bekerja?" tanya Andien.
"Ya, di bioskop yang kamu kunjungi kemarin," jawab Leo.
Andien pun ingat, kemudian menganggukkan kepalanya.
"Aku akan mengantarkanmu," seru Andien."Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri," tolak Leo.
"Aku akan mengantarmu," Andien mengulangi kata-katanya.
Leo mendapat kode dari salah satu pengawal Andien, agar ia menurut saja pada Andien. Akhirnya, Leo pun mengangguk setuju. Andien pun mengantarkan Leo, ketempat kerjanya. Walau ia harus terlambat kembali ke asrama. Namun, semuanya telah di atasi oleh pengawalnya."Terima kasih, atas tumpangannya," ujar Leo yang bergegas turun dari mobil.
Andien hanya mengangguk dan tersenyum. Leo tampak bahagia, saat melihat wajah cantik Andien tersenyum. Leo pun, membalasa senyum Andien.
"Boleh aku meminta ...." Leo mengulurkan ponselnya. Berharap, Andien mau memberikannya nomor kontaknya."Maaf, anak muda, Nona Andian tidak memegang ponsel saat di asrama," celetuk Mark, sang sopir.
"Oh begitu," wajah Leo tampak sedikit kecewa.
"Berikan ponselmu," cetus Andien sambil mengulurkan tanganya.
Leo memberikan kembali ponselnya. Andien tampak menekan beberapa nomor. Tidak lama kemudian, ia mengembalikan ponsel milik Leo.
"Kau bisa menghubungiku, saat aku kembali ke rumah," ujar Andien."Baiklah," timpal Leo tersenyum senang.
"Kita pergi sekarang, Nona?" tanya Mark.
Andien menganggukkan kepalanya.
"Aku pamit," ucap Andien."Baiklah, hati-hati," sahut Leo. Mobil yang membawa Andien perlahan berjalan meninggalkan tempat kerja Leo.
"Andien, aku yakin, ini awal yang baik," gumam Leo.***
Berita penyerangan terhadap Andien, sampai ke telinga Fabio dan saudaranya. Mereka begitu geram dengan perlakuan musuh, yang begitu pengecut. Hingga menyerang adik perempuan mereka. Samuel langsung terbang menemui adiknya. Ia murka dengan kelima pengawal Andien.
"Aku menggaji kalian, untuk mengawal dan menjaga adik perempuanku," seru Samuel.
"Maafkan kami, Tuan. Kami di hadang di jalan, kemudian di serang, dan jumlah mereka lebih banyak dari kami," sahut Mark sang sopir.
"Kalian adalah orang-orang terbaik pilihan kami, mengapa kalian tidak bisa melawan mereka semua?" tanya Sam.
"Maafkan kami, Tuan,"
Samuel masih tampak kesal dengan semua pengawalnya.
"Katakan padaku, siapa orang yang membantu kalian?" tanya Samuel"Kami tidak tau siapa dia, Tuan. Yang kami tau, dia bernama Leo dan dia seusia Nona Andien," jelas Mark.
"Leo? Leo siapa?" tanya Sam.
"Kami juga tidak tau, kelengkapan nama keluarganya. Kami hanya tau, Nona Andien memanggilnya dengan nama itu," lanjutnya.
" Cari tau tentang anak itu, aku mau tau semua tentang dia dan latar belakangnya," perintah Samuel.
"Baik, Tuan," jawaban serentak.
Samuel, segera ke asrama Andien dan menemuinya. Di asramanya, Andien tampak senang di kunjungi salah satu saudaranya. Saat ia melihat Sa, Andien langsung berlari dan memeluknya.
"Sam, aku merindukanmu," seru Andien."Aku juga, Sweety, bagaimana kabarmu?" tanya Samuel.
"Aku selalu baik, saat salah satu dari kalian ada bersamaku," cetus Andien.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Samuel lagi.
"Tentu saja, kau bisa lihat sendirikan?" sahut Andien.
"Syukurlah, aku khawatir sekali," ucap Sam.
"Ayo duduk," ajak Andien.
Mereka pun tampak bercengkrama dan larut dalam obrolan. Sejenak hati Samuel, terlihat tenang. Namun, ia terus mencaritahu, siapa dalang di balik kejadian kemarin dan apa motifnya. Samuel juga penasaran dengan sosok Leo. Sepulang dari mejenguk Andien, Samuel memutuskan untuk menemui Leo, di tempatnya bekerja.
Setelah dapat petunjuk dari anak buahnya, Samuel pun berhasil bertemu Leo.
"Anda mencari saya, Tuan," ucap Leo."Kamu, Leo?" tanya Samuel.
"Iya, saya Leo," jawab Leo.
"Aku Samuel, Kakak dari Andien," seru Sam.
"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Leo sopan.
"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Sam.
"Tapi, saat ini saya sedang bekerja, Tuan," jawab Leo. "Tapi, jika Tuan mau menunggu, sebentar lagi, tugas saya selesai," lanjut Leo.
"Baiklah," putus Samuel.
"Kalau begitu, saya menyelesaikan pekerjaan saya lebih dahulu," Leo pun berlalu meninggalkan Samuel.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya, Leo datang menghampiri Samule."Maafkan saya, Tuan, anda terpaksa menunggu saya hingga selesai bekerja," ujar Leo merasa tidak enak."Tidak apa-apa, lagi pula aku sedang ada waktu luang," timpal Samuel.
"Baiklah, Tuan, anda ingin bicara dimana? Disini atau di tempat lain?" tanya Leo.
"Sam, panggil aku Sam," cetus Samuel.
"Tapi, Tuan?" Leo tampak merasa tidak nyaman dengan nama panggilan itu.
"Tidak apa-apa, panggila saja aku dengan apapun yang menurutmu nyaman," lanjut Samuel.
"Baiklah," jawab Leo tersenyum.
"Kita akan mengobrol di depan Cafe sana," tunjuk Samuel pada sebuah Cafe yang terletak tepat di depan tempat kerja Leo.
"Baiklah."
Keduanya pun menyebrangi jalan menuju Cafe."Dimana kau mengenal adikku?" tanya Sam.
"Di sebuah tempat makan, di salah satu pusat perbelanjaan. Itu juga tanpa di sengaja," jawab Leo.
"Maksudmu?" Sam, menatap tajam ke arah Leo.
Leo pun menceritakan kembali kejadian dimana ia dan Andien pertama kali bertemu. Samuel tampak mendengar dengan seksama, setiap cerita Leo. Tanpa mereka sadari, waktu telah beranjak malam dan larut. Akhirnya, mereka mengakhiri obrolan mereka dan pulang. Samuel, menawarkan untuk mengantarkan Leo pulang. Namun, Leo menolak, sebab ia membawa motornya.
"Terus awasi, anak itu. Aku yakin, dia tidak sepolos kelihatannya," perintah Samuel pada anak buahnya.
"Siapa kau, jika terbukti semuanya. Aku pastikan, kau tidak akan pernah melihat matahari terbit esok hari," gumam Samuel.
*****Andien telah menyelesaikan ujiannya, ia tinggal menunggu keputusannya yang tingga beberapa hari lagi. Ia berharap kali ini, semua saudaranya bisa hadir dan mewakili ayahnya. Andien telah menghubungi Lucas dan memintanya untuk meluangkan waktu pada saat hari kelulusannya. Andien juga telah mencoba menghubungi yang lainnya. Namun, sayangnya, mereka semuanya sedang sibuk dengan urusan masing. Tapi, Andien telah mengirim pesan untuk mereka semua, melalui Lucas.Die tempat lain, di sebuah gedung sedang di adakan pertemuan klan besar seluruh penjuru duania. Disana juga tampak hadir Fabio yang di dampingi Samuel, yang telah kembali. Fabio tampak memimpin pertemuan itu, menggantikan sosok Antonio yang telah meninggal. Dengan penuh wibawa, Fabio menjelaskan secara rinci rencana kedepannya. Ia juga tidak malu dan segan meminta pendapat yang lain, demi kenyamanan seluruh anggota klan.
Diantara banyak yang pro dengan sosok Fabio yang memimpin pertemuan kali ini. Ternyata ada juga, yang tidak menyukai dirinya. Salah satunya, Loenard. Putra mendiang Fernando, mantan pimpinan tertinggi. Ia sangat tidak menyukai Fabio dan berharap Fabio segera lengser dari jabatannya dan di gantikan dengan dirinya.
Leonard, beranggapan jika tumbangnya sanga papa, di karenakan oleh sosok Antonio yang merebut kekuasaannya. Untuk itulah, ia sangat membenci siapapun yang berkaitan dengan Antonio.
Fabio sendiri tidak masalah dengan setiap kecaman dari Leonard. Baginya, selama Leonard tidak melanggar batas privasinya, Fabio hanya akan bersikap suek dan masa bodoh. Namun, jika Loenard mulai mengusik kehidupan kelima saudaranya, terutama Andien. Maka, Fabio adalah orang pertama yang akan menyingkirkan Leonard.
Samuel tampak terperangah melihat sosok yang ada di hadapannya. Dia sangat mirip dengan seseorang yang di kenal Samuel.
"Ada apa, Sam? Kenapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Fabio.
"Dia Leonard, putranya Fernando kan?" tunjuk Samuel.
"Ya, kau benar. Mengapa, apa ada sesuatu yang salah?" tanya Fabio lagi.
"Entahlah, ini kebetulan atau apa. Tapi, wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang kemarin menolong Andien," ungkap Samuel.
"Apa?" Fabio terkejut.
"Tapi aku merasa kurang yakin. Sebab, aku baru pertama kali bertemu dengannya," lanjut Samuel lagi.
"Sam, apa mereka begitu mirip?"
"Entahlah, yang kuingat, pemuda yang kutemui kemarin memakai kaca mata dan dandanannya sedikit kampungan," ujar Samuel sambil terkekeh.
Fabio hanya menggelengkan kepalanya. Tapi, ia akan mencari tahu, siapa sosok Leo yang di ceritakan oleh Sam.
bersambung
Hari kelulusan Andien telah tiba. Ia sempat murung dan sedih. Sebab, hanya Lucas yang bisa hadir menemaninya. Setelahnya, Andien segera mengemasi barang-barangnya dan berpamitan pada sahabatnya, Clara."Sampai ketemu lagi ya," Clara memeluk erat Andien."Kamu juga, jaga diri. Jangan larak-lirik, saat di kampus," ucap Andien."Tidak akan. Aku kan, orangnya setia, Ndien," celetuk Clara membela diri."Setia? Dari siapa, emang kamu punya pacar?" tanya Andien."Siapa lagi, kalau bukan Fabio lah," sahut Clara santai.Wajah Andien seketika berubah, ada rasa kesal dalam hatinya, ketika seorang menyebut nama pemuda itu. Tapi, justru sebaliknya, Clara tahu. Jika Andien sudah sejak lama menyukai Fabio. Clara mengetahui semua seluk beluk keluarga Andien. Sebab, papa Clara adalah salah satu orang kepercayaan ayah Andien.Clara juga tahu, Fabio juga menyukai Andien. Tapi, keduanya masih malu dan enggan untuk saling jujur. Untuk itulah, Clara selalu menggo
Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya."Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka."Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien.."Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang
"Kalian akan pergi lagi?" tanya Andien, saat melihat kelima pangeran tampannya telah bersiap."Iya, Sweety," sahut Samuel."Bukannya, kita semua akan pergi ke makam ayah hari ini?" tambah Andien."Setelah pulang dari makam ayah, kami semua akan kembali," sambung Lucas."Oh," Andien berucap lirih.Kelima pemuda tampan itu tampak saling melempar pandangan, kemudian menghentikan kegiatanya, dan saling memberi kode."Luc, kau bisa gantikn aku di pertemuan kali ini?" ucap Samuel memecah kesunyian."Maafkan aku, sepertinya ada sesuatu yang aku lupakan disini dan itu harus aku selesaikan secepatnya," jawab Lucas."Kalau kalian twins?" tanya Samuel pada si kembar Andrew dan Christian.Keduanya menggelengkan kepala, dan menjawab mereka juga masih punya urusan."Bagaimana ini, Fab?" kata Samuel bingung."Sudahlah, kita putuskan untuk selesaikan masalah disini dahulu, setelah itu baru kita semua kembali," putus Fabio.
Tok ... Tok ...Ceklek!"Fab, boleh aku masuk?" tanya Andien di balik pintu.Fabio menatap sekilas dan kembali mengarahkan matanya ke depan layar. Andien perlahan mendekati Fabio dan berdiri di depan meja kerjanya."Ada apa?" tanya Fabio tanpa mengalihkan pandangannya."Apa besok kamu sibuk?" tanya Andien."Kenapa?""Aku ingin, kamu temani aku ke makam, ayah," ucap Andien."Baiklah," sahut Fabio cuek.Andien tersenyum. "Besok, sepulangnya aku dari kampus, kita akan pergi.""Ada lagi?" tanya Fabio."Aku belum makan," rengek Andien."Makanlah," ucap Fabio."Sama kamu," sahut Andien tersenyum."Aku masih sibuk, kamu makan saja dulu," balas Fabio."Aku ingin makan seperti biasa," pinta Andien manja.Fabio menarik nafas dalam. Ia tahu apa yang di maksud dengan ucapan Andien. Ia menatap Andien, kemudian beranjak dari duduknya, kemudian merangkul Andien, dan membawanya keluar. Andien tersen
Keesokan harinya, Sam dan Fabio sedang mengobrol sembari menikmati sarapannya. Andien keluar dari kamarnya dan turun. Fabio terdiam, kemudian segera menyeruput kopi pahitnya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru. Samuel, hanya diam memperhatikan gerak-gerik keduanya yang aneh."Selamat pagi, Sam," ucap Andien sembari tersenyum."Pagi, Sweety," balas Sam."Aku duluan," ucap Andien."Kau akan ke kampus sekarang?" tanya Sam."Ya!" sahut Andien singkat."Mark, sedang cuti hari ini. Sopir akan mengantarkan aku dan Fabio ke kantor cabang yang di luar kota. Kau akan ke kampus naik apa?" ucap Sam."Leo akan menjemputku," jawab Andien."Leo?""Ya, kau ingat dengan pemuda yang menolongku saat di mobilku di hadang itu kan?" kenang Andien."Ya, aku ingat," sahut Sam."Dia sekarang satu kampus denganku, jadi ....""Ah, baiklah. Aku mengerti." Sam menganggukkan kepalanya.Tidak lama kemudian terdeng
"Maafkan aku," ucap Andien terisak menahan tangis.Fabio menoleh dan ia melihat Andien sedang menunduk dengan tubuh bergetar, kerena menahan tangis. Ada rasa sesal di hati Fabio, ia segera menghampiri Andien dan memeluknya."Aku minta maaf, Sweety," bisik Fabio, sembari mengecup puncak kepala Andien. Tangis Andien pun pecah, saat Fabio memeluknya erat."Aku minta maaf, karena aku tidak pernah mengerti akan perasaanmu," lanjut Fabio.Andien melepas pelukannya dan menangkup wajah tampan Fabio."Tidak, tidak ada yang perlu minta maaf. Sebab, kita sama-sama bersalah dalam hal ini. Seandainya, kita bisa sama-sama saling jujur dan mengakui, mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman diantara kita," ungkap Andien."Aku memang memiliki rasa itu. Tapi, aku terlalu takut untuk mengatakannya padamu. Takut, kalau saat kau tau. Kau akan menjauhiku dan tidak mau lagi bicara padaku. Karena aku tau siapa aku," ucap Fabio lirih."Aku tidak akan pernah bisa jauh da
Fabio segera mengumumkan berita gembira kepada ke tiga saudaranya yang lain. Mereka begitu antusias saat mendengarnya, mereka juga turut bahagai. Sebab, mereka semua tahu, jika Fabio dan Andien sama-sama saling memendam perasaannya. Mereka berbincang bersama, saat Fabio melakukan panggilan video pada ketiga. Samuel di buat muak melihat kemesaraan yang ditunjukkan keduanya."Aku akan keluar," seru Samuel."Kau mau kemana, Sam?" tanya Fabio."Aku akan keluar, mencari udara segar," jawab Samuel."Hari telah larut, lebih baik kau istirahat dan tidur," sambung Andien."Aku tidak mau menjadi patung, yang pura-pura tidak melihat, kemesraan yang kalian tunjukkan," sindir Samuel."Kalau begitu, sebaiknya kau mencari seseorang yang mau menjadi wanitamu," sambung Andien polos.Samuel hanya terkekeh mendengar perkataan Andien."Sweety, asal kau tau. Mungkin, banyak perempuan yang menginginkan aku, tapi mereka hanya ingin sesuatu dariku. Lagi
Leonard, merasa kesal dengan semua rencananya, yang ingin memisahkan Andien dan Fabio selalu gagal. Hingga akhirnya, Leonard pun mengambil langkah. Dengan membayar seseorang, untuk membakar gudang penyimpanan senjata milik Fabio dan saudaranya.Rencana Leonar, berhasil. Fabio pun, terpaksa meninggalkan Andien. Samuel telah tiba lebih dahulu di sana. Ia menyambut Fabio dengan wajah sedikit murung."Apa yang terjadi?" tanya Fabio."Seperti yang kau lihat." jawab Samuel, mengangkat tangannya dan menunjukkan keadaan gudang mereka."Bagaimana bisa, bukannya gudang ini di jaga dengan ketat?" lanjut Fabio."Memang, tapi orang itu begitu lihai, mengelabui penjaga. Ia juga terlihat cekatan dalam melakukan tugasnya," ucap Samuel."Melakukan tugasnya?""Ya, sepertinya, dia hanya suruhan seseorang," lanjut Samuel.Fabio memicingkan matanya, menatap ke arah Samuel. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya."Leonard?" tebak Fabio."Bisa
"Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap
Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri
Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka
"Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien."Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur."Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten."Kembali ke rencana semula," jawab Leo."Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten."Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me
"Apa kau masih marah padaku?" tanya Andien.Leo memejamkan matanya, sembari mengepalkan tangannya. Ia masih marah dengan kejadian kemarin. Ia berniat menikahi Andien, untuk mendapatkan keuntungan dan balas dendam pada garis keturunan Antonio.Leo hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelahnya, ia akan menyiksa Andien dan menjadikannya tahanan untuk menekan Fabio dan saudara-saudaranya. Tapi, sekarang apa? Ia hanya mendapat barang sisa yang telah terpakai oleh musuhnya. Kini, semuanya sia-sia. Rencana yang telah di susun Leo dengan matang, harus hancur setelah ia mendapatkannya."Lee, aku minta maaf. Aku tau, aku bersalah padamu. Tidak seharusnya, aku merahasiakan ini padamu," sesal Andien."Jika, aku memaafkanmu. Apa kau bersedia ikut bersamaku, kemanapun aku pergi dan melupakan semua masa lalumu bersama Fabio?" potong Leo.Andien terdiam mendengarkan ucapan Leo."Jika kau memaafkan aku, aku berjanji. Aku akan menjadi istri yang te
Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan
Di villa Leo, semua orang sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Leo dan Andien. Andien telah berusaha untuk menolak. Tapi, keegoisan Nyonya Dience mengalahkan semuanya. Andien tidam bisa melawan. Ia hanya bisa menuruti kemauan Mamanya.Kebahagian terpancar jelas di wajah Leo, senyum selalu terkembang di wajahnya. Saking bahagianya, ia lupa dengan tujuan utamanya. Hingga sang asisten yang mengingatkannya, tujuannya.Sedangkan di kediamannya, Fabio masih uring-uringan. Sampai saat ini, ia masih belum bisa menemukan di mana tempat persembunyian Leo. Mereka telah mengerahkan seluruh anal buahnya, tapi tidak ada satupun yang berhasip menemukannya. Fabio hmapir fruztasi. Di tengah keputus asaannya. Akhirnya ia mendapat kabar, kalau salah satu anak buahnya melapor. Jika, ia berhasil membuntuti salah satu anak buah Leo dan mengikutinya hingga ke markasnya.Mereka pun segera bergerak kelokasi yang telah di katakan anak buahnya. Fabio dan yang lainnya, tiba di
Fabio memegangi pipinya. Bekas tamparan tangan Dience masih bisa ia rasakan, bahkan rasa kebencian Dience padanya juga masih sama seperti saat pertama kali Fabio bertemu dengannya."Kau tidak apa-apa, kan Fab?" tanya Andrew."Jangan hiraukan aku! Sekarang fikirkan, bagaimana nasib Sweety?" sahut Fabio."Fabio benar, kita harus memikirkan cara untuk membawa Sweety kembali ke rumah ini," sela Samuel."Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Christian."Kita datangi kediaman nyonya Dience dan kita jemput Sweety dari sana," sahut Fabio."Tapi Fab, kau tau sendiri wanita itu tidak menyukai kita. Terutama kau," ucap Lucas."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Fabio."Kau tetap disini, biarkan aku dan si kembar yang menjemput Sweety," ucap Lucas."Baiklah, terserah padamu." Fabio beranjak dan masuk ke kamarnya.****Sementara apartemen Dience, wanita itu sedang berusaha untuk membujuk Andien agar mau meni
Fabio meninggalkan kamar Andien dengan perasaan marah. Ia benar-benar kesal mendengar ucapan dari Dience. Jika, Dience bukanlah orang yang melahirkan Andien. Mungkin, saat itu juga Fabio akan memberinya pelajaran.Dience tidak hanya menghina dirinya, tapi juga saudaranya yang lain. Memang semua yang dikatakan Dience adalah benar. Tapi, setidaknya Dience seharusnya berterima kasih pada mereka berlima yang telah menjaga putri dan semua milik mendiang mantan suaminya.Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Fabio dan saudaranya untuk berbuat curang, karena ingin menguasai semuanya. Fabio juga tahu, sejak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Dience adalah orang yang secara terang-terangan menolak kehadiran Fabio.Fabio juga mengingat bagaimana, Dience menggunakan segala cara untuk mengusir Fabio dari rumah itu. Kepercayaan yang dimiliki Antonio pada Fabio, yang membuatnya bertahan dan menjadi orang kepercayaa hingga kini."Aku akan buktikan padany