Prajatista(Pragjyotisha)
Tahun 400 SM
Prajatista dan Surateleng adalah gambaran suatu negara yang makmur nan subur. Tapi bukan hanya berpenghuni manusia. tapi juga bangsa Raksasa ,walaupun dipimpin oleh dua orang setengah asura bernama Prabu BomaBomantara dan Prabu Narakasura .Putra dari Prabu Basudewa dan Dewi Mahendra. menurut kabar adik angkat Sri Khrisna dan Raden Kakrasana(Baladewa). Tapi kesuburan negara itu berubah menjadi gersang. Ketika Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura sang adik mempunyai sifat serakah. Tidak hanya suka berperang mengalahkan semua kerajaan mereka berdua mempunyai kesenangan yang sama yaitu suka main perempuan. di dalam kerajaan mereka sangat banyak sekali para selir wanita cantik. Yang sesungguhnya adalah putri Raja -raja yang mereka bunuh. Tapi meskipun begitu mereka masih tidak pernah merasa puas sebelum dapat memperbanyak selir dan istri dari para bidadari kayangan.
Salah satu Senopati Prajatista Patih Ditya Pancatyana tidak tega melihat penderitaan rakyat kedua negara itu. Dia juga tidak menyukai ulah dan perilaku Sang Raja Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara yang memeras keringat rakyatnya guna kepentingan pribadi semata.Maka secara diam-diam Dia berusaha membelot sendiri menuju Kerajaan Dwarawati guna melaporkan semua tindak -tanduk kedua adik angkat Narendra Sri Khrisna itu kepada sang kakak.Dan cerita itu berawal dari sini. Pelarian sang Patih akhirnya tercium oleh teliksandi kerajaan dan dilaporkan pada Prabu Bomabomantara. Mendengar Sang Patih membelot maka Prabu Bomabomantara memerintahkan seluruh prajurit Prajatista untuk menangkapnya Hidup atau Mati.Suara kaki berdedum seperti gempa tampak sesosok makhluk Tinggi Besar berukuran 6 kali lipat manusia dewasa berlari dan kadang melompat dengan sangat tinggi. Dialah Pancatyana menggunakan segala ajian meringankan tubuhnya guna menghindar dari kejaran Puluhan Pasukan Pemanah Prajatista. yang berada tidak jauh dibelakangnya. hujaman puluhan panah Raksasa yang sebesar dua kali lipat tombak senjata manusia melesat bertubi -tubi kadang dia bisa menghindarinya tapi juga tak sedikit yang menghujam punggungnya.Tanpa menghiraukan Rasa sakit ditubuhnya dia tetap berlari Hingga sampai akhirnya dia melihat perbatasan Dwarawati yang berupa sungai besar dan berpangkal curam yang bernama Air Terjun Grojogan sewu tanpa pikir panjang Pancatyana melompat kearah air terjun yang juga wilayah dwarawati itu dan"BOOOOMMM......!!!"terdengar suara seperti ledakan dari bawah air terjun tersebut. Seketika itu pula pengejaran oleh pasukan Prajatista berhenti Meskipun Mereka dari Bangsa raksasa tapi mereka akan berpikir dua kali untuk terjun bebas kearah bawah sana. ."Apakah dia masih hidup?"gumam salah satu Prajurit"Mustahil meskipun tubuh kita besar belum tentu juga kita bisa sampai dibawah dengan selamat. lagi pula ini sudah memasuki wilayah Dwarawati milik Narendra Khrisna"ungkap lainnya"Sekarang apa yang akan Kita lakukan?""Kalaupun Kita kembali toh kita juga jadi korban kalian sendiri tau bagaimana bengisnya Raja kita""Mau tidak mau yang penting anak dan istri kita selamat, ayo semua daripada Kita mati dicap sebagai pemberontak...!!!"ungkap salah satu pemimpin pasukan diantara mereka.langsung ikut menyusul Senopati Pancatyana melompat. .."Ayo mana semangat kalian""AAAYYYOOO...!!!!"Teriak mereka bersamaan. Akhirnya Mereka semua terjun menuju kebawah air terjun.dan terdengar suara seperti ledakan bertubi -tubi dibawah sana. .......Kaputren Dwarawati sebuah taman bunga nan indah dengan air mancur buatan yang menawan. Disertai pohon -pohon yang rindang. Tampak di sebuah pendopo guna tempat berteduh jika hujan turun dan teriknya matahari sangat sedap jika dipandang oleh mata.
Beberapa dayang -2 istana mengisi kepenatan mereka dengan bersenda gurau. Ada diantara Mereka yang bermain congklak,petak umpet sambil tertawa riang penuh kegembiraan.Tampak di dalam pendopo kaputren 4 orang Wanita berumur setengah baya sedang berbincang -bincang. Tapi keanggunan dan kecantikan mereka masih tetap terlihat meskipun kadangkala disertai sedikit guyonan nakal.Tiga diantaranya bernama Dewi Rukmini,Dewi Satyaboma dan Dewi Jembawanwati adalah istri Raja dwarawati dan satunya Dewi sembadra (Rara Ireng)yang juga istri dari Raden Janaka adalah adik bungsu sang raja. Yang melepas rasa kangen dengan ketiga kakak iparnya. Tapi seketika suasana riang itu terhenti ketika beberapa dayang berteriak ketakutan dan berlarian menuju pendopo kaputren"Ada apa Biyung?"kata Dewi Rukmini
"Mohon ma'af kanjeng permaisuri ketika kami sedang bermain tadi tiba ada darah segar menetes dan ada Raksasa berkulit kemerah -merahan bermata agak sipit dan taringnya mencuat keatas dan kebawah Gusti...HHhiiii...ngerii...!!melihatnya..."gumam Dayang berumur tua yang dipanggil Biyung itu sambil bergidik."Biar aku melihatnya,Biarkan Aku kesana..." Sang Dewi Rukmini"Jangan Gusti Kanjeng Permaisuri, Saya saja takut...!, lebih baik menunggu Kanjeng Narendra saja""Aku ikut Kakang mbok saja"jawab Dewi Satyabama dan Dewi Jembawanwati hampir bersamaan."Aku juga ikut"Dewi sembadra menimpali juga"Ayo Biyung..., Tunjukkan saja dari arah mana kamu melihat Raksasa itu?"."Jangan Kanjeng Permaisuri, Liat aduh jarik Saya basah ini..."Kata Sang Biyung sambil mengusap -usap pakaian bawahnya. "Loh memang tadi jarikmu baru dicuci trus dipakai, Memangnya tidak dijemur..?""Endak Kanjeng Permaisuri Saya ketakutan terus ngompiiooll..."jawab si Biyung sambil cengengesan. sontak membuat semua yang ada di situ tertawa cekikikan. Dewi Rukmini pun tersenyum"Yah sudah nanti aja dibahas ompolnya, Biyung..., Sekarang tunjukkan dari arah mana Biyung liat Raksasa itu?"
"Tapi saya takut kesana Kanjeng Permaisuri""Ya sudah Kita yang kesana tanpa Biyung...."tukas Dewi Sembadra"Itu Kanjeng didekat pohon beringin tempat biasanya para Abdi yang muda -mudi main petak umpet... "kata Sang Biyung sambil menunjuk ke suatu tempat. Lalu keempat Permaisuri itu beranjak ketempat yang dituju. Mereka melihat tangan yang sangat besar bercucuran darah segar. Hampir saja Dewi Satyabama dan Dewi Jembawanwati Kedua istri Narendra Dwarawati itu berteriak. Tapi dengan sigap Dewi Rukmini menutup mulut mereka."Apakah itu Kau Ngger, Adi Pancatyana?"seru Dewi Rukmini."Ngger...!? "Dewi Rukmini berseru lagi."Ngger Kau sudah besar, masa Kau tidak bisa membedakan Suara Kakang Mbokmu ini...!!" Lalu dari belakang pohon yang dimaksud itu muncul sosok Raksasa yang dimaksud. Tubuh Aditya Pancatyana yang penuh dengan luka menganga. Di dada dan dipunggungnya banyak tertancap anak panah."Apa yang terjadi padamu Ngger...?!"tanpa sadar air mata Dewi Rukmini menetes."Kaka..ng EEmmbbokk ma'afkan Aku...!!!"ungkap Aditya Pancatyana dengan suara parau sembari bersujud dihadapan Dewi Rukmini.Sang Dewi yang juga Sang Permaisuri Utama, Mengusap pipi Sang Raksasa yang sudah dianggap seperti adiknya ini.Lalu tiba-tiba tubuh Aditya Pancatyana goyah dan "Boooommm......!!"ambruk dan pingsan. Seketika itu juga keadaan menjadi panik. Semua yang berada disitu terlihat berlalu-lalang. Kecuali Dewi Rukmini, Dia tetap mengelus -elus kepala Aditya Pancatyana seperti mengelus -elus kepala sang adik. lalu diikuti oleh Dewi Satyaboma,dewi Jembawanwati berikut Dewi Sembadra mereka berempat memeluk tubuh Aditya Pancatyana.
Aditya Pancatyana membuka matanya. Dia melihat ada beberapa orang yang mengelilingi tubuhnya. Senopati Pancatyana mengenali dua orang satu diantaranya dengan pandangan yang agak samar -samar adalah pria paruh baya berpakaian mentereng laksana seorang Raja. Lengkap dengan mahkota diatas kepalanya sedangkan tangan kanannya memegang sepucuk bunga Wijayakusuma dialah sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna"Kau sudah bangun, Ternyata Dimas?"ungkapnya dengan senyum mengembang terlihat sangat bijaksana"ma'afkan Aku Dimas Pancatyana, Aku terpaksa menaruhmu di Wisma pertemuan ini sebab hanya ini tempat terluas untuk lelaki seukuranmu."Kata Sang Pria."Terimakasih Kakang Narayana"Tiba -tiba Senopati Pancatyana bangun dari pembaringannya. Berusaha memberi hormat dengan menyatukan kedua tangannya tapi Sri Khrisna berusaha menahan dengan lambaian tangan kirinya"Dimas,Kumohon jangan berusaha bangun dari pembaringan
Kayangan ekapratala tempat tinggal Batara Ekawarna dan putrinya Dewi Pratiwi. terletak di sebelah utara Gunung Jamurdipa atau Kayangan Suralaya. Tempat bersemayamnya para Dewa dan Dewi. tampak sangat indah terlihat dari kejauhan. Diselimuti oleh pohon -pohon besar dan banyak jenis tumbuhan dan hewan bermukim disana.Tiba -tiba ada sesosok bayangan seperti seekor burung Raksasa memutari kawasan hutan Ekapratala. Terlihat diatas punggung Sang burung yang besar seperti seekor Gajah.Tampak diatas punggung Sang burung duduk dua sejoli yang memadu kasih dengan mesra."Setiap hari ketika Bibi habis mandi di air terjun aku selalu menjemput Bibi..."ungkap sang Lelaki." Sitija, Kenapa Kau selalu menggodaku..?."jawab Sang Perempuan sambil menggelayutkan tangannya dan mengusap pipi laki -laki yang dipanggil Sitija itu."Karena Aku suka melihat Kecantikanmu....Bibi Yadnyawati...""Tunggu Bibiku sayang, A
Raden Sitija dan Sang Ibu memasuki Istana Ekapratala yang sangat megah. disetiap sisi pintu mulai dari gerbang istana sampai Singgasana utama Kerajaan yang dijaga oleh para Yaksa. Para Yaksa adalah Raksasa pasukan Batara Kuwera yang memang ditugaskan mengamankan seluruh Kayangan di jagat raya. Mereka selalu menyatukan kedua tangannya tanda menghormat kepada setiap tamu ataupun Keluarga kerajaan. Akhirnya Sang Ibu dan Raden Sitija sampai di aula utama. Tampak jelas Batara Ekawarna duduk di kursi singgasananya yang berhias banyak batu mulia berikut juga tahtanya. sementara Sang Ayah Sri Narendra Khrisna duduk di kursi kehormatan sebelah kiri Sang Batara. Sang Ibupun menyusul duduk disebelah Sang Ayah. Lalu Raden Sitijapun berlutut sembari menghormat."Ngger, Apakah Kau tahu, mengapa Angger dipanggil kemari? "kata Sang Batara mengawali pembicaraan dengan Cucu kesa
Tubuh Raden Sitija yang terbungkus lapisan es mengambang di antariksa. Lapisan es itu semakin menebal dan menebal. Raden Wisanggeni,Raden Wisangkantha,Raden Antasena dan Srenggini segera menyusul tubuh itu. Raden Wisanggeni melaju lebih dulu mendorong gulungan es dengan kecepatan tinggi melewati planet -planet mendekatkannya kearah Matahari. Lalu tiba -tiba Raden Wisanggeni pun melepaskan perlahan -lahan tubuh Raden Sitija kearah Matahari dan Dia menyatukan kembali kedua tangannya. Seketika itu juga tubuhnya membesar dan terus membesar melebihi Matahari. Raden Wisanggeni membentuk dirinya menjadi Raksasa terbesar bermata menyala -nyala laksana obor.berambut api, bertaring dan berkuku bara yang mencuat dengan lahar sebagai liurnya yang bernama Dahana Geni. Dahana Geni pun memungut gumpalan es yang didalamnya terdapat tubuh Raden Siti
Istal kayangan ekapratala tampak ramai tampak enam pemuda diantaranya Raden Sitija, Raden Guritno, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Srenggini dan Raden Antasena. Mereka bercengkrama dan terdengar tawa riang. Kadang celetukan lucu yang diucapkan Raden Antasena dan Raden Srenggini membuat mereka tergelak terpingkal -pingkal, kecuali Raden Wisanggeni yang hanya tersenyum -senyum. Lalu Raden Antasena pun bercerita bagaimana dia dulu dan Raden Wisanggeni mengobrak -abrik Kayangan Suralaya. Dengan sedikit didramatisir sa'at mereka berdua mengejar Batara Guru yang katanya sampai kencing dijariknya. Seketika gelak tawa pun berderai tanpa henti. Sampai Raden Srenggini yang linglung ditanya sama Sang Rama Werkudara."Sepertinya Aku harus pamit istirahat dulu"kata Raden Guritno."Kenapa Kakang ini kan masih sore.?"Tanya Raden Antasena."Aku belum menidurkan Sashikirana dan Arya kaca "sambungnya"Lama Aku tidak
Hari ini adalah kebahagiaan di Ekapratala. Kayangan Ekapratala sedang mengadakan pesta besar. mengundang para Dewa, Dewi,Yaksa, para Apsara dan Apsari. Hari dimana cucu Batara Ekawarna melepas masa lajangnya bersama seorang Apsari. Mereka datang mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang ada dipelaminan. Ditengah tengah para undangan ada hal yang membikin semua Dewa tertawa. Yaitu ketika Dewi Urwasi Apsari tercantik didekati lalu digoda oleh Raden Antasena dan Raden Srenggini"Hei cantik, Kamu nggak mau seperti mereka berdua? ""Mau tapi nggak sama Kamu""Lho...loh...loh...loh...padahal Aku ini ganteng putra Orang gagah, bapakku Raden Werkudara lo...""Memangnya kenapa kalo Kamu anaknya Werkudara. Terus Aku heran gitu sama Kamu jangan gedhe rasa ya Kamu.....""Wuiihhhh...,ketusnya, tambah cantik kalo Kamu marah"kata Raden Antasena sambil mencoba mencubit pipi Dewi Urwasi.Tapi den
Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati akan meminta restu kepada Istri -Istri Sri Khrisna yang berada di Dwarawati. Mereka berdua akan ikut Sang Rama. ditemani oleh Raden Guritno, Raden Eisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini nanti mereka akan berpisah menuju kearah Tunggurana guna ikut membantu pembangunan istana Trajutrisna."Kanjeng Ibu dan Eyang Kakung aku pamit......"kata Raden Sitija sambil bersimpuh kepada Ibu dan Kakeknya diikuti oleh Sang Istri. Sang Kakek pun menepuk pundak kedua pasangan itu."Tunggu Ngger. .!!""seru Sang Ibu"Bawalah Pusaka Bunga Wijayamulya ini bersamamu....."kata Sang Ibu menyerahkan Pusaka berbentuk bunga pada Raden Sitija. Raden Sitija pun menerima pemberian Sang Ibu sambil bersimpuh."Terima kasih Kanjeng Ibu...""Pusaka itu bisa menghidupkan yang mati baik hewan, raksasa ataupun manusia....jaga dan pergunakanlah dengan ketulusan hatimu. Dan jika kau membutuhkan sesuatu pa
Pagi itu Raden Sitija dan Sang Narendra Khrisna akan berangkat menuju arah Tunggurana.Raden Sitija memasang tali kekang Wilmuna dan Sang Narendra berpamitan pada para Istri, Menantu dan Putrinya. Ketika Raden Sitija sibuk Sang Istri Dewi Yadnyawati pun mendekati Sang Suami."Kanda.....""Iya Dinda........"kata Raden Sitija setelah selesai memasang tali kekang kemudian merangkul pinggang Sang Istri."Pakailah kalung ini yang mungkin akan membawa semangat untukmu agar cepat kembali padaku....."kata Dewi Yadnyawati melepas kalung dilehernya yang sedikit jenjang lalu dipasangkan keleher Sang Suami.Kalung berhias dan bermata batu permata yang indah."Bukankah ini kalung yang diberikan oleh Batara Guru ketika Kamu masih menjadi Apsari. ...Dinda "jawab Raden Sitija sambil menimang kalung pemberian Sang Istri. ."Iya Kalung para Apsari....."kata Istrinya"Baiklah.....akan Aku pakai terus...s