Beranda / Fantasi / Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir) / Terbentuknya Trajutrisna. Part 2

Share

Terbentuknya Trajutrisna. Part 2

              Pagi itu Raden Sitija dan Sang Narendra Khrisna akan berangkat menuju arah Tunggurana.Raden  Sitija memasang tali kekang Wilmuna dan Sang Narendra berpamitan pada para Istri, Menantu dan Putrinya. Ketika Raden Sitija sibuk Sang Istri Dewi Yadnyawati pun mendekati Sang Suami.

"Kanda....."

"Iya Dinda........"kata Raden Sitija setelah selesai memasang tali kekang kemudian merangkul pinggang Sang Istri.

"Pakailah kalung ini yang mungkin akan membawa semangat untukmu agar cepat kembali padaku....."kata Dewi Yadnyawati melepas kalung dilehernya yang sedikit jenjang lalu dipasangkan keleher Sang Suami.

Kalung berhias dan bermata batu permata yang indah.

"Bukankah ini kalung yang diberikan oleh Batara Guru ketika Kamu masih menjadi Apsari. ...Dinda "jawab Raden Sitija sambil menimang kalung pemberian Sang Istri. .

"Iya Kalung para Apsari....."kata Istrinya

"Baiklah.....akan Aku pakai terus...sebagai perwujudan cintaku kepadamu "kata Raden Sitija lalu memeluk tubuh dan kemudian mencium kening sang istri dengan lembut.

"Ayo Ngger ma'afkan Ramamu ini harus mengganggu kemesraan kalian. "kata Sang Narendra yang tiba -tiba berada diantara mereka berdua dengan mengusap punggung keduanya.

Dewi Yadnyawati pun melepaskan pelukannya dan dibelakangnya sudah berdiri Sang Adik Dewi Sundari yang kemudian merengkuh lengan Kakang Mboknya

"Hati -hati Kakang......."sahut Dewi Sundari kepada Kakak kandungnya.

Raden Sitija pun menaiki Wilmuna. memegang kekangnya sembari menarik untuk terbang

"AYO.........WILMUNA........!!"

            Burung Elang raksasa itu segera mengepakkan sayapnya sambil mengeluarkan suara melengking. Kemudian Terbang mengambang diudara.RadenSitija menyatukan kedua tangannya pada semua yang berada disitu. Lalu dengan sedikit hentakan Wilmuna membalikkan badannya dan melesat menuju keatas awan.Sementara Sang Narendra menghamparkan Cakranya kemudian menaikinya.

              Suara Senjata Cakrasudarsana berdengung seperti suara ribuan tawon. senjata berbentuk roda bergerigi itu juga terbang mengambang di udara. Sang Narendra melambaikan tangannyadan terbang melesat menyusul Wilmuna dan Raden Sitija. Wilayah Tunggurana adalah daerah kerajaan Wirata. Pembangunan istana Trajutrisna sudah dimulai.

               Para prajurit Kerajaan Pringgodani dan Para Rakyat dari seluruh sekutu Dwarawati saling ikut bergotong royong dalam pembangunan Kerajaan baru. Kerajaan yang megah dan indah.Raden Sitija dan Sang Ayah Narendra Khrisna telah sampai di halaman istana. Disambut oleh Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha

"Lama tidak berjumpa dengan angger Sitija"kata Aditya Pancatyana sambil menyatukan tangannya sembari menghormat diikuti oleh Patih Prabakesha.Raden Sitija pun membalas hormat mereka berdua.

"Terima kasih Paman Pancatyana.dan Paman Prabakesha...."

"Mari Angger, Suatu sa'at ini adalah wilayahmu juga "

"Maksud para Paman apa...?"

"Ini wilayah semua orang Paman....."jawab Raden Sitija.

"Ini juga kepunyaan Paman semua. Bolehkah Kita masuk kedalam dan membahas masalah Istana ini..."Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha pun mempersilakan Raden Sitija dengan membungkuk dan mengacungkan jempol tangannya. Tapi tiba -tiba Raden Sitija memberi tanda dengan tangannya seraya menghormat.

"Paman berdua jangan terlalu berlebihan Aku ini keponakanmu...bukan Rajamu Paman...mungkin Paman Prabakesha adalah Mahasenopati Adi Guritno.Aku ini bukan siapa -siapa Paman. Disini Aku hanya keponakan kalian. Jadi berdirilah sepantasnya Aku yang muda yang berperilaku menghormat pada Paman berdua."

"Baiklah Ngger. ...Ayo Kita masuk ke dalam istana ini"

              Raden Sitija mempersilakan kedua Paman Raksasanya beranjak dari tempat itu. Diikuti olehnya  dan Sang Ayah Narendra Khrisna yang hanya tersenyum melihat kelakuan putra sulungnya ini. Aditya Pancatyana pun duduk bersila diikuti oleh Patih  Prabakesha. Lalu Patih Prabakesha mengeluarkan sebuah gulungan yang terbuat dari kulit sapi kemudian Ia membukanya terlihat gambar gambar seperti sebuah denah kerajaan. Raden Sitija dan narendra khrisna pun mendekati gulungan kulit itu.

"Begini ngger.....ini adalah sekat -sekat ruangan di istana ini..."kata Patih Prabakesha

"Paman wilayah ini dekat dengan Petilasan dan Pertapaan Gandamadana kan....?"tanya Raden  Sitija.

"Iya Ngger ada apa...?"

"Padahal Aku melihat ketika  menunggangi Wilmuna dari atas, kenapa Gandamadana tidak terjangkau oleh Istana ini? "

"Jika itu yang Angger inginkan Kita akan menyatukan Istana ini dengan gandamadana...."kata Prabakesha

"Aku meminta kepada Paman-paman agar menutupi wilayah Tunggurana dan Gandamadana dengan tembok Istana ini "kata Raden Sitija.

"Baiklah Angger. ....Kami akan usahakan...."kata Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha. 

"Terima Kasih Paman....."kata Raden  Sitija sembari menyatukan tangannya kembali dengan menunduk.

               Lalu Patih  Prabakesha dan Aditya Pancatyana pun beranjak dari tempat itu Setelah membalas hormat.

"Kenapa Angger punya pemikiran untuk menembok Gandamadana dan Tunggurana menjadi satu dengan Istana ini..."kata Sang Ayah

"Kanjeng Rama...ma'afkan Aku.Aku hanya ingin wilayah keasrian  Tunggurana dan Petilasan Para Eyang yang berada di Gandamadana tidak rusak ketika  perang dengan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara terjadi.,Nanti.."

Sri Khrisna tersenyum melihat kebijaksanaan Sang putra.

"Aku bangga Ngger terhadapmu Kamu memiliki sifat dan wujud Bhumi....Kamu sangat mirip Ibundamu...."kata Sang Narendra sambil menepuk lengan kekar putranya.

"Sebentar lagi Kakangmu Raden Wisata,dan Raden Wilmuka akan datang. ..beserta adikmu, Gunadewa dan Samba....Kita akan menunggu di pendopo pertemuan istana ini. .."

"Baik Kanjeng Rama......."

"Ngger kemarin telik sandi Kita mengatakan 14hari lagi  akan ada acara lamaran dan arak -arak an menuju Giyantipura, yang dipimpin oleh Senopati Kismaka anak dari Narakasura beserta Prabu Bomabomantara guna melamar putri semata wayang Prabu Krentang Yana.  Prabu Krentang Yana dulunya adalah patih dari Prabu SriDewa yang juga mertua dari pamanmu Raden Werkudara dengan almarhum bibimu Sri Giyanti. ada desas -desus yang menyatakan bahwa Prabu SriDewa dibunuh dengan Putrinya akibat kudeta yang dilancarkan oleh Krentang Yana waktu itu. untung saja Adikmu Pancasena sudah dititipkan pada Resi Ramabargawa.  Jika pamanmu Raden Werkudara sampai tahu tentu Dia akan memburunya, tujuan mereka untuk menikahkan Bomabomantara dengan putri Krentang Yana yaitu Hyangyanawati. ..Apa pendapatmu. ..?. "

"Apakah tempat arak-arakan itu tidak jauh dari sini Kanjeng Rama?  "

"Dipinggir suatu wilayah Surateleng....bersebelahan dengan Wana Gowasiluman...Ngger, Apakah Kau punya pendapat Ngger?.."

"Mungkin akan lebih baik jika nanti Kita berkumpul semuanya Kanjeng Rama....."

"Baiklah mungkin nanti atau besok  Kita akan  bahas masalah ini "

...................................

                 Tak terasa hari menjelang senja ketika Sang Surya kembali keperaduannya. Para Raksasa dan Penduduk Tunggurana dan banyak pasukan lain pun beristirahat. Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha tampak duduk diatas batu besar sambil menghangatkan badan ditengah api unggun. Dan  memakan  Rusa bakar utuh kesukaannya. Tiba -tiba Raden Sitija muncul dihadapan mereka. Mereka pun segera melepas makanannya  sebentar. seraya menghormat dan dibalas Raden Sitija sembari memberikan tanda mempersilakan. Raden Sitija pun menunggu sampai mereka melahap semuanya.

"Angger Sitija ma'afkan. .Kita tadi berburu rusa hutan, Rusa hutan disini sangat besar -besar. ..hampir sebesar sapi. ... "kata Aditya Pancatyana. ..

"Tadi ada enam ekor yang Kita tangkap, Kita bagi 2buat Kakang Prabakesha,1buat Wilmuna,1buat Wildata,Dan 2buat. ...."Aditya Pancatyana menunjuk dirinya sendiri sambil memukul pelan dadanya.Raden Sitija cuma tersenyum sambil duduk bersila di depan kedua Paman raksasanya itu.

"Apakah di dalam istana sangat dingin Ngger...?"

kata Patih Prabakesha. 

"Tidak Paman Patih dan Paman Aditya. ....aku ingin jalan - jalan saja......"

"Apakah Aku juga boleh ikut bergabung......"tiba -tiba muncul suara yang tidak asing ditelinga Raden Sitija

"Kalau mau bergabung turun saja. ...hei..bangsat Guritno......"kata Raden  Sitija sedikit berteriak

sontak saja Patih Prabakesha pun tersenyum melihat ulah kedua ponakannya itu.

"Tidak jadi....Paman -paman kumpul dengan  Bajingan ini teruskan saja Aku mau masuk ke dalam istana saja.."kata Raden Guritno seketika berlalu.

"Bocah edaaannnnn.........!!"kata Raden Sitija nyaring.

"Dia kalo bertemu denganku mesti begitu..Paman...awas ada Pamanku disini...."kata Raden Guritno sambil menunjuk Raden Sitija. mengadu sama Patih Prabakesha.

"Eh.....disini juga ada Pamanku....."balas Raden Sitija juga menunjuk Aditya Pancatyana. ....

"Hhhhh......capek aku punya Kakang sebajingan Kamu......"kata Raden  Guritno sambil menepuk dahinya.

"Sama Bangsat......Aku juga lelah punya Adik seperti Kamu......"kata Raden Sitija sambil tersenyum.kemudian tawa pun meledak diantara mereka berempat.

Kemudian Raden Sitija dan Raden Guritno pun saling berangkulan.

"Ma'af baru bisa datang Kakang......"

"Iya apakah Kamu tidak lapar Bangsat...Guritno..."

"Tidak Bajingan.....Sitija...."

"Besok senja akan ada pasukan dari Jangkarbumi,Kisinarmada dan Daksinageni ....Mereka bersedia membantu Kita Kakang.....membangun istana...ini...."

"Berarti Adi Antareja,Adi Antasena,Adi Srenggini,Adi Wisanggeni dan Adi Wisangkantha akan kemari..?."

Raden Guritno hanya mengangguk. ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status