Pagi itu Raden Sitija dan Sang Narendra Khrisna akan berangkat menuju arah Tunggurana.Raden Sitija memasang tali kekang Wilmuna dan Sang Narendra berpamitan pada para Istri, Menantu dan Putrinya. Ketika Raden Sitija sibuk Sang Istri Dewi Yadnyawati pun mendekati Sang Suami.
"Kanda.....""Iya Dinda........"kata Raden Sitija setelah selesai memasang tali kekang kemudian merangkul pinggang Sang Istri."Pakailah kalung ini yang mungkin akan membawa semangat untukmu agar cepat kembali padaku....."kata Dewi Yadnyawati melepas kalung dilehernya yang sedikit jenjang lalu dipasangkan keleher Sang Suami.Kalung berhias dan bermata batu permata yang indah."Bukankah ini kalung yang diberikan oleh Batara Guru ketika Kamu masih menjadi Apsari. ...Dinda "jawab Raden Sitija sambil menimang kalung pemberian Sang Istri. ."Iya Kalung para Apsari....."kata Istrinya"Baiklah.....akan Aku pakai terus...sebagai perwujudan cintaku kepadamu "kata Raden Sitija lalu memeluk tubuh dan kemudian mencium kening sang istri dengan lembut."Ayo Ngger ma'afkan Ramamu ini harus mengganggu kemesraan kalian. "kata Sang Narendra yang tiba -tiba berada diantara mereka berdua dengan mengusap punggung keduanya.Dewi Yadnyawati pun melepaskan pelukannya dan dibelakangnya sudah berdiri Sang Adik Dewi Sundari yang kemudian merengkuh lengan Kakang Mboknya"Hati -hati Kakang......."sahut Dewi Sundari kepada Kakak kandungnya.Raden Sitija pun menaiki Wilmuna. memegang kekangnya sembari menarik untuk terbang"AYO.........WILMUNA........!!" Burung Elang raksasa itu segera mengepakkan sayapnya sambil mengeluarkan suara melengking. Kemudian Terbang mengambang diudara.RadenSitija menyatukan kedua tangannya pada semua yang berada disitu. Lalu dengan sedikit hentakan Wilmuna membalikkan badannya dan melesat menuju keatas awan.Sementara Sang Narendra menghamparkan Cakranya kemudian menaikinya.Suara Senjata Cakrasudarsana berdengung seperti suara ribuan tawon. senjata berbentuk roda bergerigi itu juga terbang mengambang di udara. Sang Narendra melambaikan tangannyadan terbang melesat menyusul Wilmuna dan Raden Sitija. Wilayah Tunggurana adalah daerah kerajaan Wirata. Pembangunan istana Trajutrisna sudah dimulai.
Para prajurit Kerajaan Pringgodani dan Para Rakyat dari seluruh sekutu Dwarawati saling ikut bergotong royong dalam pembangunan Kerajaan baru. Kerajaan yang megah dan indah.Raden Sitija dan Sang Ayah Narendra Khrisna telah sampai di halaman istana. Disambut oleh Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha
"Lama tidak berjumpa dengan angger Sitija"kata Aditya Pancatyana sambil menyatukan tangannya sembari menghormat diikuti oleh Patih Prabakesha.Raden Sitija pun membalas hormat mereka berdua."Terima kasih Paman Pancatyana.dan Paman Prabakesha....""Mari Angger, Suatu sa'at ini adalah wilayahmu juga ""Maksud para Paman apa...?""Ini wilayah semua orang Paman....."jawab Raden Sitija."Ini juga kepunyaan Paman semua. Bolehkah Kita masuk kedalam dan membahas masalah Istana ini..."Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha pun mempersilakan Raden Sitija dengan membungkuk dan mengacungkan jempol tangannya. Tapi tiba -tiba Raden Sitija memberi tanda dengan tangannya seraya menghormat."Paman berdua jangan terlalu berlebihan Aku ini keponakanmu...bukan Rajamu Paman...mungkin Paman Prabakesha adalah Mahasenopati Adi Guritno.Aku ini bukan siapa -siapa Paman. Disini Aku hanya keponakan kalian. Jadi berdirilah sepantasnya Aku yang muda yang berperilaku menghormat pada Paman berdua.""Baiklah Ngger. ...Ayo Kita masuk ke dalam istana ini" Raden Sitija mempersilakan kedua Paman Raksasanya beranjak dari tempat itu. Diikuti olehnya dan Sang Ayah Narendra Khrisna yang hanya tersenyum melihat kelakuan putra sulungnya ini. Aditya Pancatyana pun duduk bersila diikuti oleh Patih Prabakesha. Lalu Patih Prabakesha mengeluarkan sebuah gulungan yang terbuat dari kulit sapi kemudian Ia membukanya terlihat gambar gambar seperti sebuah denah kerajaan. Raden Sitija dan narendra khrisna pun mendekati gulungan kulit itu."Begini ngger.....ini adalah sekat -sekat ruangan di istana ini..."kata Patih Prabakesha"Paman wilayah ini dekat dengan Petilasan dan Pertapaan Gandamadana kan....?"tanya Raden Sitija."Iya Ngger ada apa...?""Padahal Aku melihat ketika menunggangi Wilmuna dari atas, kenapa Gandamadana tidak terjangkau oleh Istana ini? ""Jika itu yang Angger inginkan Kita akan menyatukan Istana ini dengan gandamadana...."kata Prabakesha"Aku meminta kepada Paman-paman agar menutupi wilayah Tunggurana dan Gandamadana dengan tembok Istana ini "kata Raden Sitija."Baiklah Angger. ....Kami akan usahakan...."kata Aditya Pancatyana dan Patih Prabakesha. "Terima Kasih Paman....."kata Raden Sitija sembari menyatukan tangannya kembali dengan menunduk. Lalu Patih Prabakesha dan Aditya Pancatyana pun beranjak dari tempat itu Setelah membalas hormat."Kenapa Angger punya pemikiran untuk menembok Gandamadana dan Tunggurana menjadi satu dengan Istana ini..."kata Sang Ayah"Kanjeng Rama...ma'afkan Aku.Aku hanya ingin wilayah keasrian Tunggurana dan Petilasan Para Eyang yang berada di Gandamadana tidak rusak ketika perang dengan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara terjadi.,Nanti.."Sri Khrisna tersenyum melihat kebijaksanaan Sang putra."Aku bangga Ngger terhadapmu Kamu memiliki sifat dan wujud Bhumi....Kamu sangat mirip Ibundamu...."kata Sang Narendra sambil menepuk lengan kekar putranya."Sebentar lagi Kakangmu Raden Wisata,dan Raden Wilmuka akan datang. ..beserta adikmu, Gunadewa dan Samba....Kita akan menunggu di pendopo pertemuan istana ini. ..""Baik Kanjeng Rama.......""Ngger kemarin telik sandi Kita mengatakan 14hari lagi akan ada acara lamaran dan arak -arak an menuju Giyantipura, yang dipimpin oleh Senopati Kismaka anak dari Narakasura beserta Prabu Bomabomantara guna melamar putri semata wayang Prabu Krentang Yana. Prabu Krentang Yana dulunya adalah patih dari Prabu SriDewa yang juga mertua dari pamanmu Raden Werkudara dengan almarhum bibimu Sri Giyanti. ada desas -desus yang menyatakan bahwa Prabu SriDewa dibunuh dengan Putrinya akibat kudeta yang dilancarkan oleh Krentang Yana waktu itu. untung saja Adikmu Pancasena sudah dititipkan pada Resi Ramabargawa. Jika pamanmu Raden Werkudara sampai tahu tentu Dia akan memburunya, tujuan mereka untuk menikahkan Bomabomantara dengan putri Krentang Yana yaitu Hyangyanawati. ..Apa pendapatmu. ..?. ""Apakah tempat arak-arakan itu tidak jauh dari sini Kanjeng Rama? ""Dipinggir suatu wilayah Surateleng....bersebelahan dengan Wana Gowasiluman...Ngger, Apakah Kau punya pendapat Ngger?..""Mungkin akan lebih baik jika nanti Kita berkumpul semuanya Kanjeng Rama.....""Baiklah mungkin nanti atau besok Kita akan bahas masalah ini "...................................
Gatotkaca atau Raden Guritno segera berpamitan kepada Sang Kakak sepupunya dan kedua Pamannya.Seperti biasa dia berkeliling mengawasi bagian -bagian yang dianggap rawan di istana."Aku mau bertanya satu hal pada Paman Prabakesha.....?boleh Paman.....!?""Apa itu Ngger.......?""Kenapa Pasukan Pringgodani memakai pakaian serba hitam dan ada LambangBintang terpampang di dadanya?""Ini adalah lambang Candradimuka,Ngger.....Lambang penerang kehidupan bagi semua makhluk di Arcapada.....""Apakah berhubungan dengan Batara Surya. ..?..""Benar sebenarnya Lambang Candradimuka sebagai identitas para Pasukan Dewa. Ngger Sitija.,Diantara pasukan-pasukan Dewa....ada Lima yang sangat disegani di Arcapada ini.Mereka dijagokan Para Dewa untuk menghalau serangan -serangan Asura jahat....dari Wangsa Denawa....selain Pasukan para Yaksa....."Raden Sitija pun mengangguk.mendengar cerita Patih Prabakesha."Yan
Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha."Apakah Engkau lelah, Ngger...?..""Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. ."Aku Ingin dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija."Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya."Aku mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi
Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura."Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Me
Wirata, Mandura dan Dwarawati sedang berduka.Kehilangan dua sosok Pemuda gagah. Raden Wisata dan Raden Arya Gunadewa. Prabu Baladewa merenung tidak habis pikir sambil terus menggeleng -gelengkan kepalanya. Dia melihat sendiri putra dan keponakannya berusaha melindunginya dari usaha penculikan terhadap Patih Kismaka.Tapi nasib berkehendak lain,Sang Putra dan Keponakannya harus meregang nyawa di tangan Prabu Bomabomantara. Raden Guritno yang juga berada disitu masih menunggui mayat kedua Kakak sepupunya.Menunggu Sampai Nang narendra Khrisna datang.Hanya Sang Narayana saja yang bisa diharapkan guna menghidupkan mereka kembali.Kemudian Mereka dikejutkan oleh suara lengkingan Burung elang raksasa yang baru mendarat di halaman Istana Wirata. Raden Sitija dan Wilmuna tiba disitu dan langsung menghormat pada uwaknya Prabu Baladewa.
Raden Sitija menuju arah gandamadana. petilasan para leluhur sang ayah Sri Narendra Khrisna. Dia berangkat bersama Sang ayah pagi ini."Ngger apakah kau sudah siapkan ubarampenya...?.""Sudah kanjeng rama.....""Kita akan berkuda saja,Menuju kearah Gandamadana karena letaknya tidak cukup jauh...."Kata Sang Narendra Khrisna pada Putranya. Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Para Abdi dalem mempersiapkan kuda -kuda istana mereka memasangkan pelana dan tali kekangnya."Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran butuh penunjuk jalan...."kata Seorang Abdi dalem sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua tangannya."Tidak perlu Paman,Kami tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.silahkan Pam
Pemandangan Wana Goasiluman ketika siang dan malam sangat indah pohon -pohon rindang bertebaran. Satwa -satwa liar ketika siang mencari sumber kehidupan baik makan dan minum yang disediakan oleh alam. walaupun banyak bahaya tak terlihat berada di dalamnya. Raden Sitija,Senopati Prabakhesa,Aditya Pancatyana dan rombongan pasukan Pringgondani sudah berada di dalam wana. banyak kabut menghalangi pandangan hampir menutupi penglihatan mereka."Berhentiii....."kata Patih Prabakesha memberikan isyarat dengan tangannya."Aku akan mencari pohon besar dan melihat dari atas....,harusnya Kita sudah Sampai di Goa Siluman...."sambung Aditya Pancatyana."Paman.,......apakah Paman -paman semua bisa mengguanakan ajian meringankan tubuh....?"Tanya Raden Sitija pada rombongan pasukan pringgondani"Bisa. ....Sinuwun..."kata semuanya."Kalau begitu Aku dan Wilmuna akan kea
Pagi itu Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para pekerja bangunan istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi pembangunannya akan segera rampung. Raden Sitija dan Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Patih Prabakesha beserta Aditya Pancatyana, Aditya anchakagra, Aditya Yayahgriwa, Aditya Maudara dan tak ketinggalan Aditya Amisundha."Sebentar lagi Trajutrisna akan selesai Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija.Sang ayahpun tersenyum sambil menepuk bahu sang putra."Padahal waktunya lebih cepat dari yang dibayangkan...."kata Patih Prabakesha."Ini masih hari ke enam puluh,Kita beruntung punya Saudara -saudara yang mau membantu Kita..."Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka."Ada apa Adi.....?"Tanya Raden Sitija."Kakang menurut Teliksandi jangkarbumi. Dalam jangka enam hari Kita akan mendapatkan sera
Jutaan Pasukan dari berbagai kerajaan sekutu dari berbagai bangsa.baik manusia,bangsa Raksasa,bangsa Siluman ular,Siluman air dan para penunggang naga mulai bersiap -siap menyambut kedatangan serangan balasan yang akan dilancarkan kearah Trajutrisna. Raden Sitija, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Antasena dan Raden Srenggini memohon pamit pada para Ayah mereka. yaitu Sri Narendra Khrisna, Raden Janaka dan Raden Werkudara di balairung istana Trajutrisna."Apakah ada yang bisa Aku suruh lagi mendampingi kalian, Ngger....? "kata Sri Khrisna pada Putra dan para Keponakannya."Kalau boleh Hamba meminta Adi prabakusuma dan Adi Wilugangga untuk ikut dijajaran depan bersama Kami Kanjeng Rama..."kata Raden Sitija."Aku disini Kakang..!."kata salah satu Ksatria keluar dari barisan pemanah. "Aku juga,ada disini,Kakang..!"Ada suara lain dan ada satu lagi sosok ksatria yang keluar d