Raden Sitija (Bhoma) Memenuhi Undangan Keempat Mahasenapati Jagad diatas Langit Tengguru (Alang-alang Kumitir/Galaksi Antariksa).Kedatangannya Setelah Ribuan Tahun Berlalu Disambut oleh Keempat Adik Sepupunya. Mahasenapati Wisanggeni, Mahasenapati Wisangkantha, Mahasenapati Antasena dan Mahasenapati Arya Srenggini. "Sugeng Rawuh(Bahasa jawa:Selamat datang)…,Kakang Sitija…!"Sambut Raden Wisangkhanta tersenyum Kearah Kakak Sepupunya dengan menundukkan kepala dan menyatukan kedua telapak tangannya.Sedangkan Raden Wisanggeni, Raden Antasena, Raden Arya Srenggini hanya Menundukkan kepala seraya tersenyum ramah kearah Kakak sepupunya. "Matur sembah Nuwun(Bahasa Jawa:Terima kasih banyak)…,Adi Wisangkhanta…,Adi Wisanggeni…,Adi Antasena…,Dan Adi Srenggini…"jawab Raden Sitija seraya membalas Hormat salah Satu Adik sepupunya.
Prajatista(Pragjyotisha) Tahun 400 SM Prajatista dan Surateleng adalah gambaran suatu negara yang makmur nan subur. Tapi bukan hanya berpenghuni manusia. tapi juga bangsa Raksasa ,walaupun dipimpin oleh dua orang setengah asura bernama Prabu BomaBomantara dan Prabu Narakasura .Putra dari Prabu Basudewa dan Dewi Mahendra. menurut kabar adik angkat Sri Khrisna dan Raden Kakrasana(Baladewa). Tapi kesuburan negara itu berubah menjadi gersang. Ketika Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura sang adik mempunyai sifat serakah.
Aditya Pancatyana membuka matanya. Dia melihat ada beberapa orang yang mengelilingi tubuhnya. Senopati Pancatyana mengenali dua orang satu diantaranya dengan pandangan yang agak samar -samar adalah pria paruh baya berpakaian mentereng laksana seorang Raja. Lengkap dengan mahkota diatas kepalanya sedangkan tangan kanannya memegang sepucuk bunga Wijayakusuma dialah sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna"Kau sudah bangun, Ternyata Dimas?"ungkapnya dengan senyum mengembang terlihat sangat bijaksana"ma'afkan Aku Dimas Pancatyana, Aku terpaksa menaruhmu di Wisma pertemuan ini sebab hanya ini tempat terluas untuk lelaki seukuranmu."Kata Sang Pria."Terimakasih Kakang Narayana"Tiba -tiba Senopati Pancatyana bangun dari pembaringannya. Berusaha memberi hormat dengan menyatukan kedua tangannya tapi Sri Khrisna berusaha menahan dengan lambaian tangan kirinya"Dimas,Kumohon jangan berusaha bangun dari pembaringan
Kayangan ekapratala tempat tinggal Batara Ekawarna dan putrinya Dewi Pratiwi. terletak di sebelah utara Gunung Jamurdipa atau Kayangan Suralaya. Tempat bersemayamnya para Dewa dan Dewi. tampak sangat indah terlihat dari kejauhan. Diselimuti oleh pohon -pohon besar dan banyak jenis tumbuhan dan hewan bermukim disana.Tiba -tiba ada sesosok bayangan seperti seekor burung Raksasa memutari kawasan hutan Ekapratala. Terlihat diatas punggung Sang burung yang besar seperti seekor Gajah.Tampak diatas punggung Sang burung duduk dua sejoli yang memadu kasih dengan mesra."Setiap hari ketika Bibi habis mandi di air terjun aku selalu menjemput Bibi..."ungkap sang Lelaki." Sitija, Kenapa Kau selalu menggodaku..?."jawab Sang Perempuan sambil menggelayutkan tangannya dan mengusap pipi laki -laki yang dipanggil Sitija itu."Karena Aku suka melihat Kecantikanmu....Bibi Yadnyawati...""Tunggu Bibiku sayang, A
Raden Sitija dan Sang Ibu memasuki Istana Ekapratala yang sangat megah. disetiap sisi pintu mulai dari gerbang istana sampai Singgasana utama Kerajaan yang dijaga oleh para Yaksa. Para Yaksa adalah Raksasa pasukan Batara Kuwera yang memang ditugaskan mengamankan seluruh Kayangan di jagat raya. Mereka selalu menyatukan kedua tangannya tanda menghormat kepada setiap tamu ataupun Keluarga kerajaan. Akhirnya Sang Ibu dan Raden Sitija sampai di aula utama. Tampak jelas Batara Ekawarna duduk di kursi singgasananya yang berhias banyak batu mulia berikut juga tahtanya. sementara Sang Ayah Sri Narendra Khrisna duduk di kursi kehormatan sebelah kiri Sang Batara. Sang Ibupun menyusul duduk disebelah Sang Ayah. Lalu Raden Sitijapun berlutut sembari menghormat."Ngger, Apakah Kau tahu, mengapa Angger dipanggil kemari? "kata Sang Batara mengawali pembicaraan dengan Cucu kesa
Tubuh Raden Sitija yang terbungkus lapisan es mengambang di antariksa. Lapisan es itu semakin menebal dan menebal. Raden Wisanggeni,Raden Wisangkantha,Raden Antasena dan Srenggini segera menyusul tubuh itu. Raden Wisanggeni melaju lebih dulu mendorong gulungan es dengan kecepatan tinggi melewati planet -planet mendekatkannya kearah Matahari. Lalu tiba -tiba Raden Wisanggeni pun melepaskan perlahan -lahan tubuh Raden Sitija kearah Matahari dan Dia menyatukan kembali kedua tangannya. Seketika itu juga tubuhnya membesar dan terus membesar melebihi Matahari. Raden Wisanggeni membentuk dirinya menjadi Raksasa terbesar bermata menyala -nyala laksana obor.berambut api, bertaring dan berkuku bara yang mencuat dengan lahar sebagai liurnya yang bernama Dahana Geni. Dahana Geni pun memungut gumpalan es yang didalamnya terdapat tubuh Raden Siti
Istal kayangan ekapratala tampak ramai tampak enam pemuda diantaranya Raden Sitija, Raden Guritno, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Srenggini dan Raden Antasena. Mereka bercengkrama dan terdengar tawa riang. Kadang celetukan lucu yang diucapkan Raden Antasena dan Raden Srenggini membuat mereka tergelak terpingkal -pingkal, kecuali Raden Wisanggeni yang hanya tersenyum -senyum. Lalu Raden Antasena pun bercerita bagaimana dia dulu dan Raden Wisanggeni mengobrak -abrik Kayangan Suralaya. Dengan sedikit didramatisir sa'at mereka berdua mengejar Batara Guru yang katanya sampai kencing dijariknya. Seketika gelak tawa pun berderai tanpa henti. Sampai Raden Srenggini yang linglung ditanya sama Sang Rama Werkudara."Sepertinya Aku harus pamit istirahat dulu"kata Raden Guritno."Kenapa Kakang ini kan masih sore.?"Tanya Raden Antasena."Aku belum menidurkan Sashikirana dan Arya kaca "sambungnya"Lama Aku tidak
Hari ini adalah kebahagiaan di Ekapratala. Kayangan Ekapratala sedang mengadakan pesta besar. mengundang para Dewa, Dewi,Yaksa, para Apsara dan Apsari. Hari dimana cucu Batara Ekawarna melepas masa lajangnya bersama seorang Apsari. Mereka datang mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang ada dipelaminan. Ditengah tengah para undangan ada hal yang membikin semua Dewa tertawa. Yaitu ketika Dewi Urwasi Apsari tercantik didekati lalu digoda oleh Raden Antasena dan Raden Srenggini"Hei cantik, Kamu nggak mau seperti mereka berdua? ""Mau tapi nggak sama Kamu""Lho...loh...loh...loh...padahal Aku ini ganteng putra Orang gagah, bapakku Raden Werkudara lo...""Memangnya kenapa kalo Kamu anaknya Werkudara. Terus Aku heran gitu sama Kamu jangan gedhe rasa ya Kamu.....""Wuiihhhh...,ketusnya, tambah cantik kalo Kamu marah"kata Raden Antasena sambil mencoba mencubit pipi Dewi Urwasi.Tapi den
Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati akan meminta restu kepada Istri -Istri Sri Khrisna yang berada di Dwarawati. Mereka berdua akan ikut Sang Rama. ditemani oleh Raden Guritno, Raden Eisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini nanti mereka akan berpisah menuju kearah Tunggurana guna ikut membantu pembangunan istana Trajutrisna."Kanjeng Ibu dan Eyang Kakung aku pamit......"kata Raden Sitija sambil bersimpuh kepada Ibu dan Kakeknya diikuti oleh Sang Istri. Sang Kakek pun menepuk pundak kedua pasangan itu."Tunggu Ngger. .!!""seru Sang Ibu"Bawalah Pusaka Bunga Wijayamulya ini bersamamu....."kata Sang Ibu menyerahkan Pusaka berbentuk bunga pada Raden Sitija. Raden Sitija pun menerima pemberian Sang Ibu sambil bersimpuh."Terima kasih Kanjeng Ibu...""Pusaka itu bisa menghidupkan yang mati baik hewan, raksasa ataupun manusia....jaga dan pergunakanlah dengan ketulusan hatimu. Dan jika kau membutuhkan sesuatu pa