Share

Mentari Di Dwarawati

Penulis: Hendry Octa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

            Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati akan meminta restu kepada Istri -Istri Sri Khrisna yang berada di Dwarawati. Mereka berdua akan ikut Sang Rama. ditemani oleh Raden Guritno, Raden Eisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini nanti mereka akan berpisah menuju kearah Tunggurana guna ikut membantu pembangunan istana Trajutrisna.

"Kanjeng Ibu dan Eyang Kakung aku pamit......"kata Raden Sitija sambil bersimpuh kepada Ibu dan Kakeknya diikuti oleh Sang Istri. Sang Kakek pun menepuk pundak kedua pasangan itu.

"Tunggu Ngger. .!!""seru Sang Ibu

"Bawalah Pusaka Bunga Wijayamulya ini bersamamu....."kata Sang Ibu menyerahkan Pusaka berbentuk bunga pada Raden Sitija. Raden Sitija pun menerima pemberian Sang Ibu sambil bersimpuh.

"Terima kasih Kanjeng Ibu..."

"Pusaka itu bisa menghidupkan yang mati baik hewan, raksasa ataupun manusia....jaga dan pergunakanlah dengan ketulusan hatimu. Dan jika kau membutuhkan sesuatu panggil nama Ibumu ini, biarkan Ibumu mengawasi kalian....dan ada untuk kalian...."kata Dewi Pratiwi sambil memeluk putra dan menantunya.

"Pergilah Ngger......Kanda aku titip putra kita..."kata Dewi Pratiwi sambil berkata juga  pada suaminya  Sri Khrisna

Sri Khrisna pun mendekati dan memegang lengan Sang Istri sembari mencium keningnya.

"Iya Dinda...,Ayo Ngger............"kata Sri Khrisna menaiki Cakrasudarsana yang juga menjadi senjatanya melayang di udara.Cakra mengambang diatas langit Ekapratala.

          Raden Sitija pun memapah Sang Istri menaiki Wilmuna dan mereka berdua pun terbang mengambang di udara.Wilmuna mengepak epakkan sayapnya sambil sesekali mengeluarkan suara melengking. Dan diikuti oleh Raden Guritno,Raden Wisangkantha, Raden Wisanggeni, Raden Srenggini dan Raden Antasena. Raden Guritno atau Gatotkaca dan Raden Wisangkantha menyatukan kedua tangannya sambil menundukkan mukanya sebentar pada Sang Bibi dan Sang Eyang. Kecuali Raden Wisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini yang hanya mengangguk saja.

.             Dewi Pratiwi dan Batara Ekawarna melambaikan tangan kearah mereka. Mereka pun membalas lambaian tangannya kemudian terbang melesat dengan kecepatan tinggi di udara.Tanpa terasa air mata Dewi Pratiwi meleleh membasahi pipi. Batara Ekawarna merangkul putrinya dan mengajaknya masuk ke dalam istana.

............................

            Raden Sitija,Dewi  Yadnyawati dan Sang Narendra Khrisna akhirnya sudah sampai di Dwarawati. Setelah menurunkan Sang Istri.Lalu mereka berdua segera bersimpuh kearah ketiga Istri Sang Ayah ..

"Ini pasti menantuku yang cantik.Siapa namanya ini Cah bagus"kata Dewi Satyabama sambil mengangkat badan dan menimang dagu Dewi Yadnyawati. Dewi Yadnyawatipun tersenyum dan tersipu.

"Yadnyawati.....Kanjeng Ibu Satyabama...."kata Raden Sitija

"Ayo. ....masuk putraku....sini. .....duduk dulu, Sebentar lagi juga ada tamu dari Plangkawati Adimu Abimanyu bersama Istrinya. ..."

"Iya Kanjeng Ibu Jembawanwati...."

"Dinda.nanti setelah makan siang biarkan putra dan mantumu beristirahat dulu mereka baru datang...."kata Sang Narendra Khrisna.

"Iya Kanda dari tadi kamar dan ranjangnya sudah dibersihkan....."

"Ngger. ...Aku juga kangen sama Ibumu....Kakang Mbok Pratiwi....apa Ibumu. ...baik -baik saja.?"

"Iya Kanjeng Ibu Rukmini.....kanjeng Ibu Pratiwi masih baik-baik saja..."

"Aku tau seorang batari seperti Kakang Mbok Pratiwi  raganya pasti sehat. ..tapi ngger....dari dulu Kakang Mbok Pratiwi itu berat sangat kalo dipisah sama kamu. ...tapi sebelum lahir itu bocah nakal siSamba.....Ibumu itu takut ngambil Kamu waktu kecil soalnya Kamu lengket sama Kanjeng Ibu Jembawanwati..."kata Dewi Satyabama sambil menuangkan minuman hangat ke cangkir batok kelapa lalu  diberikan kepada Dewi Yadnyawati

"Besok Kamu ditunggu sama semua Kakang dan  Adikmu di Tunggurana......mereka juga kangen pengen liat Kakang Sitija...katanya...."seru Dewi Rukmini menyiapkan makanan dibantu banyak abdi.

"Ngger cah ayu siapa tadi namamu Nduk?"

"Yadnyawati. ...Kanjeng Ibu Rukmini."

"Kamu nanti diajak jalan -jalan sama Adikmu Sundari mau iya Cah Ayu  pergi belanja pakaian di pasar. .."

Dewi Yadnyawati pun hanya mengangguk. Raden Sitija pun hanya tersenyum memandangi Istrinya.

            Tak berapa lama memang terdengar derap langkah dan  bunyi ringkik kuda dari luar istana.Tampak Seorang Putri cantik turun dari sebuah kereta dialah Raden Ayu Sundari Adik dari Raden Sitija Istri dari Raden Abimanyu putra Raden Janaka. Dewi Jembawanwati Sang Ibu pun berlari kecil menuju halaman istana.

"Akhirnya putriku datang, Dimana Kandamu, Cah Ayu Raden Abimanyu?"kata Dewi Jembawanwati sambil menggandeng putri dari marunya.

"Dia masih bersama Adi Utari Kanjeng Ibu...."

"Apa Kau sudah tidak sakit hati lagi....Cah Ayu..."

"Kadang kala masih Kanjeng Ibu.....tapi biarlah.memang sudah takdirku...seperti ini"jawab Dewi Sundari sambil tersenyum.

"Kalian berdua memang anak -anak Kakang Mbok Pratiwi yang luar biasa. ..Ibumu itu Wanita yang sangat mulia ngger....Cah ayu,oh Iya Kakangmu Raden Sitija baru datang bersama dengan Istrinya...."

"Iya bersama bi.....eh.  Kakang Mbok Yadnyawati...."

"Iya Cah ayu....."

"Dimana Kakang Mbok cantikku..?..."wajah Dewi Sundari seketika berseri ketika bertanya.

"Apa Kau tidak  mencariku Nimas..."tiba -tiba ada suara Raden Sitija yang ternyata  sudah berada disampingnya

"Kakang..........Aku kangen sekali sama Kakang....?"Sundaripun langsung merangkul kakak lelaki satu -satunya itu.

"Tapi Kakang besok mau ke Tunggurana kan?"

"Kamu itu sudah besar Nduk Cah Ayu.....masak masih manja sama Kakangmu...."kata Dewi Jembawanwati sambil tersenyum melihat kelakuan putra dan putrinya.

"Aku tidak melihat Adi Abimanyu,Kemana Dia.?."

"Kanda Abimanyu sekarang masih bersama Adi Utari Kakang..."jawab Dewi Sundari

"Tapi Kamu sudah tidak apa-apa kan Nimas..?"tanya Raden Sitija

Si Adik mengangguk sambil tetap merangkulnya.

"Bersabarlah....Cah ayu,karena dewa akan membalas kesabaran kita"jawab Raden Sitija lalu mengajak duduk Adik perempuannya di kursi ruangan istana.

"Apa kamu juga masih marah sama Adi  Guritno...."

"Sebetulnya aku paham keadaan Adi Guritno, Dia sepertinya juga tidak tega waktu itu. Tapi yang Aku sesali Adi Guritno sudah membunuh Paman Bendana. Hanya gara -gara masalah perkawinanku dengan Kanda Abimanyu. Itu yang sampai sekarang kenapa Aku selalu menyalahkannya"

"Adi Guritno melakukannya tanpa sengaja Nimas"kata Raden Sitija

".Kasihan Paman Bendana.....aku tahu siapa Paman Bendana meskipun dia seorang raksasa tapi Paman Bendana itu sangat polos dan lugu.Dia tidak akan pernah berbohong."jawab Dewi Sundari.

"Adi Guritno melakukannya tanpa sengaja Nimas. Harusnya Kau mema'afkannya, Dia menyesali perbuatannya. Sebetulnya pokok permasalahannya itu dari Siapa Aku sebagai Kakangmu harus tau,Bagaimana kejadiannya sa'at itu...?."

"Waktu itu Aku lagi di kaputren plangkawati lalu ada Abdi yang mengatakan kepadaku bahwa Paman Bendana datang seperti biasanya, Paman Bendana selalu membawakan Aku oleh -oleh, biasanya juga makanan kesukaanku...tapi setelah itu Dia bercerita bahwa Dia pernah bertemu dengan Kanda Abimanyu di kerajaan Wirata Dia mengira kalau Kanjeng Rama Janaka yang memberinya tugas. Tapi ternyata Dia malah disusul oleh Adi Utari Kakang.Tapi pertama kali Paman Bendana tidak menaruh curiga karena Paman Bendana sering diutus oleh Adi  Guritno kesana. Dia sering melihat Kanda Abimanyu seolah berlaku mesra dengan Adi Utari.Lalu Dia mengatakannya padaku perihal itu.Ketika Aku mendengarnya sebetulnya rasa sakit itu seakan meremukkan hatiku. Aku menangis sendirian dan ketika Kanda  Abimanyu pulang. Akupun bertanya padanya.Aku berdalih jika Paman yang memberitahu padaku. Aku bilang itu adalah desas desus kalau Kanda Abimanyu telah berselingkuh. Aku selalu berusaha bertanya padanya tapi Kanda Abimanyu seakan mengalihkan pembicaraan...."

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya.....Nimas?"

"Besoknya Akupun mengikuti kemana Kanda Abimanyu pergi.Ditemani oleh salah seorang Abdi. Dan yang Kulihat benar adanya. Padahal Kanda Abimanyu berpamitan kepadaku mau menemui Kanjeng Rama di Dwarawati.Tapi Dia malah kearah Wirata.,Kakang.Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.Dia begitu mesra dengan Adi Utari.Pertama kali dalam pikiranku Aku ingin melabrak Mereka berdua.Akan tetapi segera Aku urungkan. Dan Aku lebih memilih untuk pindah dari Plangkawati ke kediaman Kanjeng Rama......"kenang Dewi Sundari dengan suara bergetar menahan tangisnya.

"Apa waktu itu semua Kanjeng Ibu sudah tau masalahmu ini Nimas?"

"Aku hanya bercerita pada Kanjeng Ibu Rukmini dan Kanjeng Ibu Jembawanwati....,Aku berusaha menerima...tapi tetap sakit....Kakang...."

"Kejadiannya berada dimana Nimas....?"kata Raden Sitija sambil bersedekap.

"Waktu itu Kanda Abimanyu menyusulku untuk balik ke Plangkawati.....Aku berusaha meredam emosiku tapi karena Kanjeng Ibu Satyabama lama -lama juga tahu.Akhirnya Aku sama ketiga Kanjeng Ibu disuruh menuruti kemauan Kanda Abimanyu..untuk ikut balik.Sesampainya di Plangkawati Aku mengutarakan maksudku pada Kanda Abimanyu. Tapi Dia selalu mengelak, Bahkan Dia bersumpah didepanku sambil bersimpuh. Katanya jika Kanda Abimanyu melanggar janjinya  kelak bila ada peperangan Dia akan mati dikeroyok satu pasukan Katanya.Aku tetap menangis.Dan tanpa disadari Aku mendengar seperti suara ledakan dihalaman Plangkawati. ..Aku segera berlari kesana.Aku melihat kejadian yang sangat memilukan tubuh Paman Bendana tergeletak sedangkan Adi  Guritno terduduk ditangan kanannya bersimbah darah.Sambil menangis dan merangkul meminta ma'af pada tubuh  Paman Bendana. Adi Guritno  seraya berkata bahwa Dia tidak sengaja.Lalu Aku mendekati tubuh Paman Kakang.Aku tidak kuat mengatakan keadaannya. Kepala Paman Bendana hancur lebur tanpa sisa. .. "Dewi Sundari pun menangis sambil memeluk kakaknya.

"Setelah melihat kajadian itu Aku tidak ingat apa apa lagi. .....Aku terima diperlakukan seperti ini sama Kanda Abimanyu....tapi Aku seperti tidak rela untuk kehilangan Paman Bendana.....dia orang baik..."

Raden Sitija menghela nafas panjang mendengarkan. kisah Adik perempuannya. ...

"Sudahlah....Nimas......secara tidak sengaja...kalian berdua mengorbankan orang lain untuk kepentingan pribadi kalian.Di satu sisi mungkin Paman Bendana benar karena Dia tidak tega ada yang melukai hatimu. Karena Paman Bendana merasa bahwa Kau adalah seperti putrinya sendiri. Tapi dilain sisi Adi guritno juga benar karena masalah  rumah tanggamu  harus Kamu selesaikan sendiri.Dan mungkin Adi guritno mengingatkan pada Paman Bendana jangan terlalu jauh mengurusi masalah orang lain. Meskipun Dia adalah Anak atau Orang terdekat Kita......"

"Hari sudah siang......Kanjeng Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kita Nimas..."tukas Raden Sitija mengakhiri pembicaraan sambil mengusap air mata sang adik lalu tersenyum.

"Mana Kakang Mbok Yadnyawati.....Kakang"kata dewi sundari sambil menyeka air matanya. ...

"Dia sedang merapikan kamarmu.Katanya tadi Kamu kangen.mungkin Dinda Yadnyawati sudah berada di ruangan makan."jawab Raden  Sitija

"Ngger.....Kanjeng Ibu bangga dengan pemikiran Kamu.....semoga saja SangHyang Wenang tetap memberikan kearifan dan senantiasa juga memberikan kebijaksanan kepada Kalian berdua...."ujar Dewi Rukmini

Lalu merekapun berjalan menuju ruang makan istana.Disana telah berkumpul Sang Narendra Dwarawati bersama Istri -istrinya bersama menantu -menantunya.

Bab terkait

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Terbentuknya Trajutrisna. Part 2

    Pagi itu Raden Sitija dan Sang Narendra Khrisna akan berangkat menuju arah Tunggurana.Raden Sitija memasang tali kekang Wilmuna dan Sang Narendra berpamitan pada para Istri, Menantu dan Putrinya. Ketika Raden Sitija sibuk Sang Istri Dewi Yadnyawati pun mendekati Sang Suami."Kanda.....""Iya Dinda........"kata Raden Sitija setelah selesai memasang tali kekang kemudian merangkul pinggang Sang Istri."Pakailah kalung ini yang mungkin akan membawa semangat untukmu agar cepat kembali padaku....."kata Dewi Yadnyawati melepas kalung dilehernya yang sedikit jenjang lalu dipasangkan keleher Sang Suami.Kalung berhias dan bermata batu permata yang indah."Bukankah ini kalung yang diberikan oleh Batara Guru ketika Kamu masih menjadi Apsari. ...Dinda "jawab Raden Sitija sambil menimang kalung pemberian Sang Istri. ."Iya Kalung para Apsari....."kata Istrinya"Baiklah.....akan Aku pakai terus...s

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Terbentuknya Trajutrisna. Part 3

    Gatotkaca atau Raden Guritno segera berpamitan kepada Sang Kakak sepupunya dan kedua Pamannya.Seperti biasa dia berkeliling mengawasi bagian -bagian yang dianggap rawan di istana."Aku mau bertanya satu hal pada Paman Prabakesha.....?boleh Paman.....!?""Apa itu Ngger.......?""Kenapa Pasukan Pringgodani memakai pakaian serba hitam dan ada LambangBintang terpampang di dadanya?""Ini adalah lambang Candradimuka,Ngger.....Lambang penerang kehidupan bagi semua makhluk di Arcapada.....""Apakah berhubungan dengan Batara Surya. ..?..""Benar sebenarnya Lambang Candradimuka sebagai identitas para Pasukan Dewa. Ngger Sitija.,Diantara pasukan-pasukan Dewa....ada Lima yang sangat disegani di Arcapada ini.Mereka dijagokan Para Dewa untuk menghalau serangan -serangan Asura jahat....dari Wangsa Denawa....selain Pasukan para Yaksa....."Raden Sitija pun mengangguk.mendengar cerita Patih Prabakesha."Yan

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Terbentuknya Trajutrisna. Part 4

    Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha."Apakah Engkau lelah, Ngger...?..""Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. ."Aku Ingin dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija."Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya."Aku mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Hyangyanawati

    Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura."Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Me

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Wijayakusuma dan Wijayamulya.

    Wirata, Mandura dan Dwarawati sedang berduka.Kehilangan dua sosok Pemuda gagah. Raden Wisata dan Raden Arya Gunadewa. Prabu Baladewa merenung tidak habis pikir sambil terus menggeleng -gelengkan kepalanya. Dia melihat sendiri putra dan keponakannya berusaha melindunginya dari usaha penculikan terhadap Patih Kismaka.Tapi nasib berkehendak lain,Sang Putra dan Keponakannya harus meregang nyawa di tangan Prabu Bomabomantara. Raden Guritno yang juga berada disitu masih menunggui mayat kedua Kakak sepupunya.Menunggu Sampai Nang narendra Khrisna datang.Hanya Sang Narayana saja yang bisa diharapkan guna menghidupkan mereka kembali.Kemudian Mereka dikejutkan oleh suara lengkingan Burung elang raksasa yang baru mendarat di halaman Istana Wirata. Raden Sitija dan Wilmuna tiba disitu dan langsung menghormat pada uwaknya Prabu Baladewa.

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Prabu Arimbaji.

    Raden Sitija menuju arah gandamadana. petilasan para leluhur sang ayah Sri Narendra Khrisna. Dia berangkat bersama Sang ayah pagi ini."Ngger apakah kau sudah siapkan ubarampenya...?.""Sudah kanjeng rama.....""Kita akan berkuda saja,Menuju kearah Gandamadana karena letaknya tidak cukup jauh...."Kata Sang Narendra Khrisna pada Putranya. Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Para Abdi dalem mempersiapkan kuda -kuda istana mereka memasangkan pelana dan tali kekangnya."Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran butuh penunjuk jalan...."kata Seorang Abdi dalem sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua tangannya."Tidak perlu Paman,Kami tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.silahkan Pam

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Wijayakusuma dan Wijayamulya. Part 2

    Pemandangan Wana Goasiluman ketika siang dan malam sangat indah pohon -pohon rindang bertebaran. Satwa -satwa liar ketika siang mencari sumber kehidupan baik makan dan minum yang disediakan oleh alam. walaupun banyak bahaya tak terlihat berada di dalamnya. Raden Sitija,Senopati Prabakhesa,Aditya Pancatyana dan rombongan pasukan Pringgondani sudah berada di dalam wana. banyak kabut menghalangi pandangan hampir menutupi penglihatan mereka."Berhentiii....."kata Patih Prabakesha memberikan isyarat dengan tangannya."Aku akan mencari pohon besar dan melihat dari atas....,harusnya Kita sudah Sampai di Goa Siluman...."sambung Aditya Pancatyana."Paman.,......apakah Paman -paman semua bisa mengguanakan ajian meringankan tubuh....?"Tanya Raden Sitija pada rombongan pasukan pringgondani"Bisa. ....Sinuwun..."kata semuanya."Kalau begitu Aku dan Wilmuna akan kea

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Terbentuknya Trajutrisna. Part V

    Pagi itu Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para pekerja bangunan istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi pembangunannya akan segera rampung. Raden Sitija dan Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Patih Prabakesha beserta Aditya Pancatyana, Aditya anchakagra, Aditya Yayahgriwa, Aditya Maudara dan tak ketinggalan Aditya Amisundha."Sebentar lagi Trajutrisna akan selesai Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija.Sang ayahpun tersenyum sambil menepuk bahu sang putra."Padahal waktunya lebih cepat dari yang dibayangkan...."kata Patih Prabakesha."Ini masih hari ke enam puluh,Kita beruntung punya Saudara -saudara yang mau membantu Kita..."Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka."Ada apa Adi.....?"Tanya Raden Sitija."Kakang menurut Teliksandi jangkarbumi. Dalam jangka enam hari Kita akan mendapatkan sera

Bab terbaru

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Hari Penghakiman

    Raden Sitija (Bhoma) Memenuhi Undangan Keempat Mahasenapati Jagad diatas Langit Tengguru (Alang-alang Kumitir/Galaksi Antariksa).Kedatangannya Setelah Ribuan Tahun Berlalu Disambut oleh Keempat Adik Sepupunya. Mahasenapati Wisanggeni, Mahasenapati Wisangkantha, Mahasenapati Antasena dan Mahasenapati Arya Srenggini. "Sugeng Rawuh(Bahasa jawa:Selamat datang)…,Kakang Sitija…!"Sambut Raden Wisangkhanta tersenyum Kearah Kakak Sepupunya dengan menundukkan kepala dan menyatukan kedua telapak tangannya.Sedangkan Raden Wisanggeni, Raden Antasena, Raden Arya Srenggini hanya Menundukkan kepala seraya tersenyum ramah kearah Kakak sepupunya."Matur sembah Nuwun(Bahasa Jawa:Terima kasih banyak)…,Adi Wisangkhanta…,Adi Wisanggeni…,Adi Antasena…,Dan Adi Srenggini…"jawab Raden Sitija seraya membalas Hormat salah Satu Adik sepupunya.

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Mahasenapati Wesi Aji.

    Sosok Terbang melesat dengan Kecepatan Tinggi Melewati Lubang Hitam Lautan kosmik Antariksa. Sosok berpakaian sama seperti Sashikirana,Arya kaca dan Madusegara. tiba -tiba Sosok itu Berhenti dengan terbang mengambang Di depan Sebuah Kepala Raksasa tanpa badan Berukuran sebesar Planet."WESI AJI…!,MAHASENAPATIKU…!!"Seru Kepala Raksasa yang dapat melihat Sosok yang dipanggil Wesi Aji walaupun Tubuh Wesi aji hanya seperti butiran debu.Wesi Aji Membuka Topeng Baja nya. Wajah tampan Wesi aji Tersenyum. Wesi Aji Adalah Sosok Pemuda Tampan tapi Berambut panjang berwarna Putih. Wesi Aji Segera Menyatukan kedua Telapak tangan nya seraya menundukkan kepala kearah Kepala Raksasa."Sendiko dawuh…,Sinuwun Rahu…!dan Sendiko dawuh Sinuwun Ketu…!"jawab Wesi Aji.Tak Berselang Lama Kepala Raksasa itu Dipegang Oleh Dua tangan. Muncul dari Belakang Kepala itu Tubuh Raksasa Yang Sangat Besar. Melebihi Besar nya Kepala Raksasa di depan

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Sesuatu Untuk Dunia

    KOMBESPOL Wira dan Lainnya Berkumpul Di Ruangan Khusus Dilengkapi Peta Dunia dan Sinar Merah Berpendar. KOMBESPOL Wira yang Memimpin Pertemuan Di depan Anggota Liga Perwira dan Ksatria Republik. Kemudian Ia Mempersilakan Seluruh Anggotanya Membuka Laptop yang berada Didepan Meja Masing -masing."Selamat Pagi…!,Semuanya…!"Kata KOMBESPOL Wira Mengawali Pembicaraan kepada Seluruh Wakil dan Anggotanya."SELAMAT PAGI…!,PAK…!"Seru Seluruh Anggota Seraya Berdiri Sebentar.Kemudian KOMBESPOL Wira Mempersilakan Mereka Untuk Duduk kembali."Sa'at Ini Saya Ingin menyampaikan Kepada Segenap Jajaran Di Setiap Divisi. Tentang Pengiriman Bantuan Menjaga Seluruh Keselamatan Agent Rahasia Dunia. Yang Menjalani Misi Mencari Para Psychopath Berbahaya yang Mengancam Anak-anak Kita terutama Anak Remaja Perempuan Kita…!,Bapak Pimpinan,Lettu Dyah, Sashikirana, Suryakaca,Madusegara,Bhoma beserta Para Atasan sedang menuju Kearah Lyon,Prancis Gun

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Bhoma (Sitija)Dan Yadnyawati. Bag IV

    Raden Sitija Menemani Sang Istri kearah Kaputren Kayangan Ekapratala."Sebetulnya Kanda Aku Merasa Kasihan Dengan Ibundanya Hita,Tapi Disatu Sisi Walaupun Aku Hanya Bisa Meluangkan Waktuku Bersama Hita Dan Kanda DiWaktu senja sampai menjelang Pagi Buta…,Tapi Naluriku Sebagai Seorang Ibu Aku Tidak Mau Kehilangan Putriku…,Walaupun Hita Bukan Putri kandungku,Tapi Aku dan Kanda Menyayangi Hita Seperti Darah Daging Kita Sendiri,…kan?,Kanda…?,Iya kan…?"Kata Sang Istri Dewi Yadnyawati sambil Bersandar Di Bahu Raden Sitija. Raden Sitija Tersenyum mengangguk Sambil Mengelus -elus Rambut Sang Istri."Aku Tahu Sejarahnya,Kenapa Hita Putri Kita Mereka Cari…,Tapi Siapapun Yang Mau Mengganggu bahkan Melukai Putri Kita dan Anak-anak Kita…,Mereka Harus Berhadapan Denganku Sebagai Pemimpin Para Laskar Dewa Milik Keturunan Aditya…,Sebagai Mahasenapati Bhumi Milik Batara Surya dan Batara Baruna,Kalau Perlu Aku Habisi Mereka…

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Bhoma (Sitija)dan Yadnyawati. Bag III

    Enam Sosok Bayangan Berwarna Hitam Terbang Menuju Ke Utara Gunung Himalaya, Hindia Di tengah Malam. Enam Sosok Berpakaian Jaket Hoodie Behenti Kearah Sebuah Hutan. Mereka Menyatukan Kedua Telapak Tangan.Tiba -tiba Ada Pintu Gerbang Terbentang Lewat Sebuah Pohon Besar Raksasa. Mereka Berenam Terbang Melesat Masuk Kekedalaman Tanah. Hampir 2000.000Kaki dari kedalaman Tanah Terdapat Sebuah Istana. Di Setiap Pintu Gerbang Dijaga Oleh Para Raksasa yang Bernama Yaksa. Tampak Seorang Lelaki Tua dengan Rambut Panjang Tergerai, Rambut,Alis, Kumis dan jenggotnya yang berwarna Putih. Berpakaian Laksana Seorang Raja dari Masa Lalu.Dengan Memakai Mahkota Kerajaan. Meski Seorang Lelaki Tua tapi Berperawakan Gagah dengan Tubuh Berotot.Dialah Batara Ekawarna yang tersenyum Menyambut Keenam tamunya. Ditemani Tiga Wanita Cantik Dua Diantaranya Terlihat Seperti Berusia Belia.Sedangkan Salahsatunya Terlihat Berusia Empat Puluhan tahun.Ketiga Wa

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Liga Perwira Dan Ksatria. Bag V

    Di dalam Ruangan Yang terdapat Banyak Monitor Led tersambung. terdapat Peta Dunia dan Banyak Cahaya merah Berpendar. Hita Padmarani putri Bhoma, Bhoma, Brigjend Suta,KOMBESPOL Wira, Lettu Dyah danlainnya.Menyampaikan Penjelasannya ke Beberapa Dewan Perwira Tinggi Militer dan Kepolisian Negara. Tentang Siapa Saja Anggota yang Akan Mereka Recruit. Menjadi Agent Perisai yang Juga Bertindak sebagai Agent Executor di Liga Perwira dan Ksatria Republik. Setelah melakukan penghormatan kepada Para Perwira Tinggi Pimpinan Liga Perwira dan Ksatria Republik segera Menyampaikan Maksudnya."Fungsi dari Agent Perisai adalah sebagai Pelindung dan Penyelamat Agent Spionase atau Pencari Bukti di Lapangan. Setiap Satu Agent Pencari Bukti dari Berbagai Wilayah dalam Ataupun Luar NegaraDi Dunia.Di Peta Ini Ada Cahaya merah berpendar di seluruh bagian Dunia…Pak,Bahaya Mengancam Istri, anak Perempuan dan Semua Keturunan Kita diluar sana…!,Pak…!"Jelas

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Liga Perwira Dan Ksatria. BAG IV

    Brigjend Suta dan Kapten Catur Menuju kearah Kantornya. Tampak Ada Empat Orang Asing Berpakaian setelan Jas Hitam Menunggu di depan. Mereka Tersenyum Kearah Brigjend Suta dan Kapten Catur, Brigjend Suta dan Kapten Catur menghentikan Langkahnya Sebentar,seraya Menghormat Laksana Militer. Mereka Semua Membalas Hormat Brigjend Suta dan Kapten Catur.Seorang Diantara Mereka Lelaki berambut Pirang berusia Paruh Baya. Dan Seorang Perempuan Cantik yang tak lain Adalah Kapten Ivana."Dobroye Utro General Alexei…,Kak vy Ser…?(Selamat Pagi Pak Jendral Alexei)(dalam bahasa Russia)"Sapa Brigjend Suta kearah Lelaki Paruh baya yang ternyata adalah Jendral Alexei. sambil Meminta menjabat tangannya."Dobroye utro tozhe Brigadnyy General Suta(Selamat pagi Brigjend Suta)…Korosho,Spasibo …(Baik, terimakasih)"Jawab Jendral Alexei sambil tersenyum kearah Brigjend Suta.Jendral Alexei pun Membalas jabat tangan Brigjend Suta. Lalu Mereka saling Berpelukan dan Me

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Evolusi Alam Manusia

    Brigjend Suta,KOMBESPOL Wayan Wira, Kapten Catur, A.K.P Artha dan Lainnya menuju ke suatu tempat yang masih Di kawasan Kantor Mereka. Tempat Itu seperti sebuah Laboratorium Penelitian Artillery. Tampak Seorang Lelaki Muda berpakaian Dokter menyapa Mereka.Dengan Mengajak Mereka Bersalaman seraya Mengembangkan Senyuman Diwajahnya.Para Perwira pun Membalas senyuman Sang Lelaki lalu membalas Jabat tangannya."Selamat Pagi, Bapak…?!,Apa Kabar…?" Tanya Sang Lelaki Muda kearah Para Perwira didepannya."Selamat Pagi Dokter …Erik,Baik…,Kabar Baik…,Terima kasih…!"jawab Brigjend Suta sambil Tersenyum Kearah Lelaki Yang dipanggil Dokter Erik."Silahkan Masuk …Pak…" Tukas Dokter Erik sambil Membuka Sebuah Pintu dengan tangan Kirinya Sambil Melapangkan tangan kanannya.Lalu Mereka Melewati Sebuah tempat Khusus yang Diwajibkan memakai Penutup Telinga dan Kacamata Khusus. Kemudian Mereka mengikuti Dokter Erik melewati Tempat Pengujian Se

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Meraba Sukma dalam Heningnya Angin

    Kapten Deny Masih Bingung dengan kejadian Pagi tadi. Anchakagra, Yayahgriwa, Maudara dan Amisundha yang Masih Berada dalam Satu Ruangan Menatap Keheranan Dengan Sikap Sang Atasan."Ada Apa Gerangan Pak…?,Apakah Ada yang Bisa Kami Bantu Mungkin…?"Tanya Anchakagra tersenyum kearah Kapten Deny."Begini Saudara Semuanya.Apakah Saudara Sepupu Anda mempunyai Saudara Kembar…?Maksud Saya Saudara Pancatyana…?"Tanya Kapten Deny kearah Mereka Berempat."Maksudnya…,Pak?"tanya Anchakagra kembali. Tapi Anchakagra Tersenyum kembali Karena Dia Mengingat Sesuatu."Ohh …,Masalah Kemarin Malam…?"Tanya Yayahgriwa tersenyum."Iya…,Saya Tadi Menelpon Anak buah Saya,Yang Sekarang Berada Di Hotel Dimana Sepupu Anda Juga Berada Disana.Tapi Ada Hal Yang Sangat Membuat Nalar Saya Ini Seperti Bilang Bahwa Itu Sangat Mustahil. Bagaimana Bisa Seorang Yang sama Muncul di tempat yang Berbeda…?,Setahu Saya Hanya Orang Kembar yang bisa Melakukan hal Semacam Itu…?"Tan

DMCA.com Protection Status