Gatotkaca atau Raden Guritno segera berpamitan kepada Sang Kakak sepupunya dan kedua Pamannya.Seperti biasa dia berkeliling mengawasi bagian -bagian yang dianggap rawan di istana.
"Aku mau bertanya satu hal pada Paman Prabakesha.....?boleh Paman.....!?""Apa itu Ngger.......?""Kenapa Pasukan Pringgodani memakai pakaian serba hitam dan ada LambangBintang terpampang di dadanya?""Ini adalah lambang Candradimuka,Ngger.....Lambang penerang kehidupan bagi semua makhluk di Arcapada.....""Apakah berhubungan dengan Batara Surya. ..?..""Benar sebenarnya Lambang Candradimuka sebagai identitas para Pasukan Dewa. Ngger Sitija.,Diantara pasukan-pasukan Dewa....ada Lima yang sangat disegani di Arcapada ini.Mereka dijagokan Para Dewa untuk menghalau serangan -serangan Asura jahat....dari Wangsa Denawa....selain Pasukan para Yaksa....."Raden Sitija pun mengangguk.mendengar cerita Patih Prabakesha."Yang pertama adalah pasukan dari Jangkar Bhumi bagian dari wilayah kayangan Sapta Arga.Pasukan berani mati tanpa menggunakan senjata apapun kepunyaan Batara Anantaboga.hanya berbekal baju kutang yang bernama Nappakawaca....kotang yang bisa menutup dan membentengi diri jika diserang lawan dan membentuk cakar tajam pada tangan penggunanya. Semua pasukan yang memakai baju ini bisa mempunyai kekuatan amblas kedalam bumi dan bisa menarik dan mengubur lawannya hidup -hidup. Belum lagi pasukan penunggang utama yang menunggangi Ular, buaya dan biawak pemakan daging raksasa....Yang menjadi Senopatinya sekarang ini adalah Cucu SangHyang Anantaboga sendiri dan Sang adik yaitu SangHyang Taksaka yang bisa malih rupa jika dia marah menjadi seekor naga raksasa dan Raden Anantareja. ...Putra sulung dari Raden Werkudara dan Dewi Nagagini. Yang mempunyai kesaktian liurnya mengandung racun yang dinamakan dengan Upas Anta.Sebetulnya bentuk Nappakawaca sendiri ada dua yang berwarna biru setengah kehijauan adalah milik Jangkar bhumi sedang yang berwarna merah adalah milik Kisik Narmada. Seperti yang dipakai oleh Senopati Antasena dan Senopati Arya Srenggini. Yang juga putra dari Raden Werkudara tapi dengan dua putri batara kakak beradik .Kamu tau sendiri kan Ngger..Ibunda Raden Antasena adalah Dewi Urang Ayu yang masih sepupu dengan Ibunda Raden Srenggini yaitu Dewi Rekatawati Putri dari Adik SangHyang Baruna yang bernama Batara Rekatatama.Menduduki peringkat kedua pasukan Kisiknarmada adalah pasukan yang bisa bernafas walaupun berperang di Hampa udara...,di dalam tanah,bahkan di dalam air.... Yang ketiga adalah pasukan Daksinageni milik SangHyang Brahma,Pasukan penunggang Naga Api terbang yang mengerikan...Pasukan ini pernah menghadapi Prabu Niwatakawaca dari negara Imaimantaka...Kala itu yang ditunjuk sebagai Pemimpin atau Senopati adalah Begawan Kiritin atau Raden Dananjaya nama lain pamanmu Raden Janaka..dan Sekarang dipegang oleh Senopati Wisanggeni dan Adiknya Wisangkantha... Pasukan Pringgodani menduduki peringkat keempat.Dan Terakhir adalah pasukan yang dikabarkan hilang sampai sekarang....yaitu Pasukan negara Surateleng yang sebenarnya dimiliki oleh Prabu Arimbaji keponakan tertuaku sendiri.Dulunya adalah pasukan terbaik Negara Pringgodani dipimpin oleh Empat Senopati gagah perkasa yaitu Aditya Anchakagra,Aditya Yayahgriwa,Aditya Maudara dan Aditya Amisundha..meskipun mereka berempat terkenal mempunyai sifat baik pada rakyat.Mantan Senopati Pringgodani ini paling terkenal kejam bergerak dengan Prajurit prajurit terganas. Yang pernah dimiliki Pringgodani.Mereka tidak hanya mengalahkan tapi juga suka memakan daging musuhnya jika mengalami kemenangan.dan memiliki kesetiaan tinggi kepada Rajanya yaitu Prabu Arimbaji...."Lalu kepala Aditya pancatyana pun tertunduk"Aku tahu Adi Pancatyana pernah akrab dengan mereka......""Sebetulnya Prabu Arimbaji adalah Raja yang Bijaksana...walaupun Dia Seorang Raksasa...."sambung Pancatyana."Dahulu kala negara Surateleng diera Prabu Arimbaji adalah negara makmur.Sebelum pemberontakan yang dipimpin Prabu Bomabomantara.Waktu itu Prabu Bomabomantara masih bergelar Patih....dia bersekongkol dengan adiknya Prabu Narakasura...mereka pun menculik siapa saja yang terdekat dengan Prabu Arimbaji dan kabarnya mereka dibantai secara keji....di Wana Gowasiluman.Satu demi satu Mereka menghilang.Prabu Arimbaji pun sa'at itu percaya bahwa mereka dibunuh karena akan melakukan Pemberontakan.Tapi ketika hilangnya Empat Patih kepercayaannya.Dia mulai curiga....dan akhirnya Prabu Arimbaji melihat sendiri..bahwa rakyatnya dalam keadaan menderita hingga dia menegur Bomabomantara...dan ketika sering memikirkan negara, banyak Uang -uang negara yang diselewengkan oleh sekutunya sendiri Prabu Narakasura dan Bomabomantara.......Prabu arimbaji akhirnya jatuh sakit.....dan kejamnya lagi dengan sangat keji mereka menyeret Prabu Arimbaji yang sakit di Wana Gowasiluman.....Prabu Arimbaji dipenggal kepalanya ketika dalam posisi berdo'a pada para Dewa........Aku yang berusaha membela Prabu Arimbaji malah ditangkap dan disiksa dipenjara Prajatista...Ngger...""Mataku sudah mulai lelah Kakang, Angger Sitija Aku permisi mau masuk kedalam dulu...."kata Aditya Pancatyana sambil menguap kelelahan sembari meninggalkan mereka berdua."Silahkan Adi. .....""Silahkan Paman...."jawab Patih Prabakesha dan Raden Sitija bergantian sambil memberi tanda pada jempol tangannya dengan menunduk."Apa Kau tidak mengantuk Ngger..?.."Raden Sitija memberi tanda dengan menggeleng kepalanya pelan."Hhhaa.....hha....ha....Akhirnya ada temanku ngobrol malam ini....Ngger, Aku baru saja membuat minuman hangat dari berbagai macam ramuan Kau mau mencobanya....."kata Patih Prabakesha sambil memberikan gelas tempurung kelapa kepada Raden Sitija,Raden Sitija menerima gelas itu."Dan ini alat buat menuangnya...."sambung Patih Prabakesha sambil memberi gayung tempurung yang diikat kuat dengan rotan dan berpegang bambu.Raden Sitija pun mengambil ramuan itu dalam gentong kuali besi besar dan menuangkannya ke dalam gelas. .."Aku mau bercerita tentang Prabu Arimbaji yang sebenarnya padamu. ....Ngger...""Keponakanku Arimbaji meskipun dia seorang raksasa tapi dia sangat rajin dalam menjalankan sembahyang....tiap hari dia selalu meminta pada Dewa agar bisa diberikan kebajikan seumur hidupnya...Sebenarnya Dia sampai ke Surateleng ini bukan bermaksud membuat Istana tapi guna tempat bersemadi dan berdo'a pada para Dewa.Dahulu Kala Surateleng adalah wilayah...hutan luas.Ngger, Setelah penumpasan pemberontakan keempat Kakangku oleh Raden guritno...Pasukan yang dulu juga kupimpin mereka sebagian ikut Arimbaji kearah wilayah Surateleng....Ketika pembangunan Pertapaan itu banyak dari kalangan manusia juga membantunya.Lama kelamaan Surateleng menjadi Wilayah yang sangat besar tanpa penakhlukan.Hingga menjadi sebuah negara yang makmur....Arimbaji tidak pernah membedakan Rakyatnya baik dari kalangan Manusia ataupun Raksasa.....Suatu sa'at malapetaka terjadi ketika Dia diajak berkerjasama dengan Kerajaan Prajatista...Kerajaan kecil..dipimpin oleh Pamanmu Ngger...Prabu Narakasura dan Mahasenopati Bomabomantara....sebenarnya Arimbaji sendiri tidak pernah merasa bahwa negara yang dia bangun akan..di serang secara licik.Mereka meminta bantuan pasukan dengan dalih untuk menumpas beberapa pemberontakan..di wilayah mereka. Tapi mereka malah membantai pasukan Arimbaji...diwilayah Wana gowa siluman.Tidak hanya itu mereka merongrong kewibaan Surateleng dengan membayar perampok guna mengobrak abrik ketentramannya.Sampai akhirnya terjadi penculikan atas Keempat Patih kepercayaannya...hingga akhirnya..dia diberikan ramuan racun agar Arimbaji meninggal secara perlahan-lahan.....oleh sekutunya ini...Adi pancatyana yang tidak tega melihat ini berusaha menyelamatkan Arimbaji.Tapi mereka akhirnya berdua tertangkap dalam pelarian mereka..dan dijebloskan di penjara Prajatista.....Pancatyana merasa tertekan ketika Arimbaji yang sakit keras dibawa untuk dihukum mati....Akhirnya Pancatyana berusaha melarikan diri....tujuannya mencari dukungan untuk melawan kebengisan Narakasura dan Bomabomantara....."Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha."Apakah Engkau lelah, Ngger...?..""Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. ."Aku Ingin dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija."Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya."Aku mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi
Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura."Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Me
Wirata, Mandura dan Dwarawati sedang berduka.Kehilangan dua sosok Pemuda gagah. Raden Wisata dan Raden Arya Gunadewa. Prabu Baladewa merenung tidak habis pikir sambil terus menggeleng -gelengkan kepalanya. Dia melihat sendiri putra dan keponakannya berusaha melindunginya dari usaha penculikan terhadap Patih Kismaka.Tapi nasib berkehendak lain,Sang Putra dan Keponakannya harus meregang nyawa di tangan Prabu Bomabomantara. Raden Guritno yang juga berada disitu masih menunggui mayat kedua Kakak sepupunya.Menunggu Sampai Nang narendra Khrisna datang.Hanya Sang Narayana saja yang bisa diharapkan guna menghidupkan mereka kembali.Kemudian Mereka dikejutkan oleh suara lengkingan Burung elang raksasa yang baru mendarat di halaman Istana Wirata. Raden Sitija dan Wilmuna tiba disitu dan langsung menghormat pada uwaknya Prabu Baladewa.
Raden Sitija menuju arah gandamadana. petilasan para leluhur sang ayah Sri Narendra Khrisna. Dia berangkat bersama Sang ayah pagi ini."Ngger apakah kau sudah siapkan ubarampenya...?.""Sudah kanjeng rama.....""Kita akan berkuda saja,Menuju kearah Gandamadana karena letaknya tidak cukup jauh...."Kata Sang Narendra Khrisna pada Putranya. Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Para Abdi dalem mempersiapkan kuda -kuda istana mereka memasangkan pelana dan tali kekangnya."Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran butuh penunjuk jalan...."kata Seorang Abdi dalem sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua tangannya."Tidak perlu Paman,Kami tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.silahkan Pam
Pemandangan Wana Goasiluman ketika siang dan malam sangat indah pohon -pohon rindang bertebaran. Satwa -satwa liar ketika siang mencari sumber kehidupan baik makan dan minum yang disediakan oleh alam. walaupun banyak bahaya tak terlihat berada di dalamnya. Raden Sitija,Senopati Prabakhesa,Aditya Pancatyana dan rombongan pasukan Pringgondani sudah berada di dalam wana. banyak kabut menghalangi pandangan hampir menutupi penglihatan mereka."Berhentiii....."kata Patih Prabakesha memberikan isyarat dengan tangannya."Aku akan mencari pohon besar dan melihat dari atas....,harusnya Kita sudah Sampai di Goa Siluman...."sambung Aditya Pancatyana."Paman.,......apakah Paman -paman semua bisa mengguanakan ajian meringankan tubuh....?"Tanya Raden Sitija pada rombongan pasukan pringgondani"Bisa. ....Sinuwun..."kata semuanya."Kalau begitu Aku dan Wilmuna akan kea
Pagi itu Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para pekerja bangunan istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi pembangunannya akan segera rampung. Raden Sitija dan Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Patih Prabakesha beserta Aditya Pancatyana, Aditya anchakagra, Aditya Yayahgriwa, Aditya Maudara dan tak ketinggalan Aditya Amisundha."Sebentar lagi Trajutrisna akan selesai Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija.Sang ayahpun tersenyum sambil menepuk bahu sang putra."Padahal waktunya lebih cepat dari yang dibayangkan...."kata Patih Prabakesha."Ini masih hari ke enam puluh,Kita beruntung punya Saudara -saudara yang mau membantu Kita..."Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka."Ada apa Adi.....?"Tanya Raden Sitija."Kakang menurut Teliksandi jangkarbumi. Dalam jangka enam hari Kita akan mendapatkan sera
Jutaan Pasukan dari berbagai kerajaan sekutu dari berbagai bangsa.baik manusia,bangsa Raksasa,bangsa Siluman ular,Siluman air dan para penunggang naga mulai bersiap -siap menyambut kedatangan serangan balasan yang akan dilancarkan kearah Trajutrisna. Raden Sitija, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Antasena dan Raden Srenggini memohon pamit pada para Ayah mereka. yaitu Sri Narendra Khrisna, Raden Janaka dan Raden Werkudara di balairung istana Trajutrisna."Apakah ada yang bisa Aku suruh lagi mendampingi kalian, Ngger....? "kata Sri Khrisna pada Putra dan para Keponakannya."Kalau boleh Hamba meminta Adi prabakusuma dan Adi Wilugangga untuk ikut dijajaran depan bersama Kami Kanjeng Rama..."kata Raden Sitija."Aku disini Kakang..!."kata salah satu Ksatria keluar dari barisan pemanah. "Aku juga,ada disini,Kakang..!"Ada suara lain dan ada satu lagi sosok ksatria yang keluar d
Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara Tercengang melihat apa yang terjadi dan dialami oleh jutaan pasukan milik mereka. Baru kali ini Mereka yang biasa nya tak bisa dikalahkan. Ternyata hanya dalam hitungan arah matahari yang sampai keubun ubun pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya beringas seakan tidak memiliki daya. Ketika dibantai oleh pasukan lawannya. Pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya membantai kini seolah terbalik oleh keadaan. Jeritan -jeritan kesakitan menghadapi ajal dari pasukan Prajatista dan Surateleng. Seolah kutukan yang diberikan oleh para dewa atas kelakuan yang pernah mereka lakukan. Bau daging terbakar dari mayat prajurit yang hangus. Jutaan raga tak utuh berserakan. Baik dari kaum para Raksasa dan manusia disana. Sementara pasukan lawa