Beranda / Fantasi / Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir) / Terbentuknya Trajutrisna. Part 4

Share

Terbentuknya Trajutrisna. Part 4

Penulis: Hendry Octa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

            Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha.

"Apakah Engkau lelah, Ngger...?.."

"Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya

"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.

Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. .

"Aku Ingin  dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija.

"Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya.

"Aku  mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi...."kata Raden Sitija.sambil  tersenyum.

"Ini ada daging rusa panggang yang sudah dipotong -potong kecil -kecil  dan diberi bumbu Ngger tadi dikasih sama Pekerja dari Warga Tunggurana..."sambung Patih Prabakesha memberikan wadah kuali besar yang berisi irisan -irisan daging.

Raden Sitija pun mengambil sepotong lalu dimakannya

"sambil mimil.....biar Kita tidak cepat mengantuk.....hha....hha...hha..."sambung Patih  Prabakesha.

Raden Sitija hanya tersenyum melihat kelakuan Pamannya. ..

"Dahulu kira -kira hampir Empat puluh  tahun yang lalu Ayahku Prabu Trembaka menjalin hubungan baik dengan Ayah para Pandawa....yaitu Prabu Pandhu Dewanata..yang waktu itu menjadi Raja dikerajaan Hastinapura.Tapi karena sebab yang tidak diketahui ujung permasalannya Mereka berselisih paham. Dan akhirnya persahabatan yang Mereka bina selama bertahun -tahun harus berakhir Ngger.Itu terjadi ketika Aku masih kecil.Hingga akhirnya terjadi peperangan antara Kerajaan Pringgodani dan Hastinapura. Perang itu tidak hanya memakan Korban tapi juga merenggut nyawa Mereka berdua. Dua Orang Sahabat itu mati bersama tanpa diketahui alasannya. Dan tidak hanya itu ngger Dewi Madrim ibunda dari Dua Kembar Pandawa yaitu Pamanmu Raden Nakula dan Raden Sadewapun ikut meninggal dalam kejadian itu.Kejadian itu membuat Pringgodani dan Hastinapura berduka. Kakangku Raden Arimba Ayah dari Prabu Arimbaji  yang pada waktu itu masih sangat muda dipaksa naik Tahta. Dendam kesumat pun lahir dalam hatinya pada Anak keturunan Pandhu. Tetapi dendam itu berubah ketika tahu Kakang Mbok Arimbi mendapat wisik dari Batara Narada. Jika kelak Dia akan menjadi salah satu Istri dari pandawa. Yang akan ditemuinya di dalam hutan Wilayah Pringgodani. Mendengar Kakang Mbok seperti itu. Maka Kakang ku pun tidak tega lalu Mereka pun pergi ketengah hutan. Dia melupakan dendamnya. Akhirnya sampailah di sebuah goa Mereka pun bermalam disitu. Pada waktu itu Kakang ku merasa lapar. Walaupun disembunyikan perasaan itu tapi Kakang Mbokku yang tau sifat Kakang ku. Akhirnya Dia bergegas untuk mencari makanan. Dan ketika berusaha mencari makanan. Tanpa terduga Kakang Mbokku bertemu dengan Sosok yang sangat Gagah Perkasa, Bertubuh tinggi dan tegap ditengah hutan. Kakang Mbokku mencintai Sosok itu yang tak lain adalah Kakang Bima atau Kakang  Werkudara. Pada waktu itu Kakang werkudara sangat kaget. Dikira Kakang Mbok ku mau menyerang keberadaan Pandawa dan Ibundanya Dewi Kunthi Tanubrata. Tapi dengan rendah hati Kakang mbok ku malah melamar Kakang Werkudara  ..haha...hha. .ha. ..mungkin Kakang Mbok ku cantik di kawasan pringgodani. Tapi bagi manusia,.seperti Kakang Werkudara waktu itu ya lari terbirit -birit. Akan tetapi ketika Kakang Bima lari malah dicegat oleh Kakang ku. Yang merasa Kakang Bima telah melecehkan Kakang Mbokku, Akhirnya terjadi pertempuran antara Kakang Arimba dan Kakang Werkudara. Kakang Mbok ku yang ketakutan akhirnya juga lari mencari keberadaan Ibunda Kakang Werkudara Dewi  kunthi tanubratadan pandawa lainnya. agar bisa melerai pertikaian mereka Ngger. Tapi terlambat Kakang Arimba akhirnya meregang nyawa di tangan Kakang Werkudara. Dan Ibu Kunthi pun meruwat Kakang Mbok ku hingga jadi Wanita Manusia sempurna.Sampai sekarang. Tapi pada waktu Kakang Arimba sekarat dia sempat berpesan agar Kakang Werkudara mau menikahi Kakang Mbokku. Dan Kakang Werkudara menyanggupinya. Hari. sudah sangat larut ngger. ...sebaiknya Angger Masuk kedalam. biar kan Saya berjaga. ..nanti pasti Guritno kemari. .."kata Patih Prabakesha mengakhiri ceritanya.

"Iya Paman.....besok juga ada pertemuan. .apa Paman mau ikut?"

"Jangan dulu Ngger Aku dan Adi Pancatyana harus menyelesaikan istana ini tepat waktu...."

"Baiklah Paman terimakasih atas jamuannya..."Raden Sitija lalu beranjak pamit dengan menyatukan kedua tangannya. Sembari menunduk Pabakeshapun membalasnya. Akhirnya Semua kembali Lengang. Dingin yang merebak mengantarkan banyak Makhluk untuk merebah. Gatotkaca melihat sekeliling Trajutrisna dari atas awan.

...........................

              Pagi itu pengerjaan istana dimulai lagi. Patih Prabakesha dan Aditya Pancatyana sebagai pemimpin pekerjanya.Baik dari kalangan Manusia dan Para Raksasa saling bantu.-membantu agar pengerjaan Istana cepat selesai tepat seperti waktu yang ditentukan.

Prabu Baladewa berjalan -jalan di pinggiran hutan Tunggurana, Dia menghirup udara segar pagi sambil menata nafasnya. Lalu Dia mengeluarkan Tombak Alugara. Tombak berwarna Merah bermata dua Atas dan bawah .Pertama Prabu Baladewa  membuat putaran -putaran kecil. Suara putaran Tombak seketika berubah seiring kecepatan yang dilakukan oleh Prabu Baladewa seperti suara dengungan ribuan Tawon. Prabu Baladewa membuat putaran Tombak yang seperti Topan, Tombak itu berputar cepat Lalu  diarahkan ke dua sisi kiri dan kanan secara bergantian Hempasan Putaran Tombak  menerpa tanah terdengar Seperti Angin puting beliung yang bisa menerbangkan apa saja yang berada Didepannya.

                 Semakin lama semakin cepat hingga banyak Debu yang  mengitari Tubuhnya.

Tidak hanya itu kadang juga Sang Prabu  memukulkan alugara ketanah bertubi -tubi. Hingga terdengar seperti bunyi -bunyi ledakan yang menggetarkan Bumi. Ketika sampai ke Sebatang Pohon  Beringin Sang Prabu memutar -mutar ujung Tajam tombaknya dan seperti suara dengungan jutaan tawon yang memekakkan telinga. Semakin lama putaran ujung tombak alugara semakin kencang kearah Pohon. Ujung Tombak Alugara pun bisa membuat lubang menganga di pohon beringin. Prabu Baladewa menarik Alugara dan segera menyatukan kedua tangannya. Kemudian Sang Prabu memejamkan mata dan mengatur pernafasannya.

                Tampak dari kejauhan Raden Sitija melihat dan mengamati Sang Uwak yang berlatih kanuragan. Lalu Raden Sitija pun beranjak mendekati Sang Uwak.

"Selamat pagi Uwak Kakrasana......."kata Raden Sitija sambil menghormat menyatukan tangannya sambil membungkukkan badan kearah Prabu Baladewa.

"Pagi Ngger......Ada apa Nakmas Sitija?.."jawab Prabu Baladewa sembari membalikkan badan menghadap keponakannya.

"Nanti siang apakah Uwak dan Paman Werkudara  bisa ke pendopo istana?"

"Hha....hha....hha....tentu saja Ngger.....iya nanti Aku ajak Adi Werkudara dan Paman- pamanmu dari semua Pandawa berikut Kakangmu Wisata, Wilmuka beserta Adik-adikmu

Ngger...Pradjumna,Gunadewa dan Samba,Mereka baru datang dari Mandura....dan mungkin nanti siang Mereka sudah berada disini..."

"Terima kasih Uwak....Kakrasana...."

"Apakah Kau tidak mau mencoba ini....."kata Prabu Baladewa sambil melemparkan alugara kearah Raden Sitija.

Sitijapun langsung menangkap alugara sambil menimang -nimangnya dengan sebelah tangan kanannya

Prabu Baladewa pun bertepuk tangan melihat kelakuan ponakannya.

"Kau Sungguh Luar biasa Ngger. .......padahal Alugara itu sangat berat....bahkan untuk Orang biasa saja Dia tidak akan mampu menimang -nimangnya seperti Kamu Ngger. .....hha. ...hha. ..hha. .. mengangkatnya saja meskipun mempunyai kekuatan sekelas Dewa.Akan berpikir dua kali untuk menimang Alugara. ...bahkan putra -putraku sendiri. ....tidak akan sanggup. ... "

"Terimalah ini kembali Uwak "kata Raden Sitija kepada Uwaknya Prabu Baladewa sembari mengembalikan alugara dengan kedua tangannya.

"Apa Kau tidak mau mencobanya....Nanti siang akan kuambil...."Kata baladewa berlalu dari hadapan Sitija. ..melompat dengan tinggi menggunakan ilmu meringankan tubuhnya....meninggalkan Raden Sitija sendiri di pinggiran hutan Tunggurana..

Raden Sitija mulai menirukan gerakan -gerakan Uwaknya. Dia mengingat -ingat semua yang dilihatnya. Raden Sitija pun mulai mengayun -ayunkan dengan memutar  tombak alugara pertama sangat pelan kemudian semakin lama semakin cepat. Raden Sitija  melakukan gerakan yang digunakan Prabu Baladewa tadi dengan sempurna. ..bahkan tenaga yang dihasilkan dari putaran  tombak Sitija lebih kencang daripada sang Uwak. Suara tombak itu berdengung -dengung seperti badai. Sitija membuat putaran sangat kencang kearah depan, kanan, kiri dan kebelakang. Kemudian Dia melompat sangat tinggi hingga hampir menembus awan dengan kemampuan meringankan tubuhnya.

             Sambil terus membuat putaran tombak Alugara. Raden  Sitija  melihat dari atas pemandangan yang sangat indah.Hingga terlihat istana Trajutrisna yang sedang dibangun.Raden  Sitija menambah sedikit demi sedikit bebannya agar bisa kembali turun dengan menggunakan putaran tombak bermata Dua Alugara sebagai terpaan anginnya.  Dia melandai pelan diatas tanah kembali kearah pinggiran hutan. lalu kembali pulang  ke istana Trajutrisna. ......

Bab terkait

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Hyangyanawati

    Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura."Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Me

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Wijayakusuma dan Wijayamulya.

    Wirata, Mandura dan Dwarawati sedang berduka.Kehilangan dua sosok Pemuda gagah. Raden Wisata dan Raden Arya Gunadewa. Prabu Baladewa merenung tidak habis pikir sambil terus menggeleng -gelengkan kepalanya. Dia melihat sendiri putra dan keponakannya berusaha melindunginya dari usaha penculikan terhadap Patih Kismaka.Tapi nasib berkehendak lain,Sang Putra dan Keponakannya harus meregang nyawa di tangan Prabu Bomabomantara. Raden Guritno yang juga berada disitu masih menunggui mayat kedua Kakak sepupunya.Menunggu Sampai Nang narendra Khrisna datang.Hanya Sang Narayana saja yang bisa diharapkan guna menghidupkan mereka kembali.Kemudian Mereka dikejutkan oleh suara lengkingan Burung elang raksasa yang baru mendarat di halaman Istana Wirata. Raden Sitija dan Wilmuna tiba disitu dan langsung menghormat pada uwaknya Prabu Baladewa.

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Prabu Arimbaji.

    Raden Sitija menuju arah gandamadana. petilasan para leluhur sang ayah Sri Narendra Khrisna. Dia berangkat bersama Sang ayah pagi ini."Ngger apakah kau sudah siapkan ubarampenya...?.""Sudah kanjeng rama.....""Kita akan berkuda saja,Menuju kearah Gandamadana karena letaknya tidak cukup jauh...."Kata Sang Narendra Khrisna pada Putranya. Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Para Abdi dalem mempersiapkan kuda -kuda istana mereka memasangkan pelana dan tali kekangnya."Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran butuh penunjuk jalan...."kata Seorang Abdi dalem sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua tangannya."Tidak perlu Paman,Kami tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.silahkan Pam

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Wijayakusuma dan Wijayamulya. Part 2

    Pemandangan Wana Goasiluman ketika siang dan malam sangat indah pohon -pohon rindang bertebaran. Satwa -satwa liar ketika siang mencari sumber kehidupan baik makan dan minum yang disediakan oleh alam. walaupun banyak bahaya tak terlihat berada di dalamnya. Raden Sitija,Senopati Prabakhesa,Aditya Pancatyana dan rombongan pasukan Pringgondani sudah berada di dalam wana. banyak kabut menghalangi pandangan hampir menutupi penglihatan mereka."Berhentiii....."kata Patih Prabakesha memberikan isyarat dengan tangannya."Aku akan mencari pohon besar dan melihat dari atas....,harusnya Kita sudah Sampai di Goa Siluman...."sambung Aditya Pancatyana."Paman.,......apakah Paman -paman semua bisa mengguanakan ajian meringankan tubuh....?"Tanya Raden Sitija pada rombongan pasukan pringgondani"Bisa. ....Sinuwun..."kata semuanya."Kalau begitu Aku dan Wilmuna akan kea

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Terbentuknya Trajutrisna. Part V

    Pagi itu Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para pekerja bangunan istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi pembangunannya akan segera rampung. Raden Sitija dan Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Patih Prabakesha beserta Aditya Pancatyana, Aditya anchakagra, Aditya Yayahgriwa, Aditya Maudara dan tak ketinggalan Aditya Amisundha."Sebentar lagi Trajutrisna akan selesai Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija.Sang ayahpun tersenyum sambil menepuk bahu sang putra."Padahal waktunya lebih cepat dari yang dibayangkan...."kata Patih Prabakesha."Ini masih hari ke enam puluh,Kita beruntung punya Saudara -saudara yang mau membantu Kita..."Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka."Ada apa Adi.....?"Tanya Raden Sitija."Kakang menurut Teliksandi jangkarbumi. Dalam jangka enam hari Kita akan mendapatkan sera

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Neraka di Tunggurana

    Jutaan Pasukan dari berbagai kerajaan sekutu dari berbagai bangsa.baik manusia,bangsa Raksasa,bangsa Siluman ular,Siluman air dan para penunggang naga mulai bersiap -siap menyambut kedatangan serangan balasan yang akan dilancarkan kearah Trajutrisna. Raden Sitija, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Antasena dan Raden Srenggini memohon pamit pada para Ayah mereka. yaitu Sri Narendra Khrisna, Raden Janaka dan Raden Werkudara di balairung istana Trajutrisna."Apakah ada yang bisa Aku suruh lagi mendampingi kalian, Ngger....? "kata Sri Khrisna pada Putra dan para Keponakannya."Kalau boleh Hamba meminta Adi prabakusuma dan Adi Wilugangga untuk ikut dijajaran depan bersama Kami Kanjeng Rama..."kata Raden Sitija."Aku disini Kakang..!."kata salah satu Ksatria keluar dari barisan pemanah. "Aku juga,ada disini,Kakang..!"Ada suara lain dan ada satu lagi sosok ksatria yang keluar d

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Kematian Bhoma

    Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara Tercengang melihat apa yang terjadi dan dialami oleh jutaan pasukan milik mereka. Baru kali ini Mereka yang biasa nya tak bisa dikalahkan. Ternyata hanya dalam hitungan arah matahari yang sampai keubun ubun pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya beringas seakan tidak memiliki daya. Ketika dibantai oleh pasukan lawannya. Pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya membantai kini seolah terbalik oleh keadaan. Jeritan -jeritan kesakitan menghadapi ajal dari pasukan Prajatista dan Surateleng. Seolah kutukan yang diberikan oleh para dewa atas kelakuan yang pernah mereka lakukan. Bau daging terbakar dari mayat prajurit yang hangus. Jutaan raga tak utuh berserakan. Baik dari kaum para Raksasa dan manusia disana. Sementara pasukan lawa

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Prabu Narakasura

    Di Singgasana Prajatista duduk termenung seorang Raja yang kehilangan segalanya. Dengan Gada besar penuh duri bersandar di balik Singgasananya.Malam kian temaram dengan raut muka penuh murka Sang Raja mencoba tetap tenang. Tampak dari kejauhan Sesosok pemuda membawa tiga Kepala Manusia yang masih segar dengan darah menetes di setiap lantai berada pada genggaman tangan kirinya.Tombak prajurit di tangan kanannya melangkah menuju kearah sang Raja.Lalu Sang Pemuda melemparkan Kepala -kepala manusia itu dibawah kakinya."Hha...hha...hha...Ternyata hanya Seorang bocah ingusan yang bisa membantai semua pasukan Prajatista dan membunuh Kakangku Bomabomantara.Siapa namamu, Ngger...?,Apa kau puas dengan ini semua..?"Seru Sang Raja pada Sang Pemuda."Narakasura...Namaku adalah Sitija Putra dari Pratiwi dan Sri khrisna.Aku tahu kau dan Bomabomantara merencanakan sesuatu yang buruk pada kerajaa

Bab terbaru

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Hari Penghakiman

    Raden Sitija (Bhoma) Memenuhi Undangan Keempat Mahasenapati Jagad diatas Langit Tengguru (Alang-alang Kumitir/Galaksi Antariksa).Kedatangannya Setelah Ribuan Tahun Berlalu Disambut oleh Keempat Adik Sepupunya. Mahasenapati Wisanggeni, Mahasenapati Wisangkantha, Mahasenapati Antasena dan Mahasenapati Arya Srenggini. "Sugeng Rawuh(Bahasa jawa:Selamat datang)…,Kakang Sitija…!"Sambut Raden Wisangkhanta tersenyum Kearah Kakak Sepupunya dengan menundukkan kepala dan menyatukan kedua telapak tangannya.Sedangkan Raden Wisanggeni, Raden Antasena, Raden Arya Srenggini hanya Menundukkan kepala seraya tersenyum ramah kearah Kakak sepupunya."Matur sembah Nuwun(Bahasa Jawa:Terima kasih banyak)…,Adi Wisangkhanta…,Adi Wisanggeni…,Adi Antasena…,Dan Adi Srenggini…"jawab Raden Sitija seraya membalas Hormat salah Satu Adik sepupunya.

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Mahasenapati Wesi Aji.

    Sosok Terbang melesat dengan Kecepatan Tinggi Melewati Lubang Hitam Lautan kosmik Antariksa. Sosok berpakaian sama seperti Sashikirana,Arya kaca dan Madusegara. tiba -tiba Sosok itu Berhenti dengan terbang mengambang Di depan Sebuah Kepala Raksasa tanpa badan Berukuran sebesar Planet."WESI AJI…!,MAHASENAPATIKU…!!"Seru Kepala Raksasa yang dapat melihat Sosok yang dipanggil Wesi Aji walaupun Tubuh Wesi aji hanya seperti butiran debu.Wesi Aji Membuka Topeng Baja nya. Wajah tampan Wesi aji Tersenyum. Wesi Aji Adalah Sosok Pemuda Tampan tapi Berambut panjang berwarna Putih. Wesi Aji Segera Menyatukan kedua Telapak tangan nya seraya menundukkan kepala kearah Kepala Raksasa."Sendiko dawuh…,Sinuwun Rahu…!dan Sendiko dawuh Sinuwun Ketu…!"jawab Wesi Aji.Tak Berselang Lama Kepala Raksasa itu Dipegang Oleh Dua tangan. Muncul dari Belakang Kepala itu Tubuh Raksasa Yang Sangat Besar. Melebihi Besar nya Kepala Raksasa di depan

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Sesuatu Untuk Dunia

    KOMBESPOL Wira dan Lainnya Berkumpul Di Ruangan Khusus Dilengkapi Peta Dunia dan Sinar Merah Berpendar. KOMBESPOL Wira yang Memimpin Pertemuan Di depan Anggota Liga Perwira dan Ksatria Republik. Kemudian Ia Mempersilakan Seluruh Anggotanya Membuka Laptop yang berada Didepan Meja Masing -masing."Selamat Pagi…!,Semuanya…!"Kata KOMBESPOL Wira Mengawali Pembicaraan kepada Seluruh Wakil dan Anggotanya."SELAMAT PAGI…!,PAK…!"Seru Seluruh Anggota Seraya Berdiri Sebentar.Kemudian KOMBESPOL Wira Mempersilakan Mereka Untuk Duduk kembali."Sa'at Ini Saya Ingin menyampaikan Kepada Segenap Jajaran Di Setiap Divisi. Tentang Pengiriman Bantuan Menjaga Seluruh Keselamatan Agent Rahasia Dunia. Yang Menjalani Misi Mencari Para Psychopath Berbahaya yang Mengancam Anak-anak Kita terutama Anak Remaja Perempuan Kita…!,Bapak Pimpinan,Lettu Dyah, Sashikirana, Suryakaca,Madusegara,Bhoma beserta Para Atasan sedang menuju Kearah Lyon,Prancis Gun

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Bhoma (Sitija)Dan Yadnyawati. Bag IV

    Raden Sitija Menemani Sang Istri kearah Kaputren Kayangan Ekapratala."Sebetulnya Kanda Aku Merasa Kasihan Dengan Ibundanya Hita,Tapi Disatu Sisi Walaupun Aku Hanya Bisa Meluangkan Waktuku Bersama Hita Dan Kanda DiWaktu senja sampai menjelang Pagi Buta…,Tapi Naluriku Sebagai Seorang Ibu Aku Tidak Mau Kehilangan Putriku…,Walaupun Hita Bukan Putri kandungku,Tapi Aku dan Kanda Menyayangi Hita Seperti Darah Daging Kita Sendiri,…kan?,Kanda…?,Iya kan…?"Kata Sang Istri Dewi Yadnyawati sambil Bersandar Di Bahu Raden Sitija. Raden Sitija Tersenyum mengangguk Sambil Mengelus -elus Rambut Sang Istri."Aku Tahu Sejarahnya,Kenapa Hita Putri Kita Mereka Cari…,Tapi Siapapun Yang Mau Mengganggu bahkan Melukai Putri Kita dan Anak-anak Kita…,Mereka Harus Berhadapan Denganku Sebagai Pemimpin Para Laskar Dewa Milik Keturunan Aditya…,Sebagai Mahasenapati Bhumi Milik Batara Surya dan Batara Baruna,Kalau Perlu Aku Habisi Mereka…

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Bhoma (Sitija)dan Yadnyawati. Bag III

    Enam Sosok Bayangan Berwarna Hitam Terbang Menuju Ke Utara Gunung Himalaya, Hindia Di tengah Malam. Enam Sosok Berpakaian Jaket Hoodie Behenti Kearah Sebuah Hutan. Mereka Menyatukan Kedua Telapak Tangan.Tiba -tiba Ada Pintu Gerbang Terbentang Lewat Sebuah Pohon Besar Raksasa. Mereka Berenam Terbang Melesat Masuk Kekedalaman Tanah. Hampir 2000.000Kaki dari kedalaman Tanah Terdapat Sebuah Istana. Di Setiap Pintu Gerbang Dijaga Oleh Para Raksasa yang Bernama Yaksa. Tampak Seorang Lelaki Tua dengan Rambut Panjang Tergerai, Rambut,Alis, Kumis dan jenggotnya yang berwarna Putih. Berpakaian Laksana Seorang Raja dari Masa Lalu.Dengan Memakai Mahkota Kerajaan. Meski Seorang Lelaki Tua tapi Berperawakan Gagah dengan Tubuh Berotot.Dialah Batara Ekawarna yang tersenyum Menyambut Keenam tamunya. Ditemani Tiga Wanita Cantik Dua Diantaranya Terlihat Seperti Berusia Belia.Sedangkan Salahsatunya Terlihat Berusia Empat Puluhan tahun.Ketiga Wa

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Liga Perwira Dan Ksatria. Bag V

    Di dalam Ruangan Yang terdapat Banyak Monitor Led tersambung. terdapat Peta Dunia dan Banyak Cahaya merah Berpendar. Hita Padmarani putri Bhoma, Bhoma, Brigjend Suta,KOMBESPOL Wira, Lettu Dyah danlainnya.Menyampaikan Penjelasannya ke Beberapa Dewan Perwira Tinggi Militer dan Kepolisian Negara. Tentang Siapa Saja Anggota yang Akan Mereka Recruit. Menjadi Agent Perisai yang Juga Bertindak sebagai Agent Executor di Liga Perwira dan Ksatria Republik. Setelah melakukan penghormatan kepada Para Perwira Tinggi Pimpinan Liga Perwira dan Ksatria Republik segera Menyampaikan Maksudnya."Fungsi dari Agent Perisai adalah sebagai Pelindung dan Penyelamat Agent Spionase atau Pencari Bukti di Lapangan. Setiap Satu Agent Pencari Bukti dari Berbagai Wilayah dalam Ataupun Luar NegaraDi Dunia.Di Peta Ini Ada Cahaya merah berpendar di seluruh bagian Dunia…Pak,Bahaya Mengancam Istri, anak Perempuan dan Semua Keturunan Kita diluar sana…!,Pak…!"Jelas

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Liga Perwira Dan Ksatria. BAG IV

    Brigjend Suta dan Kapten Catur Menuju kearah Kantornya. Tampak Ada Empat Orang Asing Berpakaian setelan Jas Hitam Menunggu di depan. Mereka Tersenyum Kearah Brigjend Suta dan Kapten Catur, Brigjend Suta dan Kapten Catur menghentikan Langkahnya Sebentar,seraya Menghormat Laksana Militer. Mereka Semua Membalas Hormat Brigjend Suta dan Kapten Catur.Seorang Diantara Mereka Lelaki berambut Pirang berusia Paruh Baya. Dan Seorang Perempuan Cantik yang tak lain Adalah Kapten Ivana."Dobroye Utro General Alexei…,Kak vy Ser…?(Selamat Pagi Pak Jendral Alexei)(dalam bahasa Russia)"Sapa Brigjend Suta kearah Lelaki Paruh baya yang ternyata adalah Jendral Alexei. sambil Meminta menjabat tangannya."Dobroye utro tozhe Brigadnyy General Suta(Selamat pagi Brigjend Suta)…Korosho,Spasibo …(Baik, terimakasih)"Jawab Jendral Alexei sambil tersenyum kearah Brigjend Suta.Jendral Alexei pun Membalas jabat tangan Brigjend Suta. Lalu Mereka saling Berpelukan dan Me

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Evolusi Alam Manusia

    Brigjend Suta,KOMBESPOL Wayan Wira, Kapten Catur, A.K.P Artha dan Lainnya menuju ke suatu tempat yang masih Di kawasan Kantor Mereka. Tempat Itu seperti sebuah Laboratorium Penelitian Artillery. Tampak Seorang Lelaki Muda berpakaian Dokter menyapa Mereka.Dengan Mengajak Mereka Bersalaman seraya Mengembangkan Senyuman Diwajahnya.Para Perwira pun Membalas senyuman Sang Lelaki lalu membalas Jabat tangannya."Selamat Pagi, Bapak…?!,Apa Kabar…?" Tanya Sang Lelaki Muda kearah Para Perwira didepannya."Selamat Pagi Dokter …Erik,Baik…,Kabar Baik…,Terima kasih…!"jawab Brigjend Suta sambil Tersenyum Kearah Lelaki Yang dipanggil Dokter Erik."Silahkan Masuk …Pak…" Tukas Dokter Erik sambil Membuka Sebuah Pintu dengan tangan Kirinya Sambil Melapangkan tangan kanannya.Lalu Mereka Melewati Sebuah tempat Khusus yang Diwajibkan memakai Penutup Telinga dan Kacamata Khusus. Kemudian Mereka mengikuti Dokter Erik melewati Tempat Pengujian Se

  • Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)   Meraba Sukma dalam Heningnya Angin

    Kapten Deny Masih Bingung dengan kejadian Pagi tadi. Anchakagra, Yayahgriwa, Maudara dan Amisundha yang Masih Berada dalam Satu Ruangan Menatap Keheranan Dengan Sikap Sang Atasan."Ada Apa Gerangan Pak…?,Apakah Ada yang Bisa Kami Bantu Mungkin…?"Tanya Anchakagra tersenyum kearah Kapten Deny."Begini Saudara Semuanya.Apakah Saudara Sepupu Anda mempunyai Saudara Kembar…?Maksud Saya Saudara Pancatyana…?"Tanya Kapten Deny kearah Mereka Berempat."Maksudnya…,Pak?"tanya Anchakagra kembali. Tapi Anchakagra Tersenyum kembali Karena Dia Mengingat Sesuatu."Ohh …,Masalah Kemarin Malam…?"Tanya Yayahgriwa tersenyum."Iya…,Saya Tadi Menelpon Anak buah Saya,Yang Sekarang Berada Di Hotel Dimana Sepupu Anda Juga Berada Disana.Tapi Ada Hal Yang Sangat Membuat Nalar Saya Ini Seperti Bilang Bahwa Itu Sangat Mustahil. Bagaimana Bisa Seorang Yang sama Muncul di tempat yang Berbeda…?,Setahu Saya Hanya Orang Kembar yang bisa Melakukan hal Semacam Itu…?"Tan

DMCA.com Protection Status