Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara Tercengang melihat apa yang terjadi dan dialami oleh jutaan pasukan milik mereka. Baru kali ini Mereka yang biasa nya tak bisa dikalahkan. Ternyata hanya dalam hitungan arah matahari yang sampai keubun ubun pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya beringas seakan tidak memiliki daya. Ketika dibantai oleh pasukan lawannya. Pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya membantai kini seolah terbalik oleh keadaan.
Jeritan -jeritan kesakitan menghadapi ajal dari pasukan Prajatista dan Surateleng. Seolah kutukan yang diberikan oleh para dewa atas kelakuan yang pernah mereka lakukan. Bau daging terbakar dari mayat prajurit yang hangus. Jutaan raga tak utuh berserakan. Baik dari kaum para Raksasa dan manusia disana. Sementara pasukan lawaDi Singgasana Prajatista duduk termenung seorang Raja yang kehilangan segalanya. Dengan Gada besar penuh duri bersandar di balik Singgasananya.Malam kian temaram dengan raut muka penuh murka Sang Raja mencoba tetap tenang. Tampak dari kejauhan Sesosok pemuda membawa tiga Kepala Manusia yang masih segar dengan darah menetes di setiap lantai berada pada genggaman tangan kirinya.Tombak prajurit di tangan kanannya melangkah menuju kearah sang Raja.Lalu Sang Pemuda melemparkan Kepala -kepala manusia itu dibawah kakinya."Hha...hha...hha...Ternyata hanya Seorang bocah ingusan yang bisa membantai semua pasukan Prajatista dan membunuh Kakangku Bomabomantara.Siapa namamu, Ngger...?,Apa kau puas dengan ini semua..?"Seru Sang Raja pada Sang Pemuda."Narakasura...Namaku adalah Sitija Putra dari Pratiwi dan Sri khrisna.Aku tahu kau dan Bomabomantara merencanakan sesuatu yang buruk pada kerajaa
Lalu Sri Khrisna kembali di tengah tengah semuanya. Dan Sang Narendra meminta ma'af dengan menghormat."Tidak mungkin satu negara dipimpin oleh dua orang Raja dengan Nama dan gelar yang sama?"kata Raden Guritno."Apakah mungkin jika Paman Prahasta dijadikan alat untuk jadi kambing hitam oleh Prabu Bomabomantara yang asli..."kata Raden Wisata."Bisa Jadi demikian.Waktu penyerangan di arah Tunggurana.Aku melihat ada kejanggalan...!"sambung Raden Wisanggeni."Pada waktu itu Aku tidak menoleh kearah Patih Prahasta.Sebab Aku tahu dari fisik dan perawakannya.Ketika Aku hampir melukainya dengan sentilanku,Aku terbang kearah atas. disitu ada hampir dari Separuh atau lebih Pasukan Raksasa.Ikut menanggalkan senjatanya bersama -sama pasukan jalma(manusia).Aku menaruh kecurigaan kemungkinan ada Pemimpin lain yang mengendalikan keberadaan Mereka.Disekitar tempat itu, Aku yakin pasti Prabu Bomabomantara yang asli
Kisiknarmada sebuah kota kerajaan maju di pathala laut dan muara.Dihuni oleh banyak Ikan,Hewan melata yang bisa hidup di dua alam, dan Hewan air lainnya beserta jutaan makhluk Siluman air yang dipimpin oleh seorang Dewa yang bernama Batara Baruna. Batara Baruna mempunyai seorang perdana menteri sekaligus Sang adik, Yaitu Batara Rekatatama.Meski sebuah negara yang tidak tersinari oleh matahari.Tapi menjadi Sebuah Kotaraja yang indah nan mempesona. Kisiknarmada sedang kedatangan Tamu khusus Batara Brahma. Batara berwujud kakek tua tapi masih berbadan tegap berkepala empat bertangan empat setiap tangannya memegang benda.Tangan kanan pertamanya memegang Japamala,Tangan kanan kedua memegang teratai,Tangan kiri pertama memegang kendil dan yang keempat memegang gulungan kitab.Batara yang dijuluki juga Sang Agni memasuki Kisiknarmada menaiki tunggangannya yang berupa Angsa s
Raden Wisanggeni mengadakan pertemuan Rahasia dengan Raden Samba, Prabu Baladewa, Raden Arya Gunadewa, Raden Wisata dan Raden Wilmuka di sebuah hutan kecil di wilayah mandura tanpa sepengetahuan Sang Narendra Dwarawati. Mereka datang menunggang kuda kearah suatu tempat yang dituju Raden Wisanggeni."Apakah Kau baru juga sampai Ngger...?"kata Prabu Baladewa pada Wisanggeni."Iya Uwak..."jawab Raden Wisanggeni."Oh...Iya, Aku punya sesuatu untukmu Kakang Samba."sambung Raden Wisanggeni mengeluarkan dua gulungan kulit yang diikat oleh tali dari akar."Apa ini Adi...?"Raden Samba bertanya keheranan." Aku menemukannya di kamar Kakang Sitija di Trajutrisna.Disebelah kiri gulungan kulit itu ada Namamu Kakang Samba.""Dan ini yang satunya,Sepertinya ini milik Kakang Mbok Yadnyawati..."kata Raden Wisanggeni."Apa Aku bisa membacanya disini..."kata Raden Samba.  
A.K.B.P. I Wayan Wira seorang anggota kepolisian negara yang sedang menjalani liburan bersama keluarganya di rumah sang kakek Professor I Wayan Dharma.Di wilayah Uluwatu, Jimbaran, Bali.Ketika membersihkan lemari tua milik Sang Kakek. Wayan wira menemukan buku harian usang di dalam sebuah kotak tersembunyi.Dan juga ruangan rahasia di dalam kamar Sang Kakek yang ternyata adalah laboratorium tempo dulu.A.K.B.P Wayan Wira sekaligus mendapatkan sebuah buku tua hasil tesis penelitian sang kakek. Buku yang menyimpulkan bahwa ada keberadaan Makhluk abadi di sekitar Manusia melalui struktur D.N.A.atau sampel darah. Bersama rekan rekannya,Akhirnya A.K.B.P Wayan Wira dan Sahabatnya Seorang Anggota Korps Polisi Militer. Bernama Kolonel I Made Suta berhasil menemukan keberadaan mereka di sekitar wilayah Gianyar,Bali.Mereka kemudian mencurigai seorang Pengusaha kaya Bernama Arya Susena. Yang ternyata memakai identitas palsu berkali kali.Teta
Jakarta, tahun 2022 Sore itu sebuah mobil memasuki sebuah pelataran sebuah rumah bertingkat dua lantai. Walaupun Rumah itu sedikit minimalis tapi terlihat sangat elegant. Seorang Lelaki muda berpakaian Polisi keluar dari dalam mobil. Pria berusia sekitar tiga puluh lima tahun berparas tampan dengan kumis tipis dan berambut cepak. Lalu terdengar pintu depan rumah itu terbuka nampak Dua Anak Laki -laki kecil berusia balita, Sedangkan satunya berusia kurang lebih empat tahun berlari menghampiri Pak Polisi."Ajiiiiii...!"kata sang anak kecil yang agak besar"Eh...,Arnawa...!,
Suasana di Bandara Kolonel I Gusti Ngurah Rai Sangat ramai. Banyak Wisatawan Domestik dan Wisatawan asing tiba disana. I Wayan Wira dan keluarga telah sampai. Tampak Seorang Pemuda berambut gondrong memakai udeng khas Bali melambaikan tangannya kearah Wayan Wira.Wayan Wira juga melambaikan tangannya dan langsung mendekatinya dengan menggendong Arnawa."Pffff...,Lama sekali nunggu Beli Wira...!?"kata Sang Pemuda pada I Wayan Wira."Hha...Hha...Hha...,Kamu tetap saja menggerutu Satya.Kalau disuruh Nyusul Aku..."jawab I Wayan Wira sambil memencet hidung Pemuda yang bernama Satya. Sampai Sang Pemuda itu meringis kesakitan tapi langsung tertawa."Mana Embok dan keponakanku Beli...?"Tanya Satya."Ehh...,Tolong bantu angkat kopornya Embokmu itu...!"seru I Wayan Wira sambil menunjuk Istrinya yang menggendong Asthra kecil Sedangkan Galuh menggerutu disuruh seret -seret Koper sama Ibunya.Padahal barang lainnya sudah
Pagi itu Terasa sangat cerah, Wayan Wira bersama Adik -adik sepupunya pergi ke rumah Mendiang Sang Kakek yang tidak terlalu jauh dari Rumah Uwaknya. Ketika sampai Mereka pun berbagi tugas."Beli Wira sebetulnya Isi dalam Rumah Kakiang ini Tidak berubah dari segi penataan ruang dan barang -barangnya..."kata Satya pada Kakak sepupunya."Apa iya...,Begitu…?"tanya Wayan Wira heran."Iya Beli...Kita hanya membersihkan debu-debunya saja....sambil menata kembali barang pada tempatnya.."sahut Adri."Beli Wira lihat-lihat saja dulu Di Bale Manten...,Terutama Kamar mendiang Kakiang dan Naniang,…Beli Wira.Nanti yang lainnya Biar Kita yang bersihkan."kata Nyoman."Baiklah kalau begitu,Aku segera kearah Bale Manten..."kata Wayan Wira sambil tersenyum kearah Adik -adik sepupunya. Dengan membawa Sapu Lalu melangkah ke bagian lain Rumah itu.Wayan Wira memasuki Bagian Rumah yang dinamakan