Lalu Sri Khrisna kembali di tengah tengah semuanya. Dan Sang Narendra meminta ma'af dengan menghormat.
"Tidak mungkin satu negara dipimpin oleh dua orang Raja dengan Nama dan gelar yang sama?"kata Raden Guritno."Apakah mungkin jika Paman Prahasta dijadikan alat untuk jadi kambing hitam oleh Prabu Bomabomantara yang asli..."kata Raden Wisata."Bisa Jadi demikian.Waktu penyerangan di arah Tunggurana.Aku melihat ada kejanggalan...!"sambung Raden Wisanggeni."Pada waktu itu Aku tidak menoleh kearah Patih Prahasta.Sebab Aku tahu dari fisik dan perawakannya.Ketika Aku hampir melukainya dengan sentilanku,Aku terbang kearah atas. disitu ada hampir dari Separuh atau lebih Pasukan Raksasa.Ikut menanggalkan senjatanya bersama -sama pasukan jalma(manusia).Aku menaruh kecurigaan kemungkinan ada Pemimpin lain yang mengendalikan keberadaan Mereka.Disekitar tempat itu, Aku yakin pasti Prabu Bomabomantara yang asliKisiknarmada sebuah kota kerajaan maju di pathala laut dan muara.Dihuni oleh banyak Ikan,Hewan melata yang bisa hidup di dua alam, dan Hewan air lainnya beserta jutaan makhluk Siluman air yang dipimpin oleh seorang Dewa yang bernama Batara Baruna. Batara Baruna mempunyai seorang perdana menteri sekaligus Sang adik, Yaitu Batara Rekatatama.Meski sebuah negara yang tidak tersinari oleh matahari.Tapi menjadi Sebuah Kotaraja yang indah nan mempesona. Kisiknarmada sedang kedatangan Tamu khusus Batara Brahma. Batara berwujud kakek tua tapi masih berbadan tegap berkepala empat bertangan empat setiap tangannya memegang benda.Tangan kanan pertamanya memegang Japamala,Tangan kanan kedua memegang teratai,Tangan kiri pertama memegang kendil dan yang keempat memegang gulungan kitab.Batara yang dijuluki juga Sang Agni memasuki Kisiknarmada menaiki tunggangannya yang berupa Angsa s
Raden Wisanggeni mengadakan pertemuan Rahasia dengan Raden Samba, Prabu Baladewa, Raden Arya Gunadewa, Raden Wisata dan Raden Wilmuka di sebuah hutan kecil di wilayah mandura tanpa sepengetahuan Sang Narendra Dwarawati. Mereka datang menunggang kuda kearah suatu tempat yang dituju Raden Wisanggeni."Apakah Kau baru juga sampai Ngger...?"kata Prabu Baladewa pada Wisanggeni."Iya Uwak..."jawab Raden Wisanggeni."Oh...Iya, Aku punya sesuatu untukmu Kakang Samba."sambung Raden Wisanggeni mengeluarkan dua gulungan kulit yang diikat oleh tali dari akar."Apa ini Adi...?"Raden Samba bertanya keheranan." Aku menemukannya di kamar Kakang Sitija di Trajutrisna.Disebelah kiri gulungan kulit itu ada Namamu Kakang Samba.""Dan ini yang satunya,Sepertinya ini milik Kakang Mbok Yadnyawati..."kata Raden Wisanggeni."Apa Aku bisa membacanya disini..."kata Raden Samba.  
A.K.B.P. I Wayan Wira seorang anggota kepolisian negara yang sedang menjalani liburan bersama keluarganya di rumah sang kakek Professor I Wayan Dharma.Di wilayah Uluwatu, Jimbaran, Bali.Ketika membersihkan lemari tua milik Sang Kakek. Wayan wira menemukan buku harian usang di dalam sebuah kotak tersembunyi.Dan juga ruangan rahasia di dalam kamar Sang Kakek yang ternyata adalah laboratorium tempo dulu.A.K.B.P Wayan Wira sekaligus mendapatkan sebuah buku tua hasil tesis penelitian sang kakek. Buku yang menyimpulkan bahwa ada keberadaan Makhluk abadi di sekitar Manusia melalui struktur D.N.A.atau sampel darah. Bersama rekan rekannya,Akhirnya A.K.B.P Wayan Wira dan Sahabatnya Seorang Anggota Korps Polisi Militer. Bernama Kolonel I Made Suta berhasil menemukan keberadaan mereka di sekitar wilayah Gianyar,Bali.Mereka kemudian mencurigai seorang Pengusaha kaya Bernama Arya Susena. Yang ternyata memakai identitas palsu berkali kali.Teta
Jakarta, tahun 2022 Sore itu sebuah mobil memasuki sebuah pelataran sebuah rumah bertingkat dua lantai. Walaupun Rumah itu sedikit minimalis tapi terlihat sangat elegant. Seorang Lelaki muda berpakaian Polisi keluar dari dalam mobil. Pria berusia sekitar tiga puluh lima tahun berparas tampan dengan kumis tipis dan berambut cepak. Lalu terdengar pintu depan rumah itu terbuka nampak Dua Anak Laki -laki kecil berusia balita, Sedangkan satunya berusia kurang lebih empat tahun berlari menghampiri Pak Polisi."Ajiiiiii...!"kata sang anak kecil yang agak besar"Eh...,Arnawa...!,
Suasana di Bandara Kolonel I Gusti Ngurah Rai Sangat ramai. Banyak Wisatawan Domestik dan Wisatawan asing tiba disana. I Wayan Wira dan keluarga telah sampai. Tampak Seorang Pemuda berambut gondrong memakai udeng khas Bali melambaikan tangannya kearah Wayan Wira.Wayan Wira juga melambaikan tangannya dan langsung mendekatinya dengan menggendong Arnawa."Pffff...,Lama sekali nunggu Beli Wira...!?"kata Sang Pemuda pada I Wayan Wira."Hha...Hha...Hha...,Kamu tetap saja menggerutu Satya.Kalau disuruh Nyusul Aku..."jawab I Wayan Wira sambil memencet hidung Pemuda yang bernama Satya. Sampai Sang Pemuda itu meringis kesakitan tapi langsung tertawa."Mana Embok dan keponakanku Beli...?"Tanya Satya."Ehh...,Tolong bantu angkat kopornya Embokmu itu...!"seru I Wayan Wira sambil menunjuk Istrinya yang menggendong Asthra kecil Sedangkan Galuh menggerutu disuruh seret -seret Koper sama Ibunya.Padahal barang lainnya sudah
Pagi itu Terasa sangat cerah, Wayan Wira bersama Adik -adik sepupunya pergi ke rumah Mendiang Sang Kakek yang tidak terlalu jauh dari Rumah Uwaknya. Ketika sampai Mereka pun berbagi tugas."Beli Wira sebetulnya Isi dalam Rumah Kakiang ini Tidak berubah dari segi penataan ruang dan barang -barangnya..."kata Satya pada Kakak sepupunya."Apa iya...,Begitu…?"tanya Wayan Wira heran."Iya Beli...Kita hanya membersihkan debu-debunya saja....sambil menata kembali barang pada tempatnya.."sahut Adri."Beli Wira lihat-lihat saja dulu Di Bale Manten...,Terutama Kamar mendiang Kakiang dan Naniang,…Beli Wira.Nanti yang lainnya Biar Kita yang bersihkan."kata Nyoman."Baiklah kalau begitu,Aku segera kearah Bale Manten..."kata Wayan Wira sambil tersenyum kearah Adik -adik sepupunya. Dengan membawa Sapu Lalu melangkah ke bagian lain Rumah itu.Wayan Wira memasuki Bagian Rumah yang dinamakan
Setelah melihat Pagelaran Tari Genjek di wilayah Karangasem dan berkunjung ke banyak tempat disana. Akhirnya Mereka balik kearah Uluwatu kembali. Wayan Wira dan Keluarga berpisah dengan Made Suta. Kolonel Made Suta dan Keluarga segera balik menuju ke arah Hotel tempat Mereka menginap. Sedangkan A.K.P Wayan Wira dan Keluarga kembali ke rumah mendiang Sang Kakek.Sesampainya Di rumah Merekapun segera melepas lelah. Pak Putu dan Ibu Suasti bersama Putra dan menantunya hanya mampir sebentar, lalu berpamitan balik ke rumah Mereka sendiri. Arnawa dan Asthra kecil tidur digendong kedua Orang tuanya sedangkan Galuh Kalinda menggandeng tangan Sang Ayah sambil terus menguap karena ngantuk dan lelah. Setelah mengantar Putri sulung Mereka ke kamarnya. Wayan Wira dan Istri segera membaringkan kedua putra kecilnya dipinggir Sang Kakak. Sembari mencium kening ketiganya. Lalu Sepasang Suami Istri menuju ke tempat pembaringan d
Sore itu Sena, Satya dan Wayan Wira duduk di ruang dalam Gallery milik Satya. Satya berpamitan menyalakan lampu penerangan dalam Gallerynya. dan membuatkan minuman kopi panas buat mereka bertiga. Wayan Wira ditemani Sena melihat hasil karya Sang adik sepupunya terpajang. disetiap dinding dan diletakkan dibawah lantai dengan berbagai macam pigura.Satya datang lalu menaruh tiga cangkir minuman panas disisi meja tamu Gallerynya."Beli Wira dan Beli Sena Ayo diminum mumpung masih panas...!,Kutinggal sebentar Aku lupa mau mengambil Rokokku...hhe...hhe..hhe.."kata Satya meminta kepada mereka supaya lekas meminum kopi buatannya sambil tersenyum."Iya...,Ayo…,Silahkan Beli Sena…!"kata Wayan Wira mempersilakan Sena duduk kembali.Wayan Wira dan Sena duduk bersama sembari menikmati hangatnya secangkir Kopi.Tidak berapa lama kemudian Satya kembali. kearah mereka berdua."Beli Sena…,sepertinya ada Tamu agung nyari Beli Sena