Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura.
"Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Mendekati dua sasaran .Sedangkan Aku dan Adi Guritno akan mengambil celah dimana sasaran ketiga berada.Kita akan menawan ketiga sasaran ini Kita bawa kearah Wirata hanya sementara.........""HMMMMM.LALU SIAPA YAMG KAU TUNJUK MENJADI DUA BIRUDANADIPATINYA.....NGGER......?"kata Raden Werkudara. "Paman Werkudara....,Adi Samba,Adi Wilmuka,Paman Udawa,Paman Seta,dan Paman Setyaki berada di Birudana kedua.Mendekati sasaran Prabu Krentangyana.Uwak Kakrasana,Kakang Wisata, Adi Arya Gunadewa bertugas menghadang pasukan Bomabomantara dan Patih Kismaka.diawasi oleh Adi Guritno.Nantinya setelah itu Kita akan berkumpul kembali di kerajaan Wirata......"kata Raden Sitija."Baiklah kalau begitu......."Kata Prabu Baladewa."Aku akan mendekati kaputren Giyantipura mencari keberadaan Dewi Hyangyanawati......"Kata Raden Sitija."Jika ada saran lebih baik, mungkin ada masukan dari Uwak-uwak,Paman -paman,Kakang-kakang,atau para Dimas...mungkin........?"semua yang berada diruangan itu menggelengkan kepala sambil Mengangguk -angguk."Berarti rencana ini akan Kita jalankan 14 hari lagi....Terima kasih atas kepedulian Paman -paman, Kakang -kakang, dan para Dimas "kata Raden Sitija sambil menghormat kepada semua yang hadir di pertemuan pendopo istana itu."Rencana yang betul -betul matang Ngger....."kata Resi Seta."Baiklah. ...Kami akan membantu....""Setelah ini silahkan para Kakang, Dimas,dan Nakmas untuk beristirahat sejenak..."kata Narendra Sri Khrisna mengakhiri pertemuan. Lalu semua Ksatria yang berada disitu segera melangkah menuju tempat peristirahatan yang tersedia di Trajutrisna. Sore itu para pekerja di istana Trajutrisna sudah mulai menuju tenda -tenda guna beristirahat. Raden Sitija duduk termenung di tangga istana ditemani oleh sang ayah narendra khrisna."Kelihatannya kau gelisah, Ngger. Ada apa...?""Tidak ada apa -apa Kanjeng Rama.""Apa kau memikirkan istrimu,Ngger..?"Sitija tersenyum kepada Sang Ayah sambil mengangguk pelan."Ngger....Aku paham Kau sekarang menjadi seorang Suami,Kau memikirkan dan menyayangi Istrimu itu sudah jadi takdir SangHyang Wenang.Dan itu memang kewajiban Kita sebagai seorang suami.Tapi disini Kita harus mengorbankan kepentingan Pribadi Kita, Untuk menjaga agar kepentingan Golongan Kita yang harus Kita dahulukan,Aku tahu Ngger Kau dibesarkan dilingkungan Para Dewa. Tapi inilah dunia sebenarnya.Kamu dulu yang tidak pernah mengenal manusia. Sekarang Kamu berada disekitar Mereka.Suatu sa'at nanti dimana Kamu dianggap tidak ada oleh Mereka. Lakukanlah sesuatu agar Kamu merasa ada bagi mereka walaupun sebagian diantaranya hanya melihat kamu dengan sebelah mata......""Sudahlah ngger...sebentar lagi hari akan gelap....."kata Sang Narendra yang mau beranjak dari situ. Tapi tiba-tiba tanah didepan tangga menyembul keluar. Sang Narendra pun berdiri diikuti oleh Sitija.dari dalam tanah keluar Sosok lelaki gagah berpakaian hampir sama seperti Raden guritno. Tapi bentuk warnanya yang berbeda. baju yang dikenakan berbentuk Sisik hewan melata. .tapi menggunakan lambang bintang kejora didadanya."Apakah Kau melupakan Adikmu ini Kakang Sitija......?"kata Lelaki itu.Raden Sitija pun tersenyum lalu menghampiri sang lelaki. Kemudian memeluknya sembari memegang kedua lengan kekarnya."Adi antareja,lama tidak berjumpa dengan mu...""Nanda antareja......."kata Sang Narendra.Raden antareja adalah ksatria dari jangkarbumi. Putra sulung Raden Werkudara dan Dewi Nagagini yang juga cucu dari Batara Anantaboga. Segera bersimpuh dihadapan Sang Narendra Khrisna dengan menyatukan kedua tangannya. tapi dengan segera Sang narendra membangunkannya."Ma'afkan, Aku... Uwak Khrisna, Anak yang kurang sopan ini.Datang tanpa menghormat pada yang lebih tua dahulu....."kata Raden Antareja."tidak apa -apa ngger.....,""Uwak dan Kakang Sitija ada yang ingin Aku tunjukkan pada Uwak Dan Kakang di luar istana ini..."Kata Raden Antarejapun menggandeng tangan kakak sepupunya dan pamannya berjalan menuju keluar istana.sesampainya diluar istana. ternyata Raden Guritno,Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Antasena beserta Raden Arya Srenggini sudah menyambut mereka.Hanya Raden Wisangkantha yang memberi salam sedangkan yang lainnya hanya menganggukkan kepala."Kakang....lihatlah diluar istana. ..."kata Raden Antareja RadenSitija melihat para pasukan Dewa berkumpul disana. Berjumlah hampir lebih dari jutaan. Seperti yang diceritakan Patih Prabakesha.Sebagian pasukan Naga Daksinageni yang belum mendarat terbang berputar -putar mengelilingi angkasa.Dia melihat ratusan hewan melata raksasa juga berada disekitar situ. Ular,Biawak dan juga Buaya yang berukuran besar ditunggangi oleh pasukan dari dua negara Kisiknarmada dan Jangkarbumi. Membaur dengan para pekerja istana baik dari kalangan manusia maupun Raksasa .Tampak agak jauh Patih Prabakesha dan Aditya Pancatyana melambaikan tangannya pada Raden Sitija. dan Raden Sitija pun tersenyum membalas lambaian tangan kedua Pamannya dengan menyatukan kedua tangannya.
"Inilah pasukan yang akan mengantarkan takdirmu dari Sanghyang Wenang menjadi Senopati bumi, Kakang"kata Raden Wisangkantha. . Raden Sitija pun mengangguk sembari tersenyum sembari menghormat pada keenam Adik sepupunya. malam semakin bertambah ramai di Istana Trajutrisna.Semua saudara berkumpul dalam kebersamaan.....................................................
Kaputren Giyantipura tampak sibuk menata persiapan guna acara lamaran yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Walaupun tampak begitu meriah tapi tidak dengan Wanita cantik berusia belasan tahun yang duduk di istana kaputren. wajah wanita cantik itu sembab seperti sering menangis ditemani oleh Abdi dalem yang menghiburnya sambil memijit -mijit lengan dan kakinya."Biyung. ..?""Ya Ngger, Cah Ayu......."Kata Wanita tua yang memijit kakinya. .."Apa dulu Biyung waktu lamaran.merasakan seperti ini..?..""Maksudnya...,Cah ayu.....?""Aku sakit hati dengan Kanjeng Rama...masa Aku dipaksa menjadi selir Prabu Narakasura...Biyung.....?""Prabu Narakasura....itu teman Kanjeng Rama kan....?"tanya Sang Putri yang tak lain adalah Dewi Hyangyanawati."Iya Ngger, Cah Ayu. ....tapi gimana Cah Ayu,Biyung sendiri bingung...kasihan Cah Ayu...tapi Kanjeng Sinuwun itu orangnya keras.....sabar...ya, Cah ayu...."kata Biyung sambil memijit seluruh kaki Dewi Hyangyanawati."Kalo saja ada Ksatria gagah yang memberanikan diri membawa lari Aku,Aku akan mengab..."belum sempat melanjutkan omongannya tiba -tiba ada prajurit istana berteriak di depan dalam kaputren. "......ADA PENYERANGAN...ADA PENYERANGAN.........!!"Wanita yang dipanggil biyung pun dan para Abdi yang tadi memijit sang putripun bingung."Sebentar Cah ayu,ada ribut-ribut apa diluar.....""Biyung.....Aku ikut......""Jangan dulu...,Ngger Cah Ayu....biar biyung lihat kedepan dulu.....cah ayu disini saja...!!,ayooo...!!."kata Wanita tua itu mengajak teman abdi dalemnya menuju keluar kaputren. . Dewi Hyangyanawati terduduk kembali di kursi kaputren. Tanpa disadari ada tangan meraih pundaknya. Dia kaget dan menoleh kearah Siapa yang memegang pundaknya. Ternyata Seorang Pria tampan dan gagah sudah berhadapan dengan dirinya."Siapa Kakang sebenarnya..?JAWAAABBB......?""Aku mendengar apa yang Kanjeng Putri katakan tadi.....,Perkenalkan Namaku Sitija dari Ekapratala."kata Pria Tampan sembari menyatukan kedua tangannya menghormat. Sopan sekali pria ini,tampan gagah. ..pikir sang putri Dewi Hyangyanawati."APA.....KEPERLUANMU....?Kakang......?""Aku mau membawa Kanjeng Putri.Kearah wilayah yang bernama Trajutrisna."Kata Raden Sitija tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Seperti tak sadar tapi dalam keadaan melihat. Tangan Dewi Hyangyanawati pun membalas uluran tangan Raden Sitija. lalu Raden Sitija menggandeng Dewi Hyangyanawati melangkah ke halaman kaputren.Raden Sitija lalu bersuit keras.tiba- tiba dari atas langit muncul seekor Burung elang raksasa.Terbang menukik dan menghampiri mereka berdua mendarat dengan mengepak -epakkan sayapnya. Raden Sitija memapah sang putri keatas punggung Wilmuna.Kemudian menyusulnya.Ketika mereka hendak terbangSang Biyung dan teman -teman abdinya masuk ke kaputren. Sang Biyung kaget dan kembali keluar sambil berteriak. "TOLOONNGGG.....KANJENG PUTRIIII......DICULIIIKKKK.......!!!"Raden Sitijapun mengentak pelan tali kekang Wilmuna seketika burung itu terbang keudara dan melesat mengepak -epakkan sayapnya. Sementara itu diluar masih terjadi keributan.Para Prajurit dan Para Abdi dalem istana kebingungan berlalu lalang. Kericuhan itu dimulai dari pintu gerbang istana. Ternyata Birudana Pasukan Trajutrisna sudah hampir bisa membobol pertahanan pasukan Giyantipura. Resi Seta dan Raden Werkudara mengamuk seperti banteng liar kuku pancanaka dan ajian narantaka seperti kilatan sinar yang menyobek, menyayat dan memenggal apa saja yang ditemuinya. mayat prajurit, hulubalang bergelimpangan tak utuh dengan semua bagian badan yang tercerai berai.Berserakan di dalam istana giyantipura. hanya tersisa Abdi dalem yang ketakutan bersembunyi di sela -sela meja dan lemari istana. Prabu Krentangyana berlari tertatih -tatih sambil memegangi perut dan ususnya yang terburai keluar. .Raden Werkudara mendekatinya pelan. dengan mata merah penuh Amarah.
"He....he....hhe.....Apa Kau senang dengan keadaan ini ABILAWAAA...,Benar kata orang....KAAUUU......SEORANNNGGG.....JJJAAGGGAALLL.....!!!.."kata Prabu Krentangyana sembari tertawa terkekeh sambil menahan sakit."APA.....YANG.....KAU....KATAKAN...?HEIII. .KRENTANGYANA DIMANA NYALIMU...WAKTU KAU HABISI...MERTUA...DAN ISTRIKUUU.....?"Kata Raden Werkudara. ..."Itu....wajar....karena kau jarang berkunjung...kemari Abilawa....hha.......hha....istrimu...meski menjadi mayat..tetap menggairahkan...."sambungnya sambil memuntahkan darah."PRAAKKKKKK.......!!!"kaki Raden Werkudara menginjak kepala Prabu Krentangyana hingga pecah, otaknya sampai terburai dan tercecer.tubuh Prabu Krentangyana yang tanpa kepala mengejang -ngejang meregang nyawa. Raden Werkudara yang melihat itu seperti hilang akal sehatnya. Raden Werkudara membanting -banting tubuh Prabu Krentangyana sampai hancur tak berbentuk dan berserakan di lantai istana. Pemandangan mengerikan. bagi siapapun yang melihat. Raden Werkudara terengah -engah tubuhnya yang bermandikan banyak darah dari musuh -musuhnya. Raden Werkudara berjalan dan disambut oleh Raden Samba, Raden Udawa, Raden Wilmuka dan Resi Seta serta sisa -sisa pasukan birudana yang mereka bawa. "Ayo....Adi Werkudara,kita segera menuju Wirata..."kata Resi Seta.Ketika sampai pintu gerbang istana.dibalas dengan anggukan oleh Raden Werkudara.................................
Wirata, Mandura dan Dwarawati sedang berduka.Kehilangan dua sosok Pemuda gagah. Raden Wisata dan Raden Arya Gunadewa. Prabu Baladewa merenung tidak habis pikir sambil terus menggeleng -gelengkan kepalanya. Dia melihat sendiri putra dan keponakannya berusaha melindunginya dari usaha penculikan terhadap Patih Kismaka.Tapi nasib berkehendak lain,Sang Putra dan Keponakannya harus meregang nyawa di tangan Prabu Bomabomantara. Raden Guritno yang juga berada disitu masih menunggui mayat kedua Kakak sepupunya.Menunggu Sampai Nang narendra Khrisna datang.Hanya Sang Narayana saja yang bisa diharapkan guna menghidupkan mereka kembali.Kemudian Mereka dikejutkan oleh suara lengkingan Burung elang raksasa yang baru mendarat di halaman Istana Wirata. Raden Sitija dan Wilmuna tiba disitu dan langsung menghormat pada uwaknya Prabu Baladewa.
Raden Sitija menuju arah gandamadana. petilasan para leluhur sang ayah Sri Narendra Khrisna. Dia berangkat bersama Sang ayah pagi ini."Ngger apakah kau sudah siapkan ubarampenya...?.""Sudah kanjeng rama.....""Kita akan berkuda saja,Menuju kearah Gandamadana karena letaknya tidak cukup jauh...."Kata Sang Narendra Khrisna pada Putranya. Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Para Abdi dalem mempersiapkan kuda -kuda istana mereka memasangkan pelana dan tali kekangnya."Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran butuh penunjuk jalan...."kata Seorang Abdi dalem sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua tangannya."Tidak perlu Paman,Kami tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.silahkan Pam
Pemandangan Wana Goasiluman ketika siang dan malam sangat indah pohon -pohon rindang bertebaran. Satwa -satwa liar ketika siang mencari sumber kehidupan baik makan dan minum yang disediakan oleh alam. walaupun banyak bahaya tak terlihat berada di dalamnya. Raden Sitija,Senopati Prabakhesa,Aditya Pancatyana dan rombongan pasukan Pringgondani sudah berada di dalam wana. banyak kabut menghalangi pandangan hampir menutupi penglihatan mereka."Berhentiii....."kata Patih Prabakesha memberikan isyarat dengan tangannya."Aku akan mencari pohon besar dan melihat dari atas....,harusnya Kita sudah Sampai di Goa Siluman...."sambung Aditya Pancatyana."Paman.,......apakah Paman -paman semua bisa mengguanakan ajian meringankan tubuh....?"Tanya Raden Sitija pada rombongan pasukan pringgondani"Bisa. ....Sinuwun..."kata semuanya."Kalau begitu Aku dan Wilmuna akan kea
Pagi itu Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para pekerja bangunan istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi pembangunannya akan segera rampung. Raden Sitija dan Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Patih Prabakesha beserta Aditya Pancatyana, Aditya anchakagra, Aditya Yayahgriwa, Aditya Maudara dan tak ketinggalan Aditya Amisundha."Sebentar lagi Trajutrisna akan selesai Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija.Sang ayahpun tersenyum sambil menepuk bahu sang putra."Padahal waktunya lebih cepat dari yang dibayangkan...."kata Patih Prabakesha."Ini masih hari ke enam puluh,Kita beruntung punya Saudara -saudara yang mau membantu Kita..."Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka."Ada apa Adi.....?"Tanya Raden Sitija."Kakang menurut Teliksandi jangkarbumi. Dalam jangka enam hari Kita akan mendapatkan sera
Jutaan Pasukan dari berbagai kerajaan sekutu dari berbagai bangsa.baik manusia,bangsa Raksasa,bangsa Siluman ular,Siluman air dan para penunggang naga mulai bersiap -siap menyambut kedatangan serangan balasan yang akan dilancarkan kearah Trajutrisna. Raden Sitija, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Antasena dan Raden Srenggini memohon pamit pada para Ayah mereka. yaitu Sri Narendra Khrisna, Raden Janaka dan Raden Werkudara di balairung istana Trajutrisna."Apakah ada yang bisa Aku suruh lagi mendampingi kalian, Ngger....? "kata Sri Khrisna pada Putra dan para Keponakannya."Kalau boleh Hamba meminta Adi prabakusuma dan Adi Wilugangga untuk ikut dijajaran depan bersama Kami Kanjeng Rama..."kata Raden Sitija."Aku disini Kakang..!."kata salah satu Ksatria keluar dari barisan pemanah. "Aku juga,ada disini,Kakang..!"Ada suara lain dan ada satu lagi sosok ksatria yang keluar d
Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara Tercengang melihat apa yang terjadi dan dialami oleh jutaan pasukan milik mereka. Baru kali ini Mereka yang biasa nya tak bisa dikalahkan. Ternyata hanya dalam hitungan arah matahari yang sampai keubun ubun pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya beringas seakan tidak memiliki daya. Ketika dibantai oleh pasukan lawannya. Pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya membantai kini seolah terbalik oleh keadaan. Jeritan -jeritan kesakitan menghadapi ajal dari pasukan Prajatista dan Surateleng. Seolah kutukan yang diberikan oleh para dewa atas kelakuan yang pernah mereka lakukan. Bau daging terbakar dari mayat prajurit yang hangus. Jutaan raga tak utuh berserakan. Baik dari kaum para Raksasa dan manusia disana. Sementara pasukan lawa
Di Singgasana Prajatista duduk termenung seorang Raja yang kehilangan segalanya. Dengan Gada besar penuh duri bersandar di balik Singgasananya.Malam kian temaram dengan raut muka penuh murka Sang Raja mencoba tetap tenang. Tampak dari kejauhan Sesosok pemuda membawa tiga Kepala Manusia yang masih segar dengan darah menetes di setiap lantai berada pada genggaman tangan kirinya.Tombak prajurit di tangan kanannya melangkah menuju kearah sang Raja.Lalu Sang Pemuda melemparkan Kepala -kepala manusia itu dibawah kakinya."Hha...hha...hha...Ternyata hanya Seorang bocah ingusan yang bisa membantai semua pasukan Prajatista dan membunuh Kakangku Bomabomantara.Siapa namamu, Ngger...?,Apa kau puas dengan ini semua..?"Seru Sang Raja pada Sang Pemuda."Narakasura...Namaku adalah Sitija Putra dari Pratiwi dan Sri khrisna.Aku tahu kau dan Bomabomantara merencanakan sesuatu yang buruk pada kerajaa
Lalu Sri Khrisna kembali di tengah tengah semuanya. Dan Sang Narendra meminta ma'af dengan menghormat."Tidak mungkin satu negara dipimpin oleh dua orang Raja dengan Nama dan gelar yang sama?"kata Raden Guritno."Apakah mungkin jika Paman Prahasta dijadikan alat untuk jadi kambing hitam oleh Prabu Bomabomantara yang asli..."kata Raden Wisata."Bisa Jadi demikian.Waktu penyerangan di arah Tunggurana.Aku melihat ada kejanggalan...!"sambung Raden Wisanggeni."Pada waktu itu Aku tidak menoleh kearah Patih Prahasta.Sebab Aku tahu dari fisik dan perawakannya.Ketika Aku hampir melukainya dengan sentilanku,Aku terbang kearah atas. disitu ada hampir dari Separuh atau lebih Pasukan Raksasa.Ikut menanggalkan senjatanya bersama -sama pasukan jalma(manusia).Aku menaruh kecurigaan kemungkinan ada Pemimpin lain yang mengendalikan keberadaan Mereka.Disekitar tempat itu, Aku yakin pasti Prabu Bomabomantara yang asli