Home / Fantasi / Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir) / Sitija dan Yadnyawati. Part 2

Share

Sitija dan Yadnyawati. Part 2

             Hari ini adalah kebahagiaan di Ekapratala. Kayangan Ekapratala sedang mengadakan pesta besar. mengundang para Dewa, Dewi,Yaksa,  para Apsara dan Apsari. Hari dimana cucu Batara Ekawarna melepas masa lajangnya bersama seorang Apsari. Mereka datang mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang ada dipelaminan. Ditengah tengah para undangan ada hal yang membikin semua Dewa tertawa. Yaitu ketika Dewi Urwasi Apsari tercantik didekati lalu digoda oleh Raden Antasena dan Raden Srenggini

"Hei cantik, Kamu nggak mau seperti mereka berdua?  "

"Mau tapi nggak sama Kamu"

"Lho...loh...loh...loh...padahal Aku ini ganteng putra Orang gagah, bapakku Raden Werkudara lo..."

"Memangnya kenapa kalo Kamu anaknya Werkudara. Terus Aku heran gitu sama Kamu jangan gedhe rasa ya Kamu....."

"Wuiihhhh...,ketusnya, tambah cantik kalo Kamu marah"kata Raden Antasena sambil mencoba mencubit pipi Dewi Urwasi.

Tapi dengan sigap Dewi Urwasi pun menangkis sambil bergidik. Sontak saja pemandangan itu membuat Mereka tertawa terpingkal -pingkal

"Ehhhh tangannya jangan dibiasakan nakal ya..!!."kata Dewi Urwasi sambil berkacak pinggang

"Mentang -mentang Istrimu gak ada disini...."sambungnya sembari tangannya mencubit pinggang Raden Antasena, Raden Antasena pun pura -pura meringis.

"Waddduuuhhhh...tambah sewot tambah cantik loh..."

"Ya sebetulnya itu Istriku ada disini loh Dinda Urwasi"

"Dinnndaaa..!!!."kata Raden Srenggini sambil cekikikan diikuti oleh Raden Wisangkantha disebelahnya. Sementara Raden Wisanggeni langsung tepuk jidat melihat ulah Kakak sepupunya itu. Semua hadirin pun matanya mencari -cari yang dimaksud Raden Antasena. ..yaitu Dewi Janakawati Istrinya

"Siapa, mana Dewi Janakawati. ?"kata Dewi Urwasi ikut longak -longok Kepalanya.

"Iyyyaaa...,Kamu..,iya Kamu..."jawab Raden Antasena sambil menunjuk hidung Dewi Urwasi

"Hhhhhhhhhh..........!!"katanya mau meninggalkan Raden Antasena tapi tangannya segera diraih lagi.

"begini looo......Dinda Urwasi,hei kenapa kalo Aku memanggil Yayang atau Dinda Urwasi Kalian selalu cekikikan.....!!"bentak Raden Antasena pura -pura marah kepada Raden Srenggini dan RadenWisangkantha.Yang dimarahi malah jadi terpingkal -pingkal. .

"Biasa..., Dinda Adikku agak gini...!"sambil meringis menggeser jari telunjuk miring kedahinya.

"Sebetulnya sih Aku juga suka sama Kamu..."kata Dewi Urwasi

"Tapi Kamu kalo marah kulitmu keras kayak besi nanti Aku jadi kue lemper kalo kamu tindih...."jawab Dewi Urwasi polos. ...

Seketika itu juga terdengar tawa terpingkal -pingkal dari Raden Srenggini dan Raden Wisangkantha

"Susah,...susah...."kata Raden Antasena sambil tepuk jidat. 

"OOooooo Aku punya ide gimana kalo sama Adi Srenggini saja..."

"Lho kok Aku Kakang...!"kata Raden Srenggini menunjuk hidungnya sendiri

"Aku nggak mau..."

"Alasannya apa...?Kok ya nggak mau"

"Nggak ada bedanya sama Kamu..."

kali ini Raden Wisangkantha yang tertawa cekikikan sambil menunjuk muka Raden Srenggini.

"Ya udah sama Adi Wisanggeni...saja"

Raden Wisanggeni langsung melotot matanya kearah sang Kakak sepupunya itu. Raden Antasena membalas pandangan Adiknya sambil berkedip-kedip.

              Raden Srenggini dan Raden Wisangkantha tambah nyaring ketawanya

"Aku juga nggak mau, buktinya itu Dewi Kencana Resmi sampai besar Anaknya juga jarang dilihat karena Dia lebih mementingkan ngabdinya daripada Istrinya"kata Dewi Urwasi ketus lagi. Akhirnya Raden Wisanggeni terdiam sambil berkacak pinggang menghadap membelakangi mereka.  Sambil terus -terusan mengusap mukanya. Sementara Raden Srenggini dan Raden Wisangkantha terus tertawa tanpa berhenti.

"Ya udah kamu sama Adi Wisangkantha aja...,dia jomblo...loh.."

"Loh sekarang kok Aku...!"kata Raden  Wisangkantha. sekarang kelakuannya dibalas sama Raden Srenggini persis sambil jari telunjuknya diarahkan ke arah hidung Raden Wisangkantha sambil terkekeh -kekeh.

"Iya ya udah ganteng sendirian lagi "kata Dewi Urwasi sambil mengedip -edipkan sebelah matanya kepada Raden Wisangkantha. Sontak saja tawa pecah diruangan itu.

"Tapi kalo dipikir -pikir nggak cocok aachh..."ujar Raden Antasena sambil garuk -garuk kepala

"Kok bisa...?.."tanya Dewi Urwasi heran.

"Masa ada Nenek -nenek doyan sama Brondong..."sambungnya

"Siapa yang Nenek -nenek doyan sama Brondong...?"kata Dewi Urwasi heran

"Kamu...,iya...Kamu..."kata Raden  Antasena sembari menunjuk hidung Dewi Urwasi. Seketika yang ditunjuk pun berkacak pinggang. .

"HHHhhhheehhh...Antasena bilang aja kamu ngiri karena Aku tolak cintamu...Aku ini masih muda,cantik dan singset liat badanku banyak Ksatria -ksatria ingin mempersunting Aku jadi istri mereka...Aku ini Bidadari paling cantik tahuuuu.....kamu...."jawab dewi urwasi tidak mau kalah sambil mencubit pipi Raden Antasena. Raden Antasena pura -pura meringis lagi.

Raden Srenggini semakin menjadi -jadi tertawa

"Kakang Brondong bukanya jagung dipipil terus digoreng dikasih gula?"tanya Raden  Wisangkantha polos setengah heran.

Sementara Raden Srenggini tidak berhenti tertawa sambil memegangi perutnya.

"Brondong itu Makhluk jomblo ngenes seperti Kamu. Adi..."jawab Raden Antasena sambil menunjuk muka Adiknya

"HHHHhehh sini... hadap sini kalo ngomong sama Aku. ..."kata Dewi Urwasi ketus sambil memalingkan muka Raden Antasena kepadanya.

"Paling dalamannya peyot..."kata Raden Antasena memalingkan wajahnya pura -pura cuek.

"Kurang ajar kamu iya...."

"Coba tak liatnya"sambung Raden Antasena sambil mengelus lengan mulus Dewi Urwasi. Seketika tangannya ditepis. Dewi Urwasi pun ngeloyor pergi sambil mengepalkan tangannya kearah Raden Antasena. sontak saja Raden Srenggini dan Raden Wisangkantha semakin menjadi -jadi tertawa.

"Ini apa ya kok ada Ksatria menggoda seorang Apsari, biasanya Apsari itu yang menggoda Ksatria "kata suara Perempuan diujung yang ternyata adalah Dewi Pratiwi.

"HHe...hhe...hhe...pemanasan bibi"

"Sana ayo, Antasena,Srenggini,Wisanggeni sama Wisangkantha Kakangmu lagi mencari kalian dari tadi..."

"Iya bibi"mereka pun beranjak dari tempat itu. Tapi tak henti -henti nya Raden Srenggini dan Raden Wisangkantha tertawa terpingkal -pingkal karena Kakang nya Raden Antasena menirukan jalan genitnya Dewi Urwasi.

............................

            Acara pernikahan itu akhirnya selesai. Tak terasa hari menjelang sore hari. Sang Narendra Khrisna duduk bangku yang terbuat dari batu di halaman istana sambil memandang indahnya langit merah. Sang surya yang tenggelam menggantikan terang menjadi gelap.

"Kanjeng Rama mengapa duduk disini sendiri?"kata suara yang berasal dari belakang yang ternyata adalah Raden Sitija.

"Duduklah di sampingku Aku ingin Kita menghabiskan waktu. .Ngger...."jawab Sri Khrisna sambil menepuk bangku batu menyuruh Raden Sitija untuk duduk.

"Kanjeng Rama boleh aku bertanya?"

"Silahkan Ngger...,Apa yang jadi uneg-unegmu.  "

"Ini masalah Aku dan Dinda Yadnyawati Kanjeng Rama"

"Apa ada yang disembunyikan Kanjeng Ibu tentangku kepada Istriku …?"

"Sebetulnya tidak ada Ngger pada waktu Kau meninggalkan Ekapratala Sang Apsari yang sekarang jadi Istrimu ini datang kemari dan menceritakan pada Ibumu ini.Dia ingin hidup bersamamu walaupun harus kehilangan keApsariannya dan rela menemani mu sebagai seorang Manusia  "tiba sang Ibu sudah muncul disamping Raden Sitija

"Tapi apakah Istriku tau seandainya suatu sa'at nanti Aku tidak bisa memberikan Dia keturunan...,karena Aku yang sekarang ini...."kata Raden Sitija menunduk

sang Ibu pun memeluk Raden Sitija dan menitikkan air mata

"Ngger percayalah...apapun yang terjadi padamu kelak itu memang diluar kuasamu...kalaupun seandainya ada sesuatu yang terjadi diluar kemampuanmu itu sudah garis yang diberikan oleh SangHyang Wenang sebagai pelajaran berharga yang harus kamu terima..."kata Sang Narendra Khrisna

"Kanda bolehkah Aku bersimpuh kepadamu"

Raden Sitija menoleh dia melihat sang Istri Dewi Yadnyawati sudah berada di depannya dengan posisi duduk bersimpuh di tanah.

"Kalau begitu biarkan Aku dan Ibumu masuk ke dalam ayo Dinda..."kata Sang Narendra sambil meraih tangan Dewi Pratiwi yang  mengajaknya ke dalam istana.

"Silahkan Kanjeng Rama, Kanjeng Ibu...."kata Raden Sitija sambil menyatukan kedua tangannya.

"Apa yang kaulakukan Dinda.."

"Jangan bangunkan Aku, Kanda biarkan aku mengabdikan hidupku untukmu...."kata Dewi Yadnyawati sambil terisak -isak.

"Apapun yang terjadi.Aku akan menerima Kanda apa adanya....Sebetulnya apa yang terjadi padamu aku sudah tahu.....karena Kanjeng Ibu dan Kanjeng Rama yang mengabariku...ketika aku melepas Apsariku...."kata sang Istri.

Lalu Raden Sitija menyuruh Sang Istri berdiri kemudian mereka saling  berpelukan.

"Penuhi permintaanku Kanda..."

"Apa itu. ......?."

"Jika nanti sa'at itu tiba Aku dipanggil oleh Dewa. ...."

"Biarkanlah aku memejamkan mataku dalam pelukanmu...Kanda.."ujar sang Istri sembari air matanya berderai membasahi pipi

Raden Sitija yang mendengar perkataan Sang Istri langsung merangkul dan mengelus -elus rambut Sang Istri dan sesekali mencium keningnya.

"Aku akan menemanimu..."

"Aku akan menemanimu...,Dinda ma'afkan Aku..."

Mereka berdua berpelukan dalam keindahan senja yang akan berganti malam.

"Besok Kita akan ke Dwarawati Aku akan mengantarmu menemui Ibu-Ibuku yang lainnya dan Dinda Sundari sahabatmu."kata Raden Sitija sambil mengusap air mata sang Istri, Sang Istripun mengangguk.

"Sebelum Aku berangkat kearah Tunggurana Dinda."

"Ayo Kita istirahat.besok akan jadi hari yang menyenangkan buat kamu Istriku."sambungnya sambil menggandeng dan menuntun tangan Sang istri masuk ke dalam istana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status