Raden Sitija dan Sang Ibu memasuki Istana Ekapratala yang sangat megah. disetiap sisi pintu mulai dari gerbang istana sampai Singgasana utama Kerajaan yang dijaga oleh para Yaksa. Para Yaksa adalah Raksasa pasukan Batara Kuwera yang memang ditugaskan mengamankan seluruh Kayangan di jagat raya. Mereka selalu menyatukan kedua tangannya tanda menghormat kepada setiap tamu ataupun Keluarga kerajaan.
Akhirnya Sang Ibu dan Raden Sitija sampai di aula utama. Tampak jelas Batara Ekawarna duduk di kursi singgasananya yang berhias banyak batu mulia berikut juga tahtanya. sementara Sang Ayah Sri Narendra Khrisna duduk di kursi kehormatan sebelah kiri Sang Batara. Sang Ibupun menyusul duduk disebelah Sang Ayah. Lalu Raden Sitijapun berlutut sembari menghormat."Ngger, Apakah Kau tahu, mengapa Angger dipanggil kemari? "kata Sang Batara mengawali pembicaraan dengan Cucu kesayangannya itu dengan nada yang bijaksana."Tidak tahu Kanjeng Eyang Kakung..."tandas Raden Sitija sambil duduk bersila dan menundukkan kepalanya."Biarkan Kanjeng Ramamu saja yang memberi penjelasan kepadamu..."kata Sang Batara. Sambil menghembuskan nafas sembari beranjak dari singgasananya. Lalu mendekati sang Cucu dan menepuk bahunya dengan pelan."Karena Aku tidak akan bisa tega mengatakannya padamu..."sambungnya seraya berhenti sejenak dan akhirnya berlalu."Ngger putraku Raden Sitija mendekatlah kemari,biarkan Ramamu ini memelukmu"kata Narendra Khrisna melapangkan tangannya kepada putra sulung kesayangannya. Raden Sitija pun berdiri mendekati Sang Ayah. tiba -tiba Sang Ayah memeluk putranya,setelah itu menepuk kedua lengan kekar sang putra."Ngger sebetulnya berat hati Ramamu ini mengatakan hal ini ""Ada apa Kanjeng Rama, beban Kanjeng Rama adalah bebanku juga""Aku ingin bercerita kepadamu Ngger,suatu sa'at nanti Dwarawati dan Mandhura akan hancur.Aku dibenturkan dalam dua pilihan. Sisi yang pertama terjadinya perang dengan kerajaan Prajatista dan Surateleng. Dan yang kedua akan ada perang saudara antara bangsa Kaum Yadawa dengan semua yang ada disana akan binasa. Kecuali Aku dan Uwak Kakrasanamu, Itulah yang digambarkan Sanghyang Wenang terhadapku Ngger"ucap Sang Narendra menunduk sambil duduk terpaku."Lalu Kanjeng Rama menginginkan Aku sebagai apa?"Tanya Raden Sitija pada Sang Ayah.Sang Ayah pun berdiri membelakangi Raden Sitija sambil berucap.
"Pilihan pertama tidak hanya Dwarawati dan Mandhura saja bahkan seluruh Kayangan akan sirna. Karena ulah kedua orang Saudara angkatku yaitu Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura. Aku selaku Ramamu tidak akan mau mengambil pilihan pertama. Dan ma'af kan Ramamu ini Ngger, Aku harus mengambil pilihan terakhir Aku berusaha menyelamatkanmu dengan mengajukan Kau selaku Putraku untuk menjadi Senopati Bumi,..tanpa persetujuan dari Eyangmu dan Ibumu terlebih dahulu, Sekali lagi ma'af kan Ramamu ""Iya Kanjeng Rama"kata Sitija dan tanpa terasa matanya pun berkaca -kaca melihat kesedihan Sang Ayah"Apakah Mereka berdua Pamanku juga Kanjeng Rama?""Iya meskipun bukan sedarah denganku"kata Sang Ayah"Apakah harus Kau katakan itu padanya Kanda ?"Tiba-tiba ada Suara Perempuan yang bergetar menyela pembicaraan Sang Narendra yang ternyata adalah Istrinya sendiri Dewi Pratiwi sambil matanya berkaca -kaca lalu berlari meninggalkan pembicaraan mereka berdua."Duduklah disebelahku dan dengarkan ceritaku, Ngger"."Iya Kanjeng Rama "sahut Raden Sitija mengikuti saran sang ayah."Dahulu kala ada Asura Raksasa dari Bangsa Denawa yang bernama Hiranyaksa, Dia adalah seorang Raksasa yang sangat sakti Mandraguna, Ngger.Dengan kekuatannya dia bisa mengendalikan sebuah lubang hitam lautan kosmik Ciptaan SangHyang Wenang dan akan membuat seluruh Arcapada musnah termasuk juga jagadraya. Untuk mengalahkannya hanya ada satu jalan yaitu Batara Wisnu Bertriwikrama menjadi Awatara Resi berkepala Babi hutan yang bernama Resi Waraha. Pada waktu itu Asura Hiranyaksa berusaha memasukkan seluruh Planet di gugusan Orbit Tata Surya ke dalam lubang kosmik termasuk Bumi.Para Dewa lain yang mengetahui hal itu segera meminta pertolongan pada Batara Wisnu. Batara Wisnu menyanggupi permintaan para Dewa.Lalu Batara Wisnu pun BerTriwikrama menjadi Sosok Waraha.Tetapi Waraha mengajukan syarat pada Eyangmu Selaku Ayah Batari Bumi. Syarat itu untuk menikahi Ibumu Dewi Pratiwi selaku Batari Bumi. Tapi syarat akan berimbas fatal karena perkawinan Sang Waraha dan Ibumu tidak berdasarkan saling mencintai tapi guna mengurung Sang raksasa Hiranyaksa ke dalam rahim Ibumu. Setelah pertempuran Hiranyaksa pun berhasil dikalahkan dalam jangka waktu kurun ribuan tahun. dan Resi Waraha berhasil membunuh Hiranyaksa.Dan Sesuai Perjanjian dengan Eyangmu.Pernikahan itu akhirnya dilaksanakan.Akhirnya berita Kematian Hiranyaksa Sampai kepada Hiraknyaksipu sang kakak.Sang Kakak yang tidak terima akan kematian sang Adik lalu bertapa dan meminta pada Dewa Brahma agar diberi kekuatan tak bisa mati dan hidup abadi.Dewa Brahma pun menolak keinginan itu. Asura Hiraknyaksipu pun akhirnya mengubah permintaannya. Dia tidak bisa dibunuh oleh kalangan Dewa,Manusia,ataupun Binatang.Tidak bisa dibunuh di waktu pagi,siang dan malam.Dan tidak bisa dibunuh di dalam dan diluar istana ataupun rumah.Dan Dewa Brahma mengabulkannya.Tujuannya hanya untuk membalas dendam atas kematian Sang Adik. Dia berusaha menantang Batara Wisnu Dengan cara mau membunuh Sang Putra yang bernama Prahlada yang membela kepentingan Para Dewa lainnya, dan Batara Wisnu pun marah dan menjelma menjadi Seorang Resi manusia berkepala Singa bertangan enam dan berekor Naga berkepala sembilan. Sang Resi Jelmaan kedua dari Batara Wisnu dan Bernama Resi Narasinga. tapi hal yang sama terjadi pada Resi Narasinga ketika Dia berhasil mengalahkan Hiraknyaksipu.Hiraknyaksipu dibunuh di halaman istananya pada waktu sore hari dengan cara dipangku tubuhnya dan dikeluarkan seluruh isi dalam perutnya serta dikuliti seluruh tubuhnya oleh Resi Narasinga.Setelah itu Dia malah memasukkan ruh Hiraknyaksipu kedalam rahim menantu Batara Kala dengan cara yang sama ketika menjadi Resi Waraha. Dia adalah Dewi Pramuni tanpa sepengetahuan Suaminya yaitu Batara KalaYuwana.Kemudian Sang bayi itu dibuang dan kebetulan letaknya sangat tidak berjauhan bayi Narakasura ditemukan oleh Kakekmu. Sedang bayi Bomabomantara ditemukan oleh Eyang Ugrasena dan diberikan kepada nenekmu Eyang Putri Mahendra."kata Sang Narendra sambil mengelus punggung Sang Putra"Jadi Hiranyaksa atau Narakasura itu adalah Kakangku Kanjeng Rama?"Tanya Raden SitijaSang Ayahpun mengangguk."Hiranyaksa itu adalah wadah dari Narakasura, Iya Ngger,Hiranyaksa hanya akan bisa dikalahkan oleh Keturunan Batara Wisnu""Batara Wisnu menitiskan ruhnya pada dua makhluk yang menikahi Ibumu selama dua kali.Yang pertama sebagai Resi Waraha dan kedua sebagai Aku Kanjeng Ramamu, Ngger....""Lalu Kanjeng Rama, Apa yang harus Aku lakukan?""Aku ingin mengajukanmu menjadi Senopati Kayangan yang mewakili Bumi untuk menakhlukkan Hiranyaksa dalam wadah Narakasura dan Sang Kakak Hiraknyaksipu atau Bomabomantara""Tapi Kanjeng Rama Aku hanya berlatih olah keprajuritan biasa ""Tapi itu tidak akan membebaskan Dwarawati dan Mandura dengan sendirinya ngger aku sebagai Ramamu hanya menunda Takdir yang dijatuhkan dengan memilih dirimu untuk lebih mengabdi kepada SangHyang Wenang selaku Yang Esa""SITIJA,..DENGARKANLAH...!!"terdengar suara menggema di seluruh ruangan itu. tiba- tiba Sang Narendra pun berlutut dan menghormat pada suara itu lalu diikuti oleh Raden Sitija. Mereka mengenali suara itu Suara SangHyang Wenang pemilik jagad raya"PERGILAH KAU KE ISTAL ISTANA...!!"perintah suara itu Dengan sigap Raden Sitija pun berlari diikuti Sang Ayah menuju ke istal istana.Ternyata disana sudah ada Sang Ibu dan Sang Eyang menunggunya. Raden Sitija melihat Istal istana itu menyala -nyala Diapun segera masuk mengkhawatirkan Wilmuna sahabat burungnya.Wilmuna yang ada disana mengangguk -angguk kearah sebuah lubang besar seperti sebuah pintu disana terlihat istana yang sangat luar biasa menakjubkan"Wilmuna kau tidak apa apa "kata Raden Sitijatiba -tiba Sang Ayah dan Sang Ibu menghampiri"Ngger itu Kayangan yang bernama Alang -alang Kumitir milik SangHyang Wenang Gusti pemilik Mayapada Jagadraya""MASUKLAH KEDALAM PINTU PERBATASAN INI SITIJA, DATANGLAH PADAKU KUTUNGGU KAU DAN BURUNG KESAYANGANMU DI ISTANAKU...!!"kata suara itu lagiLalu Sang Ayah Narendra Khrisna memberi isyarat agar Raden Sitija melakukan apa yang diperintahkan suara itu. Lalu Raden Sitija menyatukan kedua tangannya dan memeluk kedua Orang tuanya beserta Eyangnya.Terlihat mata Sang Ibu yang berderai air dan Sang Eyang yang tersenyum kepadanya."Aku pamit Kanjeng Eyang,Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibu"kata Raden Sitija seraya menaiki Burung elang kesayangannya sembari menarik tali kekang Wilmuna."Pergilah Ngger...,Penuhi Takdirmu dan apa yang menjadi kehendakNYA jalani dengan hati yang tulus"ucap Sang Ayah. Sitija menyentakkan tali kekang Wilmuna menuju lubang besar yang menyerupai pintu kearah Alang -alang Kumitir .Burung itupun melesat terbang sambil mengeluarkan suara melengking menuju kearah pintu besar yang akan merubah nasibnya kelak.....................................
Alang -alang kumitir adalah penghujung Kayangan tertinggi di sebuah tempat antah berantah. Seperti melewati jutaan masa bahkan lebih.Raden Sitija ingat kata -kata itu ketika Sang Ibu ketika mau menidurkan Dia di waktu kecil. Dengan menunggangi Wilmuna Raden Sitija terbang melesat mendekati istana megah seperti di depan matanya. sambil menoleh kebawah dia terkaget
"Sialan tempat apa ini, sebuah istana diatas langit tanpa ujung? "gumam Raden Sitija dalam hatiTapi anehnya walaupun sudah terlihat. istana itu masih terasa sangat jauh menanjak keatas langit. Wilmuna terus melesat keatas tanpa lelah tapi hal yang sama seperti kembali lagi dan terus berulang ulang."Hhh...tempat ini...!!"kemudian Dia menepuk halus leher Wilmuna
"Aku tahu...,Wilmuna.Sobat jangan Kau kuras tenagamu pelankan terbangmu" Tiba -tiba Raden Sitija merasa ada yang aneh dengan cara terbang Sahabat burungnya itu. Tenaga Wilmuna seperti terkuras lalu dia hanya mengeluarkan lengkingan panjang. Dengan sekuat tenaga Wilmuna berusaha menempatkan sitija pada tempat paling tinggi namun tubuhnya makin melemah. Wilmuna pingsan ketika berusaha menembus batas langit"Wilmuna.......apa yang terjadi padamu.....""WILMUNAAAA...,SADARLAH KAWAN...!!"teriak Raden Sitija sambil merangkul erat sahabatnya.Mereka berdua meluncur kebawah dengan kencang sampai tangan Raden Sitija pun terlepas dari tubuh sahabat burungnya."WILMUNAAA...!!!"teriak Raden Sitija melihat sahabat kesayangannya meluncur tak sadarkan diri kearah bawah terlepas dari pegangannya.Tapi tiba tiba ada sosok bayangan yang terbang melesat cepat menangkap tubuh Raden Sitija.Dia melihat sekilas Kaki yang Penolongnya seperti keluar pancaran api membara. Raden Sitija tau siapa Dia."Adi Wisanggeni.....""Pejamkan matamu Kakang, Aku yang akan meneruskan tugas Wilmuna.....""Tapi bagaimana nasib Wilmuna.....Adi?""Tenanglah....Kakang Guritno,Kakang Antasena, Adi Wisangkantha dan Kakang Srenggini mereka persis berada dibelakangku...."Wisanggeni menggendong sitija melesat dengan kecepatan tinggi menuju ujung langit."Kakang sebentar lagi Kita akan mengalami benturan dengan benteng langit...pejamkan matamu...dan kosongkan pikiranmu Aku akan mengalirkan tenaga Dahana geniku keseluruh tubuhmu agar Kau tidak terluka jika tubuhmu terbentur benteng langit "
Lalu Raden Sitija menuruti perkataan sang Adik sepupunya dengan menyatukan kedua tangannya dia menunduk dan mengosongkan pikiran.Raden Wisanggeni berteriak keras diskujur tubuhnya keluar api yang juga menyelimuti tubuh Raden Sitija dan melindungi tubuh mereka berdua. Tidak berselang lama sang Adik melemahkan tenaganya. Raden Sitija merasa tubuhnya semakin ringan. Dia juga merasa bahwa sang Adik melepas tubuhnya dengan pelan"Kakang Aku menyalurkan sedikit tenagaku untukmu agar Kau bisa bernafas disini"terdengar suara lain yang juga tak asing baginya. Ada sosok tangan yang menempel didadanya mengalirkan hawa hangat disekujur tubuhnya."Adi Antasena Kaukah itu...?""Bukalah matamu Kakang tarik nafas dalam -dalam Aku sudah mengalirkan Ajian Totok Saketiku Padamu sehingga Kau bisa bernafas dalam kedap udara""Terima kasih Adi Srenggini..."jawab Raden SitijaDengan perlahan Ia membuka matanya dan melihat empat ksatria gagah yang menyelamatkannya barusan. Raden Arya Wisanggeni dan Raden Arya Wisangkantha dua kakak beradik Ksatria tampan yang wajahnya mirip dengan Sang Ayah Raden Janaka. Sedang Raden Anantasena dan Raden Arya Srenggini adalah saudara seAyah putra Raden Bima Werkudara. Sama seperti Raden Guritno atau Raden Gatotkaca dan Raden Anantareja mereka bersaudara bermuka seperti empat Ksatria kembar padahal mereka lahir dari rahim Ibu yang berbeda."Kakang selamat datang di Alang -alang Kumitir"kata Raden Wisangkantha yang terkenal paling sopan diantara mereka berempat."Kemarilah Kakang ayo Kita jalan -jalan sebentar"sambung Raden Wisangkantha sambil mengajak terbang mengambang di langit berisi bintang. Terasa lengang, sunyi, gelap dan terasa hampa...."Lihatlah benda -bulat yang mengelilingi cahaya menyilaukan itu. Kakang, Benda bulat yang hanya membuat ukuran Kita tampak sangat kecil seperti sebutir debu.Benda bulat yang suatu sa'at Manusia menamakannya Planet. Dan ketika mengelilingi pusat cahaya itu juga akan dinamakan Orbit lalu pusat cahaya yang dikelilinginya adalah Matahari.Kaum kita menyebutnya Candradimuka Kakang Sitija."ujar Raden Wisangkantha"Langit luas inilah Kerajaan Guru dan pencipta Alam Semesta. Dia adalah SangHyang Wenang.Inilah Alang -alang Kumitir. Disisi lain SangHyang Wenang juga menciptakan lubang hitam yang dinamakan Lautan Kosmik yang bisa menyedot apa saja yang berada di dekatnya.Suatu sa'at Kerajaan SangHyang Wenang guru Para senopati Jagad dan Bumi akan dianamakan oleh Bangsa Manusia sebagai Galaksi.Dahulu kala ada seorang raksasa asura yang bernama Hiranyaksa yang diberi izin oleh batara Brahma untuk menggunakan lautan kosmik sang hyang wenang tapi dia berbuat sekehendak hatinya. "Raden Wisangkantha bercerita seperti apa yang disampaikan oleh Sang Ayah kepadanya tadi sampai berakhir"Tahukah Kakang Sitija jika Prabu Narakasura itu adalah wujud sebuah ilmu kekuatan yang dimiliki Hiranyaksa"Lalu dia bercerita lagi mirip seperti cerita sang ayah tentang hiraknyasipu"Begitupun sama dengan Prabu Bomabomantara dialah ilmu dari Hiraknyaksipu"tandas Raden Wisangkanthalalu sang adik menepuk lengan sang kakak"Kakang Kita disini senang karena Sang Guru kami SangHyang Wenang memilihmu....karena memang itu akan menjadi takdir yang meluruskan jalanmu Kakang""Sebentar lagi penobatanmu sebagai Senopati Bumi akan dimulai. Ayo Kakang kupertemukan Kau dengan Beliau"ajak Raden Wisangkantha menggandeng tangan Raden Sitija diikuti oleh lainnya. Lalu Sang Adik menepuk lengan Sang Kakak.Mereka berlima terbang lalu tiba tiba Raden Wisanggeni menghentikan mereka dengan memberi tanda pada tangannya.Raden Sitija melihat Raden Wisangkantha yang seraya mempersilakan tangannya pada Raden Sitija untuk terbang maju, Raden Sitijapun mengikuti perintah Sang Adik.Dia melihat keempat Adik sepupunya menunduk dan menyatukan kedua tangannya pada sesuatu yang tidak terlihat."Kakang satukan kedua tanganmu dan pejamkan matamu berusaha kosongkan pikiranmu. Lalu aturlah nafasmu secara perlahan -lahan"kata Raden WisanggeniRaden Sitija pun berbuat menuruti omongan Sang Adiklalu dia merasa ada sesuatu yang menariknya pelan"HAIIII...,SITIJA APAKAH KAU MENDENGARKU.?!."terdengar suara membahanaSuara itu suara yang sama ketika ia masih berada di Ekapratala.
"AKU HANYA BISA KAU RASAKAN SITIJA, AKU ADA KARENA KAU MENGANGGAPKU ADA,AKU ADALAH BAGIAN DARI ALAM SEMESTA,AKU BAGIAN DARI MAHKLUK YANG AKU CIPTAKAN, AKULAH SANGHYANG WENANG, AKU TIDAK BISA KAU LIHAT DENGAN MATA FANAMU, AKU ADALAH PERWUJUDAN SEMUA KEINGINAN DAN SEMUA HARAPAN SITIJA ""AKU SUDAH MEMBERIMU CERITA LEWAT MULUT AYAHMU DAN ADIK SEPUPUMU, APAKAH KAU SIAP UNTUK MENERIMA IMBALAN YANG AKAN KUBERIKAN PADAMU..."Raden Sitija yang tetap dalam posisinya lalu mengangguk."KUBERIKAN KAU KEKUATAN TENAGA SEPERTI SANG WARAHA.DAN KECEPATAN SEPERTI KILAT YANG DIMILIKI SANG NARASINGA"Suara SangHyang Wenang menggelegar diatas Arcapada. Raden Sitija merasakan tubuhnya seperti dicambuk oleh sesuatu, lalu dia menjerit kesakitan seperti ada jutaan jarum yang masuk ke pori -pori seluruh kulit menembus seluruh peredaran darahnya. Bahkan sampai masuk keotaknya. Seluruh otot -ototnya menonjol terasa seperti mau pecah. Jantungnya berdegup sangat kencang dan Dia merasakan panas seperti api yang membakar tubuh sampai kedalam organ -organ dalamnya. Matanya memerah menahan rasa sakit yang tiada tara hingga air keringat di tubuhnya terbang seperti bulir-bulir diangkasa semesta. Seketika rasa panas itu berangsur angsur menghilang. Sedikit demi sedikit dan lama lama berganti dengan rasa hangat di sekujur tubuhnya.Lalu berubah menjadi rasa yang menyejukkan badannya. Raden Sitija kembali berusaha menata nafasnya dengan posisi menyatukan kedua tangannya kembali.Tapi lama -lama Raden Sitija merasakan hawa aneh lagi merebak di seluruh badannya. Rasa sejuk itu berubah menjadi dingin secara perlahan semakin dingin dan dingin.Tubuhnya menggigil karena rasa dingin itu seperti membekukan saluran darahnya. Rasa dingin itu semakin memuncak seperti rasa panas yang dia rasakan setelahnya. Tenggorokannya seperti kering. Darahnya seperti berhenti mengalir dan otaknya terasa membeku. Rasa dingin itu semakin menjadi jadi hingga tubuhnya menggigil sangat kencang hingga mengejang. Lalu sedikit demi sedikit membentuk gumpalan es hingga menutup kakinya.
Raden Sitija pun meringkuk seperti bayi. Sedikit demi sedikit tubuh Raden Sitija tertutup oleh lapisan es.Di dalam lapisan Es itu Raden Sitija memejamkan mata. Dia menahan sakit nya dingin menguasai tubuhnya yang tertutup lapisan beku. Tubuh itu melayang -layang tanpa beban diatas Antariksa..
Tubuh Raden Sitija yang terbungkus lapisan es mengambang di antariksa. Lapisan es itu semakin menebal dan menebal. Raden Wisanggeni,Raden Wisangkantha,Raden Antasena dan Srenggini segera menyusul tubuh itu. Raden Wisanggeni melaju lebih dulu mendorong gulungan es dengan kecepatan tinggi melewati planet -planet mendekatkannya kearah Matahari. Lalu tiba -tiba Raden Wisanggeni pun melepaskan perlahan -lahan tubuh Raden Sitija kearah Matahari dan Dia menyatukan kembali kedua tangannya. Seketika itu juga tubuhnya membesar dan terus membesar melebihi Matahari. Raden Wisanggeni membentuk dirinya menjadi Raksasa terbesar bermata menyala -nyala laksana obor.berambut api, bertaring dan berkuku bara yang mencuat dengan lahar sebagai liurnya yang bernama Dahana Geni. Dahana Geni pun memungut gumpalan es yang didalamnya terdapat tubuh Raden Siti
Istal kayangan ekapratala tampak ramai tampak enam pemuda diantaranya Raden Sitija, Raden Guritno, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Srenggini dan Raden Antasena. Mereka bercengkrama dan terdengar tawa riang. Kadang celetukan lucu yang diucapkan Raden Antasena dan Raden Srenggini membuat mereka tergelak terpingkal -pingkal, kecuali Raden Wisanggeni yang hanya tersenyum -senyum. Lalu Raden Antasena pun bercerita bagaimana dia dulu dan Raden Wisanggeni mengobrak -abrik Kayangan Suralaya. Dengan sedikit didramatisir sa'at mereka berdua mengejar Batara Guru yang katanya sampai kencing dijariknya. Seketika gelak tawa pun berderai tanpa henti. Sampai Raden Srenggini yang linglung ditanya sama Sang Rama Werkudara."Sepertinya Aku harus pamit istirahat dulu"kata Raden Guritno."Kenapa Kakang ini kan masih sore.?"Tanya Raden Antasena."Aku belum menidurkan Sashikirana dan Arya kaca "sambungnya"Lama Aku tidak
Hari ini adalah kebahagiaan di Ekapratala. Kayangan Ekapratala sedang mengadakan pesta besar. mengundang para Dewa, Dewi,Yaksa, para Apsara dan Apsari. Hari dimana cucu Batara Ekawarna melepas masa lajangnya bersama seorang Apsari. Mereka datang mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang ada dipelaminan. Ditengah tengah para undangan ada hal yang membikin semua Dewa tertawa. Yaitu ketika Dewi Urwasi Apsari tercantik didekati lalu digoda oleh Raden Antasena dan Raden Srenggini"Hei cantik, Kamu nggak mau seperti mereka berdua? ""Mau tapi nggak sama Kamu""Lho...loh...loh...loh...padahal Aku ini ganteng putra Orang gagah, bapakku Raden Werkudara lo...""Memangnya kenapa kalo Kamu anaknya Werkudara. Terus Aku heran gitu sama Kamu jangan gedhe rasa ya Kamu.....""Wuiihhhh...,ketusnya, tambah cantik kalo Kamu marah"kata Raden Antasena sambil mencoba mencubit pipi Dewi Urwasi.Tapi den
Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati akan meminta restu kepada Istri -Istri Sri Khrisna yang berada di Dwarawati. Mereka berdua akan ikut Sang Rama. ditemani oleh Raden Guritno, Raden Eisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini nanti mereka akan berpisah menuju kearah Tunggurana guna ikut membantu pembangunan istana Trajutrisna."Kanjeng Ibu dan Eyang Kakung aku pamit......"kata Raden Sitija sambil bersimpuh kepada Ibu dan Kakeknya diikuti oleh Sang Istri. Sang Kakek pun menepuk pundak kedua pasangan itu."Tunggu Ngger. .!!""seru Sang Ibu"Bawalah Pusaka Bunga Wijayamulya ini bersamamu....."kata Sang Ibu menyerahkan Pusaka berbentuk bunga pada Raden Sitija. Raden Sitija pun menerima pemberian Sang Ibu sambil bersimpuh."Terima kasih Kanjeng Ibu...""Pusaka itu bisa menghidupkan yang mati baik hewan, raksasa ataupun manusia....jaga dan pergunakanlah dengan ketulusan hatimu. Dan jika kau membutuhkan sesuatu pa
Pagi itu Raden Sitija dan Sang Narendra Khrisna akan berangkat menuju arah Tunggurana.Raden Sitija memasang tali kekang Wilmuna dan Sang Narendra berpamitan pada para Istri, Menantu dan Putrinya. Ketika Raden Sitija sibuk Sang Istri Dewi Yadnyawati pun mendekati Sang Suami."Kanda.....""Iya Dinda........"kata Raden Sitija setelah selesai memasang tali kekang kemudian merangkul pinggang Sang Istri."Pakailah kalung ini yang mungkin akan membawa semangat untukmu agar cepat kembali padaku....."kata Dewi Yadnyawati melepas kalung dilehernya yang sedikit jenjang lalu dipasangkan keleher Sang Suami.Kalung berhias dan bermata batu permata yang indah."Bukankah ini kalung yang diberikan oleh Batara Guru ketika Kamu masih menjadi Apsari. ...Dinda "jawab Raden Sitija sambil menimang kalung pemberian Sang Istri. ."Iya Kalung para Apsari....."kata Istrinya"Baiklah.....akan Aku pakai terus...s
Gatotkaca atau Raden Guritno segera berpamitan kepada Sang Kakak sepupunya dan kedua Pamannya.Seperti biasa dia berkeliling mengawasi bagian -bagian yang dianggap rawan di istana."Aku mau bertanya satu hal pada Paman Prabakesha.....?boleh Paman.....!?""Apa itu Ngger.......?""Kenapa Pasukan Pringgodani memakai pakaian serba hitam dan ada LambangBintang terpampang di dadanya?""Ini adalah lambang Candradimuka,Ngger.....Lambang penerang kehidupan bagi semua makhluk di Arcapada.....""Apakah berhubungan dengan Batara Surya. ..?..""Benar sebenarnya Lambang Candradimuka sebagai identitas para Pasukan Dewa. Ngger Sitija.,Diantara pasukan-pasukan Dewa....ada Lima yang sangat disegani di Arcapada ini.Mereka dijagokan Para Dewa untuk menghalau serangan -serangan Asura jahat....dari Wangsa Denawa....selain Pasukan para Yaksa....."Raden Sitija pun mengangguk.mendengar cerita Patih Prabakesha."Yan
Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha."Apakah Engkau lelah, Ngger...?..""Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. ."Aku Ingin dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija."Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya."Aku mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi
Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura."Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Me