Aditya Pancatyana membuka matanya. Dia melihat ada beberapa orang yang mengelilingi tubuhnya. Senopati Pancatyana mengenali dua orang satu diantaranya dengan pandangan yang agak samar -samar adalah pria paruh baya berpakaian mentereng laksana seorang Raja. Lengkap dengan mahkota diatas kepalanya sedangkan tangan kanannya memegang sepucuk bunga Wijayakusuma dialah sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna
"Kau sudah bangun, Ternyata Dimas?"ungkapnya dengan senyum mengembang terlihat sangat bijaksana"ma'afkan Aku Dimas Pancatyana, Aku terpaksa menaruhmu di Wisma pertemuan ini sebab hanya ini tempat terluas untuk lelaki seukuranmu."Kata Sang Pria. "Terimakasih Kakang Narayana"Tiba -tiba Senopati Pancatyana bangun dari pembaringannya. Berusaha memberi hormat dengan menyatukan kedua tangannya tapi Sri Khrisna berusaha menahan dengan lambaian tangan kirinya"Dimas,Kumohon jangan berusaha bangun dari pembaringan dulu. Karena luka-luka diseluruh tubuhmu belum terlalu kering...!"" Tadi ketika Kau pingsan dikaputren,Kau membuat Aku dan Kakang Mbokmu sangat cemas,Untung saja ada Dimas Werkudara yang bisa membopongmu sampai di wisma ini"ucap Sri Khrisna sambil menunjuk kearah lelaki tinggi besar dan kekar yang berada dibelakangnya dengan menggunakan jempol tangannya. Laki -laki tegap walaupun sudah berumur, dengan tinggi dua kali ukuran pria dewasa. mempunyai kuku seperti kuku burung Elang di diantara sela-sela jari telunjuk dan jari tengahnya. Dikenal juga seorang yang tidak pernah mau duduk. Ksatria nomor dua jajaran Pandawa. Putra dari Prabu Pandhudewanata dan Dewi Kunthi Tanubrata."Sembah sujud Adi, untuk semua Kakang-Kakang yang telah menolong Adi "kata Senopati Aditya Pancatyana sambil menyatukan tangannya.Semua yang ada diruangan itu langsung membalas salam Aditya Pancatyana. Kecuali Raden Werkudara, dia hanya menganggukan kepalanya saja.Lalu Senopati Pancatyana bercerita tentang bagaimana dia bisa melarikan diri dari Kerajaan tempat dia lama mengabdi. Dan bagaimana pula keadaan sekarang ini di Prajatista,Surateleng dan Giyantipura kepada Sri Khrisna.Semua yang berada diruangan itu dan tampak mendengarkan dengan seksama
"Berarti delapan Raksasa yang dibunuh oleh Adi Udawa,Adi Janaka dan Angger Tetuko tadi di depan gerbang istana itu pasukan gabungan dari Prajatista dan Surateleng?"tandas Sri Narendra Khrisna." Tapi kenapa mereka tidak menggunakan lencana Kerajaan""Mereka membawanya Kakang Narayana,Aku menemukan lencana lambang kerajaan Prajatista disela -sela pakaian mereka..."jawab Lelaki disebelah sang narendra, Lelaki berperawakan sedang dan berwajah sangat rupawan walaupun seumuran sang narendra. Dengan selempang ratusan busur panah yang tertata di wadahnya, Yang tak lain Dia adalah Raden Janaka Ksatria nomor Tiga Pandawaadik dari Raden Werkudara dan Raden Yudhistira atau Raden Puntadewa."Istirahatlah dulu Dimas,nanti setelah Kau sudah bugar Kita akan membahas masalah ini "."Mereka sengaja menyiksamu dengan tombak dan pedang lalu dipatahkan, Agar Kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu.Untung Kau mempunyai ajian Pancasona,Angger Tetuka bisa mencabut semua patahan senjata yang menancap ditubuhmu.Hingga luka-luka ditubuhmu bisa menutup agak cepat Dimas Pancatyana, jika tidak,. mungkin kami tidak akan bisa menyelamatkanmu ''sela Narendra Dwarawati itu."Sekali lagi Adi mengucapkan terima kasih, Kakang"jawab Aditya Pancatyana."Baiklah Kakang,Adi akan menuruti kemauan Kakang dan Kakang mbok...""Kita semua pamit dulu dari balai ini"tukas Sri Khrisna mewakili semuanya."Istirahatlah dan persiapkan dirimu Dimas...!"Lalu semua Orang yang berada di Wisma Pertemuan yang dijadikan tempat pengobatan Pancatyana keluar meninggalkan mantan Mahapatih Prajatista itu sendirian."Biadab sekali...,Perbuatan Mereka,Paman Narayana...,Geram rasanya Aku ingin menghajar mereka"kata seorang Lelaki kekar berpakaian serba hitam. Dengan lambang bintang Kejora berwarna emas terbentang didadanya. Dialah Arya Bambang Tetuka atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raden Gatotkaca, Putra Kedua Raden Werkudara yang merupakan Raja dikerajaan Pringgodani. Yang terkenal juga sebagai Kerajaan Para Raksasa. Dia memanggil Nama Raja Dwarawati dengan nama kecilnya."Sabarlah, Ngger.Aku sedang menyusun rencana untuk menghancurkan mereka..."jawab Sang Narendra Dwarawati"Besok ketika kita semua berkumpul disini akan Kujelaskan rencanaku...""HHhMmm...AKU YAKIN KAKANG PASTI PUNYA RENCANA YANG MATANG."jawab Raden Werkudara."Aku menginginkan kehadiran kalian semua, Para Kakang dan para Dimas menetap untuk beberapa hari lagi di Dwarawati guna membahas masalah ini...!"ujar Sang Narendra. "Baiklah Dimas Narayana Kita pamit beristirahat. Besok kita akan kembali lagi "kata Lelaki tua berbadan tegap yang selalu membawa selempang senjata sabit dan tumbak kecil bermata dua bewarna merah.Yang tak lain adalah Kakak kandung Sri Khrisna. Yaitu Raden Kakrasana (Prabu Baladewa)Raja kerajaan Mandhura mewakili semua yang berada disitu."Silahkan dan terimakasih Kangmas Kakrasana"balas Sang Narendra sambil menyatukan kedua tangannya sambil menghormat pada Sang Kakak.Semua orang membalas kembali salam sang Narendra. setelah itu Mereka berlalu menuju tempat peristirahatan dengan diantar para Dayang dan Abdi istana.Waktu berlalu sangat cepat langit merah menyelimuti Dwarawati. Menandakan hari akan masuk gelap. Terlihat obor -2 dan oncor dinyalakan sebagai penerangan disetiap sisi ruangan , gerbang istana dan rumah - rumah Para penduduk. Menandakan waktu beristirahat bagi semesta alam Arcapada menunggu sang pagi kembali menyambut.
..........................
Kayangan ekapratala tempat tinggal Batara Ekawarna dan putrinya Dewi Pratiwi. terletak di sebelah utara Gunung Jamurdipa atau Kayangan Suralaya. Tempat bersemayamnya para Dewa dan Dewi. tampak sangat indah terlihat dari kejauhan. Diselimuti oleh pohon -pohon besar dan banyak jenis tumbuhan dan hewan bermukim disana.Tiba -tiba ada sesosok bayangan seperti seekor burung Raksasa memutari kawasan hutan Ekapratala. Terlihat diatas punggung Sang burung yang besar seperti seekor Gajah.Tampak diatas punggung Sang burung duduk dua sejoli yang memadu kasih dengan mesra."Setiap hari ketika Bibi habis mandi di air terjun aku selalu menjemput Bibi..."ungkap sang Lelaki." Sitija, Kenapa Kau selalu menggodaku..?."jawab Sang Perempuan sambil menggelayutkan tangannya dan mengusap pipi laki -laki yang dipanggil Sitija itu."Karena Aku suka melihat Kecantikanmu....Bibi Yadnyawati...""Tunggu Bibiku sayang, A
Raden Sitija dan Sang Ibu memasuki Istana Ekapratala yang sangat megah. disetiap sisi pintu mulai dari gerbang istana sampai Singgasana utama Kerajaan yang dijaga oleh para Yaksa. Para Yaksa adalah Raksasa pasukan Batara Kuwera yang memang ditugaskan mengamankan seluruh Kayangan di jagat raya. Mereka selalu menyatukan kedua tangannya tanda menghormat kepada setiap tamu ataupun Keluarga kerajaan. Akhirnya Sang Ibu dan Raden Sitija sampai di aula utama. Tampak jelas Batara Ekawarna duduk di kursi singgasananya yang berhias banyak batu mulia berikut juga tahtanya. sementara Sang Ayah Sri Narendra Khrisna duduk di kursi kehormatan sebelah kiri Sang Batara. Sang Ibupun menyusul duduk disebelah Sang Ayah. Lalu Raden Sitijapun berlutut sembari menghormat."Ngger, Apakah Kau tahu, mengapa Angger dipanggil kemari? "kata Sang Batara mengawali pembicaraan dengan Cucu kesa
Tubuh Raden Sitija yang terbungkus lapisan es mengambang di antariksa. Lapisan es itu semakin menebal dan menebal. Raden Wisanggeni,Raden Wisangkantha,Raden Antasena dan Srenggini segera menyusul tubuh itu. Raden Wisanggeni melaju lebih dulu mendorong gulungan es dengan kecepatan tinggi melewati planet -planet mendekatkannya kearah Matahari. Lalu tiba -tiba Raden Wisanggeni pun melepaskan perlahan -lahan tubuh Raden Sitija kearah Matahari dan Dia menyatukan kembali kedua tangannya. Seketika itu juga tubuhnya membesar dan terus membesar melebihi Matahari. Raden Wisanggeni membentuk dirinya menjadi Raksasa terbesar bermata menyala -nyala laksana obor.berambut api, bertaring dan berkuku bara yang mencuat dengan lahar sebagai liurnya yang bernama Dahana Geni. Dahana Geni pun memungut gumpalan es yang didalamnya terdapat tubuh Raden Siti
Istal kayangan ekapratala tampak ramai tampak enam pemuda diantaranya Raden Sitija, Raden Guritno, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Srenggini dan Raden Antasena. Mereka bercengkrama dan terdengar tawa riang. Kadang celetukan lucu yang diucapkan Raden Antasena dan Raden Srenggini membuat mereka tergelak terpingkal -pingkal, kecuali Raden Wisanggeni yang hanya tersenyum -senyum. Lalu Raden Antasena pun bercerita bagaimana dia dulu dan Raden Wisanggeni mengobrak -abrik Kayangan Suralaya. Dengan sedikit didramatisir sa'at mereka berdua mengejar Batara Guru yang katanya sampai kencing dijariknya. Seketika gelak tawa pun berderai tanpa henti. Sampai Raden Srenggini yang linglung ditanya sama Sang Rama Werkudara."Sepertinya Aku harus pamit istirahat dulu"kata Raden Guritno."Kenapa Kakang ini kan masih sore.?"Tanya Raden Antasena."Aku belum menidurkan Sashikirana dan Arya kaca "sambungnya"Lama Aku tidak
Hari ini adalah kebahagiaan di Ekapratala. Kayangan Ekapratala sedang mengadakan pesta besar. mengundang para Dewa, Dewi,Yaksa, para Apsara dan Apsari. Hari dimana cucu Batara Ekawarna melepas masa lajangnya bersama seorang Apsari. Mereka datang mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang ada dipelaminan. Ditengah tengah para undangan ada hal yang membikin semua Dewa tertawa. Yaitu ketika Dewi Urwasi Apsari tercantik didekati lalu digoda oleh Raden Antasena dan Raden Srenggini"Hei cantik, Kamu nggak mau seperti mereka berdua? ""Mau tapi nggak sama Kamu""Lho...loh...loh...loh...padahal Aku ini ganteng putra Orang gagah, bapakku Raden Werkudara lo...""Memangnya kenapa kalo Kamu anaknya Werkudara. Terus Aku heran gitu sama Kamu jangan gedhe rasa ya Kamu.....""Wuiihhhh...,ketusnya, tambah cantik kalo Kamu marah"kata Raden Antasena sambil mencoba mencubit pipi Dewi Urwasi.Tapi den
Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati akan meminta restu kepada Istri -Istri Sri Khrisna yang berada di Dwarawati. Mereka berdua akan ikut Sang Rama. ditemani oleh Raden Guritno, Raden Eisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini nanti mereka akan berpisah menuju kearah Tunggurana guna ikut membantu pembangunan istana Trajutrisna."Kanjeng Ibu dan Eyang Kakung aku pamit......"kata Raden Sitija sambil bersimpuh kepada Ibu dan Kakeknya diikuti oleh Sang Istri. Sang Kakek pun menepuk pundak kedua pasangan itu."Tunggu Ngger. .!!""seru Sang Ibu"Bawalah Pusaka Bunga Wijayamulya ini bersamamu....."kata Sang Ibu menyerahkan Pusaka berbentuk bunga pada Raden Sitija. Raden Sitija pun menerima pemberian Sang Ibu sambil bersimpuh."Terima kasih Kanjeng Ibu...""Pusaka itu bisa menghidupkan yang mati baik hewan, raksasa ataupun manusia....jaga dan pergunakanlah dengan ketulusan hatimu. Dan jika kau membutuhkan sesuatu pa
Pagi itu Raden Sitija dan Sang Narendra Khrisna akan berangkat menuju arah Tunggurana.Raden Sitija memasang tali kekang Wilmuna dan Sang Narendra berpamitan pada para Istri, Menantu dan Putrinya. Ketika Raden Sitija sibuk Sang Istri Dewi Yadnyawati pun mendekati Sang Suami."Kanda.....""Iya Dinda........"kata Raden Sitija setelah selesai memasang tali kekang kemudian merangkul pinggang Sang Istri."Pakailah kalung ini yang mungkin akan membawa semangat untukmu agar cepat kembali padaku....."kata Dewi Yadnyawati melepas kalung dilehernya yang sedikit jenjang lalu dipasangkan keleher Sang Suami.Kalung berhias dan bermata batu permata yang indah."Bukankah ini kalung yang diberikan oleh Batara Guru ketika Kamu masih menjadi Apsari. ...Dinda "jawab Raden Sitija sambil menimang kalung pemberian Sang Istri. ."Iya Kalung para Apsari....."kata Istrinya"Baiklah.....akan Aku pakai terus...s
Gatotkaca atau Raden Guritno segera berpamitan kepada Sang Kakak sepupunya dan kedua Pamannya.Seperti biasa dia berkeliling mengawasi bagian -bagian yang dianggap rawan di istana."Aku mau bertanya satu hal pada Paman Prabakesha.....?boleh Paman.....!?""Apa itu Ngger.......?""Kenapa Pasukan Pringgodani memakai pakaian serba hitam dan ada LambangBintang terpampang di dadanya?""Ini adalah lambang Candradimuka,Ngger.....Lambang penerang kehidupan bagi semua makhluk di Arcapada.....""Apakah berhubungan dengan Batara Surya. ..?..""Benar sebenarnya Lambang Candradimuka sebagai identitas para Pasukan Dewa. Ngger Sitija.,Diantara pasukan-pasukan Dewa....ada Lima yang sangat disegani di Arcapada ini.Mereka dijagokan Para Dewa untuk menghalau serangan -serangan Asura jahat....dari Wangsa Denawa....selain Pasukan para Yaksa....."Raden Sitija pun mengangguk.mendengar cerita Patih Prabakesha."Yan