Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 2. Penguasa Pertama

Share

Bab 2. Penguasa Pertama

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-02-04 14:48:23

"Arghh, kalian pintar membuat drama!" pekik Dea kegirangan. Efek mabukbercampur obat perangsang sudah menguasainya sepenuhnya. Sementara Yama tidak bisa menahan diri lagi. Dia mulai membuat gerakan yang membuai Dea sehingga gadis itu tidak sanggup menolak pesona yang ditawarkan pria dengan tubuh atletis yang sedang menuntunnya dengan cara unik tersebut.

Beberapa pagutannya malah membuat Dea yang terpengaruh alkohol dengan kesadaran minim, tidak berkuasa menolak sama sekali. Sentuhan ringan yang diberikan pria bernama Yama itu membuat Dea mabuk benaran.

Dea memekik tertahan saat bagian intinya robek dan kehormatan yang dia miliki selama dua puluh tahun akhirnya direngut oleh pria tampan yang tidak dikenalnya. Lebih tepatnya, dia tahu sebagai pria yang disewa oleh sahabat untuk menghibur hatinya yang luka.

“Ternyata aku penguasa yang pertama bagimu,” bisik Yama setelah berhasil menerobos pertahanan Dea, “ini bayaran yang sepadan.” 

Yama bukan hanya melakukannya satu kali, dia membiarkan gadis itu terlelap sejenak sesudah permainan pertama. Setelah lima belas menit berlalu, Yama kembali memonopoli tubuh kelelahan milik Dea dan membuatnya memekik beberapa kali dengan kenikmatan yang terucapkan.

"Kamu sudah melunasi perbuatan Ibumu, tetapi aku tidak akan melepaskanmu, Sayang," bisik Yama sebelum menembus pertahanan Dea untuk kesekian kalinya.

Meskipun minim kesadaran, Dea menikmati setiap sentuhan yang membuatnya melangkah menuju kedewasaan pertama sepanjang hidupnya. Sesekali dia memekik dan suara manjanya membuat Yama malah menjadi candu untuk menyiksa dia lagi.

Selama dua tahun menjadi kekasih Sanjaya, dia tidak pernah melakukan lebih dari sebuah ciuman walau Sanjaya sudah beberapa kali mencoba membuat hubungan mereka lebih intim di masa lalu.

Saat pagi menjelang, Dea terbangun dan merasa tubuhnya remuk seperti tulang yang terpisah dari ototnya.

Menyadari sosok pria di sebelahnya masih tertidur membelakanginya, Dea menarik handuk putih yang ada di samping meja nakas lalu membalut dirinya. Berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Sebuah tatoo burung phoenix yang cukup besar di punggung pria itu, membuat dirinya bergidik ngeri.

Saat menelusuri tatapannya ke lantai kamar dengan pakaian yang berserakan, Dea mulai memahami betapa jalan yang sudah dilaluinya sudah salah. Belum lagi rasa nyeri pada pangkal pahanya membuatnya meringis.

Dea segera berjinjit perlahan dengan kaki yang bergetar menahan sakit, melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Saat pintu kamar mandi tertutup, Yama membuka kedua matanya.

Sudut bibir pria tampan itu terangkat, menunjukkan sebuah kepuasan yang tidak terucapkan dari mimik wajah seorang pria.

Yama menarik selimut yang menutup sisi lain dan mendapatkan beberapa bercak noda sebagai saksi perbuatannya semalam.

"Hmm, dia milikku seutuhnya, jangan berharap bisa lepas dari genggamanku," gumam pria itu lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

Beberapa perkataan dari seberang panggilan itu membuat Yama mengernyitkan kedua alisnya dan terduduk tegak, "Jadi kalian salah tangkap?"

Yama memijit keningnya mendengar penjelasan dari seberang panggilan, sesaat sebelum akhirnya memutuskan panggilan dengan kesal.

Tidak lama kemudian, Dea keluar dari kamar mandi dan terkejut saat menemukan Yama sudah terbangun, duduk dengan santai di atas ranjang dengan bersandar di sandaran ranjang. Memberikan tatapan datar kepada Dea.

Selimut putih kamar itu hanya menutupi pinggangnya. Otot perut dan tubuh sempurna miliknya terpampang dengan sempurna, membuat Dea hanya bisa menelan salivanya saat membayangkan adegan semalam.

“Uhm.”

"A-aku akan membayarmu. Tapi aku butuh pakaian," ucap Dea dengan malu-malu lalu menarik kemeja putih milik Yama dari lantai dan memakainya.

"Sedikit kebesaran, tetapi setidaknya aku tidak bisa keluar dalam keadaan begini, bukan?" Dea mengancingkan kemejanya dalam keadaan canggung.

Ukuran tubuh Dea yang hanya memiliki tinggi seratus enam puluh sentimeter membuat kemeja itu menjulur sampai menutupi pahanya. Dea bisa menebak tinggi badan pria itu hampir dua kali ukuran kepalanya. Setidaknya seratus delapan puluh lima sentimeter.

Dea segera menarik sisa gaunnya yang robek untuk diikatnya ke pinggang. Kemeja Yama yang kebesaran malah menjadi gaun sederhana bagi wanita itu.

Yama hanya tersenyum, menyadari ada kesalahpahaman yang cukup besar di antara mereka. 

Wanita yang sedang dicarinya ternyata bukan Dea dan menyadari dia sudah merenggut kehormatan gadis tidak bersalah itu, Yama akan berusaha bertanggung jawab.

Yama masih memikirkan mengenai hal itu, tetapi dia tertegun saat Dea mengulang kalimatnya.

"Minta nomer rekeningmu, kita akan berpisah sesudah ini dan jangan sampai ada yang tahu malam ini!"

"Kau... menganggapku pria bayaran?" Yama memiringkan kepalanya, bibirnya membentuk senyum tipis penuh arti. 

Dia adalah sosok penguasa yang selalu dihormati, tetapi justru kini mendapat tatapan meremehkan dari gadis yang baru saja ditaklukkannya semalaman. 

Namun, alih-alih marah, tatapan itu malah membuatnya tertarik. Permainan ini semakin menarik.

"Memangnya kenapa kalau iya?" Dea menjawab santai sambil melipat tangan di dadanya. Nada bicaranya begitu tajam, seakan sengaja memprovokasi.

"Jangan katakan kau ingin memeras lebih banyak dariku!" lanjut Dea dengan dramatis. "Jean pasti sudah memberitahumu, kan? Tabunganku itu nggak banyak. Aku masih harus bayar sewa bulan ini!"

Yama mengangkat alis, tidak menanggapi langsung. Sementara itu, Dea celingukan ke sekeliling ruangan. "Ngomong-ngomong, tasku di mana, ya?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.

Sebelum Yama sempat menjawab, ketukan di pintu memecah suasana. Dengan gerakan malas, Yama mengangkat satu tangannya, memberi isyarat agar Dea saja yang membuka pintu. Senyumannya singkat, menyeringai.

Dea mendengus sebal tapi tetap melangkah dengan patuh menuju pintu. Di sana berdiri seorang pria berkacamata tebal, rapi dengan setelan jas hitam, membawa sebuah bungkusan kertas dan tas miliknya.

"Oh, ini dia! Pas sekali. Terima kasih!" Dea menyambut barang-barang itu dengan senyum kemenangan, lalu menutup pintu dengan suara keras.

"Bam!"

Tanpa basa-basi, dia melempar bungkusan kertas itu ke arah Yama yang masih santai bersandar di sandaran ranjang. "Nah, ambil ini!" 

Dea merogoh tasnya dengan cekatan dan mengeluarkan sebuah dompet kecil lalu melemparkannya ke arah  Yama.

"Ini, dompetku," katanya sambil menyodorkannya pada Yama. "Di dalamnya ada dua ratus ribu. Kau ambil saja."

Yama memandangi dompet kecil berwarna merah itu, lalu menatap Dea dengan ekspresi tercengang. "Dua ratus... ribu?" suaranya terdengar seperti tidak percaya.

Dea melipat tangan di pinggang. "Kenapa? Jangan bilang itu tidak cukup! Layananmu semalam tidak sehebat itu, tahu! Harga itu sudah lebih dari pantas!"

"Kau membuatku kesakitan, aku bisa mengajukan komplain ke atasanmu bila kamu meminta lebih!" Seiring dengan kalimat yang diucapkannya, Dea melempar dompet kecil itu ke atas ranjang, di samping Yama berbaring.

Yama menghela napas panjang, lalu berdiri dengan gerakan lambat. Dea segera menutup kedua matanya dan memutar tubuhnya dengan canggung saat menyadari pria itu polos.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 3. Salah Kamar ?

    Yama dengan santai menarik sebuah handuk lalu melilitkannya ke pinggang. Tatapannya berubah tajam, tapi Dea, alih-alih takut, justru bergerak lebih cepat.Dengan cekatan, dia menyambar celana Yama yang tergeletak di lantai. "Ini milikmu, kan?" tanyanya dengan nada mengejek. Tanpa menunggu jawaban, Dea berlari ke arah pintu."Hei! Kembalikan itu!" seru Yama, tapi langkahnya terhenti saat Dea sudah membuka pintu kamar. Dengan hanya handuk melilit tubuhnya, tidak mungkin dia mengejar Dea.Di luar pintu, tawa Dea menggema. "Sampai jumpa, pria bayaran! Nikmati sisa waktumu dengan handuk itu!" katanya sambil berlari menjauh.Yama hanya bisa berdiri di tengah ruangan, matanya berkilat penuh kemarahan bercampur rasa penasaran. "Gadis ini..." gumamnya, mengulum senyum tipis lalu berbalik, melihat ke arah bungkusan kertas yang tadi dilempar Dea ke ranjang bersama dengan dompet kecil berwarna merah.Isi bungkusan kertas itu adalah pakaian wanita, awalnya itu diperuntukkan kepada gadis yang bahka

    Last Updated : 2025-02-04
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 4. Pernikahan mantan

    Jean, yang masih di telepon meskipun suara Dea terdengar dari jauh, berteriak, "Hei! Dea, hei! Apa yang kau rencanakan sekarang? Hei! Jangan lakukan sesuatu yang bodoh lagi, Dea!"Dea tidak menjawab. Dia sudah punya satu rencana di kepalanya, meskipun belum jelas apa yang akan dia hadapi."Mantan kekasihku yang harus disalahkan karena semua ini!" seru Dea dengan nada geram. Tangannya terkepal, rahangnya mengeras. "Dia yang memulai kekacauan ini, dan aku akan memberi pelajaran kepadanya!"Pernikahan sang mantan pacar adalah hari ini, dan Dea sudah memutuskan akan hadir. Bukan untuk memberikan restu, melainkan untuk memastikan dirinya tidak dianggap remeh lagi."Dia pikir dia bisa hidup bahagia setelah meninggalkanku begitu saja? Tidak semudah itu!" katanya pada dirinya sendiri sambil bergegas pulang. Dea mengabaikan panggilan dari Jean yang masih juga berteriak di ujung panggilan dan langsung menekan tombol mengakhiri panggilan.Sesampainya di rumah, Dea langsung menuju kamarnya. Dia me

    Last Updated : 2025-02-04
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 5. That's my Lady D

    Lestari- Ibu Sanjaya, perempuan berpenampilan mewah dan elegan dengan wajah yang dipenuhi kebencian dan tatapan sinis, berkata lantang, “Aku tidak pernah menyukaimu sebagai kekasih anakku, Dea. Lihat dirimu, terlihat rendahan sekali. Kau tidak pantas untuk putraku.”"Status putra tercintaku satu-satunya saat ini sudah menjadi Kepala Cabang perusahaan ternama sementara Melia, menantuku yang cantik ini adalah anak pengusaha, hanya dia yang cocok menjadi menantuku."Lestari mengambil alih microphone yang dipegang putranya, lalu menceritakan sedikit tentang Dea di depan para tamu. Dengan nada tegas namun penuh kekecewaan, Lestari memulai ceritanya."Para tamu yang terhormat, mohon maaf jika saya harus mengambil waktu sejenak untuk berbicara. Ada sesuatu yang perlu saya sampaikan tentang keputusan putra saya, Sanjaya, untuk menikah dengan Melia. Ini bukan hal yang mudah bagi saya, sebagai seorang Ibu, untuk mengungkapkan hal ini di depan kalian semua, namun saya merasa ini adalah waktu yang

    Last Updated : 2025-02-04
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 6. Perkelahian

    Di depan pintu keluar pesta, Dea tiba-tiba berjongkok, memeluk lututnya yang bergetar. Air matanya jatuh begitu saja, membasahi gaun elegan yang tadi membuatnya tampak begitu anggun di atas panggung. Ia berusaha menahan isakannya, tetapi dada yang terasa sesak tak bisa dibohongi.Samar-samar terdengar suara tangis yang tertahan.Yama berdiri tak jauh darinya, terpaku. Sosok Dea yang tadi kuat dan penuh percaya diri kini terlihat rapuh. Sejak awal, dia tahu ada sesuatu yang wanita itu sembunyikan di balik tatapan tajam dan senyum tipisnya. Tapi baru saja ia melangkah mendekat, niatnya terhenti oleh suara nyaring dari ponsel Dea.**Drrtt... Drrtt...**Dea tersentak. Dengan cepat, ia mengusap wajahnya yang basah lalu merogoh tas kecilnya. Ketika melihat nama yang tertera di layar, jantungnya seolah berhenti berdetak."Ibu"—nama yang jarang muncul di layar ponselnya kecuali dalam keadaan darurat atau dia melakukan kesalahan sehingga pantas diomeli.Dea segera menghapus air matanya dengan

    Last Updated : 2025-02-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 7. Salah paham

    "Kamu hanya punya satu jam!" balas Yama lalu menutup panggilan, matanya masih tajam menatap ke depan. Ia tidak terbiasa melihat seseorang yang berharga baginya tersakiti, apalagi Dea. Gadis itu mungkin belum menyadarinya, tapi sejak pertemuan mereka, Yama telah menaruh perhatian khusus padanya.Bagi orang lain, ini mungkin hanya insiden biasa—pertengkaran yang berujung pemukulan. Tapi Yama bukan orang yang mudah dibodohi. Ada sesuatu yang janggal di balik kejadian ini, dan dia tidak akan tinggal diam.Di dalam ruangan, Dea masih duduk di tepi tempat tidur ayahnya. Tangannya menggenggam erat tangan pria paruh baya itu, seakan takut kehilangan."Ayah, siapa yang melakukan ini?" tanyanya dengan suara lirih.Ayahnya menghela napas. "Tidak usah ikut campur, Dea. Ini bukan urusanmu.""Tapi, Ayah—""Diamlah!" Pria itu menguatkan suaranya, membuat Dea ter

    Last Updated : 2025-02-15
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 8. Istri kelima

    Yama menyelipkan tangannya ke saku celana, memandang Dea yang panik dengan sorot mata tenang. "Jadi kamu menilaiku seperti itu?" tanyanya dengan wajah kalem."Aku tahu," kata Dea lagi, suaranya lebih rendah tapi tetap penuh curiga. Dea menyipitkan kedua matanya. "Kau pasti meminta bayaran lebih, ya? Baiklah, aku berjanji akan membayarmu dua ratus ribu lagi. Tidak bisa lebih lagi.""Lagian, ternyata kamu bukan pria yang dicari temanku, Jean. Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa tertukar," lanjutnya tanpa mempedulikan reaksi aneh dan bingung dari Yama."Aku juga sudah rugi karena masih harus membayar pria lain yang tidak pernah melakukan tugasnya, kau tahu? Jean sudah membayarnya!"Ia merogoh tas kecilnya, mengeluarkan ponselnya dan menatap Yama dengan kesal. "Sekarang pergi, dan aku akan mengirimkannya ke rekeningmu besok. Berikan nomor ponselmu!"Yama tertawa kecil, menggeleng pela

    Last Updated : 2025-02-16
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 9. Nona Besar

    "Lima belas? Astaga!"Dea terkejut dengan jumlah fantastis yang disebut Zacky, terlebih tidak mengerti, bagaimana seseorang yang arogan seperti dia bisa berlutut dan memohon ampun dan belas kasihan kepadanya.Yama mendekati Dea, suaranya lebih lembut saat berkata, "Dengar, Dea. Ini adalah kesempatanmu untuk keluar dari cengkeraman Zacky. Apa pun kesepakatan yang sudah kau buat dengannya, anggap saja batal.""Benarkah?" Dea menatap Zacky, yang masih berlutut gemetar, lalu menatap Yama. Ia tak bisa mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi begitu cepat."Ya, batal! Semua batal! Izinkan aku pulang. Keempat istriku dan anak-anakku sedang menungguku, mereka masih kecil, tolong berbaik hatilah, Dea.""Aku..." Dea tidak tahu mau menjawab apa."Ayo pergi dari sini," kata Yama lagi, suaranya kini lebih tegas.Dea ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. Ia tahu ada sesuatu ya

    Last Updated : 2025-02-17
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 10. Dimana Dea?

    Dea selesai lebih cepat dan segera bangkit untuk membayar di kasir. Saat ia hendak kembali, ponselnya berdering. Ia melihat nama di layar dan mengangkatnya.“Halo? Jean? Kamu sudah di sana? Apa? Serius?” Dea mengerutkan dahinya. “Haruskah aku datang sekarang?”Yama, yang masih duduk dengan perut terasa melilit, tidak bisa berkonsentrasi pada percakapan itu. Akhirnya, dia tidak tahan lagi.“K-Kamar kecil di mana?” serunya panik.Dea menunjuk ke arah kanan tanpa menoleh. “Di sana, cepat!”Tanpa menunggu lebih lama, Yama melesat dengan kecepatan penuh menuju kamar kecil, meninggalkan jejak penderitaan dan setengah piring nasi goreng yang tak tersentuh.“Hei, aku mau pergi!” seru Dea sambil menoleh ke arah kamar mandi. Namun, Yama sudah terlanjur menghilang di balik pintu.Dea menghela napas, lalu bergegas pergi mencari Jean dengan menaiki taksi. Jean sudah menunggunya di sebuah restoran tidak jauh dari sana, tapi wajahnya tampak cemas saat Dea tiba di sana.“Jean, ada apa?” tanya Dea, me

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 136. Lepaskan Nona Dea!

    Namun, Yama akhirnya bisa bernapas lega pada saat seseorang akhirnya menemukannya. Saat dia melihat bayangan samar di antara es yang sudah membentuk lingkaran sekeliling matanya."T-tolong."Seorang lelaki tua dari pemukiman bawah, dengan kereta kayu berisi ramuan dan kayu bakar. Matanya membelalak saat melihat tubuh tergeletak di antara bebatuan. "Hei!" pekiknya seraya berlari mendekati dengan langkah besar menginjak salju yang tebal.Luka dan darah Yama yang mulai membeku sudah hampir menyatu dengan salju. Pria tua itu bergidik dengan bekas noda cukup panjang di belakang Yama."Astaga… kamu masih hidup!" serunya panik menyadari sudah berapa lama Yama berusaha bertahan hanya dengan merangkak dalam luka yang tetap mengalirkan darah.Yama tak bisa menjawab. Dia merasa kedua lututnya mungkin sudah hancur. Tapi dia tidak peduli.Ia hanya menggeliat pelan, matanya mengerjap samar. Tapi itu cukup j

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 135. Bertahan

    Ia mulai mencoba menggulingkan tubuhnya, mencari posisi yang bisa memudahkan upayanya. Lututnya yang terluka menyeret di atas bebatuan kasar, menimbulkan goresan baru yang membuatnya terasa nyeri berkelanjutan.Yama mendesis, menahan nyeri.Kantung mayat yang cukup tebal itu lumayan membantu sehingga dirinya tidak menjadi patung es di dalam jurang itu.Namun, setiap tarikan napasnya seperti dihantam paku-paku dingin menusuk langsung ke paru-parunya. Tapi Yama tetap bergerak, perlahan, pasti. Sampai dia benar-benar mendapat lubang yang cukup besar untuk menghirup udara lebih."Sedikit lagi!" gumamnya seraya beristirahat. Yama sudah berhasil mengorek lubang sebesar satu jari telunjuk di kantong mayat yang membungkusnya. Kantong mayat dengan kualitas premium milik kekaisaran bukan terbuat dari kantung plastik murahan, sehingga tanpa disadari, kantung itu sudah membantu menjaga kehangatan tubuh Yama. Bila tidak demikian, Yama mungkin sudah menin

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 134. Kecurigaan

    "Nona Dea," sapanya dengan suara bergetar dan canggung.“Eh, kamu!” suara itu membuatnya tercekat. “Kamu lihat Yama?”Ajudan itu menelan ludah. Pandangannya melirik ke belakang dengan canggung, lalu kembali ke wajah Dea yang terlihat khawatir. “T-tidak, Nona Dea... S-saya tidak melihatnya,” jawabnya cepat dan semakin terlihat canggung sambil menggeleng. “M-mungkin dia masih di bukit barat?”"A-aku harus kembali ke tenda," lanjutnya. Ia langsung berlari setelah itu, seperti dikejar sesuatu yang tidak kasat mata.Dea terdiam, keningnya berkerut. Hati kecilnya merasa ada yang aneh dengan gestur ajudan itu. Tapi ia menaikkan bahu lalu memilih masuk ke dalam tenda. Berharap, mungkin Pangeran Frans tahu.Di dalam, Pangeran Frans bangkit dari kursinya dan menyambutnya dengan senyum lembut. Ia memeluk Dea erat, seperti ingin menunjukkan bahwa ia peduli.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 133. Menghilangkan Yama

    Ketika pagi menyambut, sinar matahari menerobos masuk melalui celah kain tenda.Yama terbangun lebih dulu. Dea masih terlelap, kepalanya bersandar di dadanya, tangannya melingkar di pinggangnya tanpa sadar. Wajahnya damai. Tapi justru itu yang membuat dada Yama sesak. Ia takut momen ini hanya sementara. Ia takut, ketika mata itu terbuka, yang ia lihat adalah penyesalan.Tapi saat Dea benar-benar terbangun, suasana menjadi canggung seperti yang ia bayangkan.Dea cepat-cepat menarik diri. “Maaf... aku—aku nggak tahu...”Yama ikut bangkit, menunduk. “Aku juga minta maaf. Aku nggak... maksudku, tadi malam... kita cuma butuh kehangatan.”“Iya,” Dea menyambar cepat. “Cuma... supaya nggak beku.”Keduanya diam beberapa saat, lalu saling memberi senyum canggung sebelum keluar dari tenda masing-masing, seolah malam

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 132. Tak tahu malu!

    Pangeran Frans terhuyung dan terduduk di lantai es yang dingin. Bibirnya robek, darah mengalir. Tapi ia tertawa kecil. “Kalian benar-benar pasangan yang cocok. Satu keras kepala, satu impulsif.”Dea berdiri tegak di sisi Yama. “Pangeran Frans, mohon menjaga statusmu! Jika kamu datang lagi seperti ini, aku akan pastikan seluruh tim medis dan keamanan tahu siapa kamu sebenarnya, Frans.”Frans menatap Dea sekali lagi. Ada sesuatu yang berubah dalam matanya. Bukan lagi gairah atau keinginan, tapi kekecewaan dan luka dalam egonya.“Aku hanya... ingin kamu tahu bahwa aku juga adalah seorang pria sejati, aku ingin membuktikannya dengan memberikan keperjakaanku padamu, Sayang,” ucapnya lirih.Dea memalingkan wajahnya yang terasa hangat saat Pangeran Frans menunjukkan bagian intinya tanpa rasa malu."Tak tahu malu!" teriak Yama seraya merangkul Dea dalam peluka

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 131. Laki-laki sempurna

    “Aku lihat cara kamu menatapnya.” Suaranya rendah. “Aku tahu... kamu mencintainya.”Dea menghela napas. “Aku menganggapnya sebagai sahabatku.""Lalu aku?"Dea menatapnya dalam-dalam lalu menjawab, "sahabatku yang baik.”Frans tertawa kecil—pendek, tapi getir. Wajahnya tidak lagi bercanda.Ia mendekat, suara tertahan. “Sahabat baik?"Frans tertawa kecil.“Sahabat, ya?” Bibirnya miring mengejek. “Kamu sungguh tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan padakuDea bergeming. "Apa maksudmu?"“Aku tak bisa tidur sejak malam itu. Kamu masuk ke pikiranku seperti racun. Dan yang paling membuatku muak adalah… aku bahkan tidak tahu, kenapa harus kamu?”“Karena kamu sangat baik, Frans.” Dea berbisik. “Dan kamu tidak suka wanita, jangan lupa

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 130. Dia hanya butuh Yama

    Ia melompat ke atas kendaraan milik relawan, memberikan instruksi tegas, suaranya gemetar bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang lain. Ketakutan yang tak bisa ia mengerti.“Bawa kami ke lokasi! Siapkan alat-alat penggali manual! Semua tenaga medis ikut!”Pangeran Frans akhirnya menyusul, melompat ke kendaraan berikutnya. Tapi kali ini, tidak ada senyum jenaka, tidak ada komentar sarkastik. Ia hanya duduk diam dengan rahang mengeras, menyaksikan Dea mengurus semuanya dengan penuh kepanikan."Dia segelisah itu karena Yama?"Frans menggenggam lututnya, cemburu yang mendidih dalam dadanya mulai mengusik logika. Ia ingin percaya bahwa hubungan mereka hanya sebatas masa lalu. Tapi kekhawatiran yang ia lihat di mata Dea barusan... bukan kekhawatiran biasa.Sesampainya di lokasi longsor, senja mulai merambat. Embun sisa longsor masih membuat pandangan mereka dalam jang

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 129. Longsor

    Yama tersenyum kecil. “Tapi setidaknya… kau tidak bilang ‘tidak mungkin.’”Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak lama, Dea tersenyum. Pangeran Frans yang mendengar percakapan mereka yang singkat itu, mengepalkan kedua tangannya di luar tenda. Dia mulai merasa marah dan sudah saatnya untuk bertindak.Namun, keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Pangeran muncul dengan semangkuk bubur di tangannya."Dea, Sayang. Bubur hangat untuk kesayanganku yang cantik," ucapnya dengan hangat lalu duduk di tepi ranjang Dea.Dea mengucek kedua matanya yang masih mengantuk dan meregangkan pinggangnya yang kaku."Hmm, ini terlihat enak dan hangat, tetapi mengapa harus mengantarkannya sampai ke tenda?" Dea segera menegakkan punggungnya."Dea, apakah kamu akan memberikan kesempatan lagi kepada Yama?"Dea sedikit terkejut pada saat mendengar pertanyaan Pangeran Frans, dia menghentik

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 128. Pertemuan

    Tangannya sibuk membalut luka di lutut seorang anak perempuan kecil, yang menangis tertahan. Pipinya merah membeku, rambutnya sedikit kusut, tetapi matanya tetap tenang dan lembut saat bicara pada si anak.“Tak apa, sebentar lagi selesai. Kamu hebat sekali, ya. Satu lagi, ya?” Dea berusaha membujuk agar anak kecil itu mau menelan pil anti nyeri untuk meringankan rasa sakit pada lukanya.Suara itu—masih sama. Sama seperti yang dulu ia dengar saat mereka duduk berdua di pinggir sungai kecil, saat dunia masih terasa sederhana. Tapi kini, dunia mereka penuh luka dan rahasia.Yama berdiri mematung. Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti. Dadanya sesak oleh sesuatu yang tidak bisa ia uraikan: rasa bersalah, harapan, dan kerinduan yang ia sembunyikan terlalu lama.Namun sebelum sempat ia membuka suara, langkah lain mendekat dari sisi tenda yang lain.“Sayang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status