Perguruan Sugalih, salah satu perguruan kecil dari aliran putih yang letaknya agak jauh di sebelah utara dari bukit Gajah Depa. Ki Ranggaguna adalah tokoh yang menjadi guru sekaligus pemimpinnya.
Perguruan ini tidak ikut dalam pertempuran di pantai utara. Selain karena jarak yang cukup jauh, jumlah muridnya juga sedikit.Ada sekitar dua puluh tiga orang yang menjadi murid di padepokan ini. Semuanya laki-laki dari usia anak-anak sampai dewasa.Ki Ranggaguna sudah berumur tujuh puluh tahun lebih, tapi perawakannya masih segar, tegap seperti baru berumur tiga puluhan saja. Hanya rambut dan jenggotnya yang sudah memutih.Di pagi hari yang cerah. Para murid sudah terbagi dalam tugasnya masing-masing sebelum memulai latihan. Ada yang mencuci, memasak, mencari kayu bakar dan membersihkan setiap ruangan.Begitu hari mencapai 'Haneut Moyan' (sekitar pukul 9 pagi) semua murid menuju lapangan tempat latihan. Terbagi menjadi tiga kelompok.PSegera Saka mengangkat tubuh Ki Ranggaguna langsung dibawa ke kereta. Di dalam saung kereta, Saka memberikan hawa sakti dan juga tuak saktinya untuk meringankan atau bahkan menyembuhkan luka si kakek."Bertahanlah, hanya luka dalam akibat pertarungan. Tidak ada racun di tubuh Kakek!"Kemudian Saka membersihkan darah yang mengotori badan dan pakaian Ki Ranggaguna. Sementara kakek itu tak sadarkan diri. Beruntung Saka masih bisa menyelamatkan nyawanya.Beberapa lama kemudian kereta kuda Saka sudah berada di pinggir sebuah sungai kecil berair jernih dan deras. Debit airnya tinggi akibat curah hujan beberapa hari belakangan ini.Ki Ranggaguna tampak duduk bersila di atas batu sedang memulihkan kondisinya. Dari penuturan si kakek saat baru siuman, Saka tahu apa yang telah terjadi.Saka menunggu si kakek sambil memberi makan kuda dengan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sungai.Beberapa saat kemudian terdengar suara helaan napas leg
"Coba kalau sejak awal kau tidak membantah, mungkin murid-muridmu masih lengkap!" Suara ini datang dari atas. Satu sosok melayang turun perlahan sambil tersenyum licik."Ki Rembong!" gumam Ki Randugarang.Set!Tiba-tiba Ki Randugarang dan semua muridnya merasakan ada sesuatu seperti tali yang melilit lehernya. Sangat kencang dan menyakitkan seperti hendak memotong lehernya. Mereka meronta-ronta kesakitan."Katakan, kau bersedia tunduk!" sentak Ki Rembong."Apa yang kau lakukan?" Suara Ki Randugarang tertahan karena lehernya tercekik."Itu adalah Kalung Kesetiaan, bilamana kalian berkhianat maka kalung itu akan memutuskan leher kalian!"Entah kapan Ki Rembong memasangkan kalung itu, yang jelas dia diberikan caranya oleh Kala Cengkar.Meski dongkol, tapi apa mau dikata. Mungkin nasib mereka harus jadi bawahan kelompok baru ini. Lagipula sama-sama dari golongan hitam.Kalau mereka menurut pasti akan ada im
"Dia Saka Sinting Pendekar Mabuk, kau, bahkan kita semua tak akan mampu melawannya!" Rupanya orang ini mengenali Saka."Masa hanya orang sinting saja tidak berani?" Si pemimpin masih congkak."Kau belum tahu dia rupanya?" cecar temannya yang merupakan murid Ki Rembong. Tentu saja dia sempat melihat Saka di pantai utara dulu."Memangnya siapa dia?" Si pemimpin sepertinya pengikut baru yang belum kenal Saka."Hanya Gusti Pikulun yang mampu menandinginya, tarik pasukan, kita jangan berurusan dengannya!""Hei, enak saja! Aku yang jadi pimpinan. Buruan kita sudah di depan mata, mau dilepas begitu saja?""Terserah, kalau kau mau mati konyol. Dia itu yang membinasakan Cakrawangsa tempo hari di pulau Lalay!"Murid Ki Rembong ini pergi begitu saja meninggalkan si pemimpin dan yang lainnya. Sementara si pemimpin tampak terkejut mendengar ucapan yang terakhir tadi."Hoy, kalian sudah berdebatnya?" teriak Saka lalu meneguk
Keesokan harinya hampir tengah hari kereta kuda Saka sampai di kota raja. Saka bisa bernapas lega karena semalam tidak terjadi sesuatu, padahal Srimurti begitu resah dalam tidurnya.Sebelum memasuki istana, mendadak ada sebuah ide di pikiran Saka. Dia mohon pamit duluan, kereta kuda dia serahkan kepada dua prajurit atau Srimurti. Terserah bagaimana nanti."Tidakkah, kau tinggal di istana barang sehari dua hari?" pinta Srimurti dengan lirih penuh harap ketika Saka belum keluar dari kereta. Dia pegang erat pinggang Saka.Saka tahu maksudnya, tinggal di istana pastinya di kediaman Srimurti nantinya dan itu sangat dinanti-nanti wanita satu anak itu."Aku sangat senang kalau tinggal di istana," jawab Saka. "Apalagi bersamamu. Sungguh aku merasakan kebahagiaan yang tiada tara saat bersamamu." Maksudnya ketika berduaan di kamar tempo hari."Aku suka, kau tetap cantik dan menggairahkan. Tidak dapat kupungkiri, aku menyukai dan menginginkannya lag
"Aku Pandansari putrinya Jerangkong Koneng!"Saka terkejut bukan main. Dedengkot aliran hitam dari perguruan Tengkorak Setan ini ternyata memiliki anak gadis yang cantik."Jadi kau ....""Aku kabur dari perguruan demi mencari Pandu Jaya. Aku sangat mencintainya. Bahkan aku sudah rela menyerahkan kesucianku!"Saka hampir tersedak tuak saat mendengar ucapan tadi. Karena dia sedang meneguk tuak saat Pandansari berkata tadi. Apakah semua wanita akan begitu kalau sudah terlalu mencintai laki-laki?Kalau hubungan mereka sampai diketahui ayahnya Pandansari, sudah pasti akan ditentang habis. Kalau Ki Bayusura mungkin masih memiliki rasa kebijaksanaan."Kenapa aku terlahir sebagai anak dari tokoh golongan hitam!" sesalnya."Aku yakin ketika ayahmu lahir, dia bukan golongan hitam!" sahut Saka yang mendengar keluhan si gadis jangkung.Si gadis angkat wajahnya, menatap Saka penuh tanya. Si lelaki mengerti, maka dia melanjut
Kemudian orang ini menuturkan bahwa perguruan yang hancur itu adalah tempatnya menempa ilmu kanuragan. Perguruan Astabraja namanya.Tiga hari yang lalu perguruan ini kedatangan Ki Ranggaguna yang memberitahukan tentang bahaya Pasukan Kala Geni yang akan mengguncang dunia persilatan."Ki Ranggaguna menyarankan agar kami bersembunyi dulu lalu menyusun kekuatan bersama perguruan aliran putih yang lain," tutur orang berpakaian hitam.Sayangnya, Ki Langlang Peuting guru besar perguruan Astabraja menganggap remeh informasi dari Ki Ranggaguna. Dia bilang perguruan Astabraja lebih siap menghadapi Pasukan Kala Geni."Sampai ketika Pasukan Kala Geni datang di sore harinya, Guru baru menyesal tidak mengikuti saran Ki Ranggaguna. Pasukan itu begitu kuat, yang bisa bertahan dari kami hanya sepuluh orang. Itu juga sudah banyak yang terluka!"Sepuluh orang termasuk dia dan Ki Langlang Peuting dipaksa jadi pengikut Pasukan Kala Geni, kemudian perguruan d
Ketika Saka hendak ke istana Indraprahasta, di perjalanan dia bertemu dengan rombongan Ki Bayusura.“Saka, kau masih ingat aku?” Pandu Jaya langsung menyapa dengan ramah dan gembira karena bertemu dengan saudara jauhnya.“Pandu Jaya, kau tambah gagah saja!” ujar Saka, dalam hatinya dia ingat Pandansari.“Hebat, sekarang kau sudah menjadi pendekar tersohor!” puji Ki Bayusura.Saka segera menjura hormat. “Paman!”“Maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa saat dua kakak seperguruanku tiada. Karena tempat yang jauh, jadi kabar pun datang telat!” ungkap Ki Bayusura kemudian.“Tidak apa-apa, Paman. Semuanya telah terbalaskan. Kedua guru bisa tenang di alam sana.”“Terima kasih, kau murid baik. Aku bangga padamu!”“Ah, Paman berlebihan. Saya masih bukan siapa-siapa!”Ki Bayusura tertawa mengekeh sambil memegang pundak Saka. Kemudian dia mengajak serta Saka menuju istana Indraprahasta.Pergerakan pi
Jelas mereka menganggap remeh gadis ini. Meski hatinya panas mendengar penghinaan ini, Pandansari berusaha tenang menahan emosinya."Pendekar golongan putih terkenal dengan ketenangannya dalam situasi seperti ini," batin si gadis.Pandansari tetap tegakkan kepala meski dirinya kini dikurung lima orang. Dari tampangnya yang tidak kenal, jelas mereka bukan murid ayahnya. Mereka pasti dari perguruan lain."Gadis bongsor, mau kemana berjalan sendirian?""Aku mau menemui ayahku!" jawab Pandansari lantang."Hah, siapa ayahmu? Desa ini sudah ditinggalkan penduduknya, mungkin ayahmu juga sudah minggat, hahaha!""Iya, lebih baik kau ikut kami dijamin menyenangkan, hahaha!"Suara gelak tawa riuh terdengar sampai belasan tombak jauhnya. Membuat anggota lain yang sedang berada di rumah-rumah penduduk yang kini kosong berhamburan keluar.Desa ini benar-benar sudah dikuasai Pasukan Kala Geni. Rumah-rumah warga yang ditinggalk
"Sampai kapan aku mengawasi seperti ini," gerutu Nari Ratih sambil memakan buah jambu. Kalau ditinggalkan takut yang dikhawatirkan terjadi. Bukankah dia sedang berjaga mencegah jatuhnya korban pembunuhan lagi. Namun, kalau dipikir lagi sejenak hatinya jadi ragu. Sebabnya prajurit kerajaan yang ditugaskan menangani kasus ini sudah mengendus ke Seta Aji. Kalau sudah begitu bisa saja Seta Aji tidak melanjutkan aksinya. Bagaimana kalau prajurit kerajaan mendatangi rumah dan menangkap Seta Aji? Sia-sia saja dia berjaga di situ. Apa yang dipikirkan Nari Ratih memang benar. Lima prajurit kerajaan yang dipimpin seorang Bekel mendatangi rumah Seta Aji. Tentu saja pihak berwenang dari kerajaan juga menyelidiki tiga pembunuhan yang terjadi. Dari tanda silang yang tergores di paha korban menunjuk satu tersangka, Seta Aji. Sampai di depan rumah Seta Aji, enam prajurit ini hanya mendapati Amba Citra yang sed
Giliran Nari Ratih yang kerutkan kening sambil menarik wajahnya. Lalu dia menghempas napas lega. Maklum saja Amba Citra menyangka demikian, karena dia belum tahu kalau dia sudah mempunyai suami seorang pendekar tangguh.Amba Citra menatap sahabatnya menunggu jawaban. Si gadis ini perawakannya tak jauh beda dengan Nari Ratih. Tinggi semampai, cantik, hanya wajahnya bulat dengan mata agak belo. Berbeda dengan Nari Ratih yang memiliki wajah lonjong dan mata tipis.Nari Ratih tidak segera memberitahukan tentang statusnya yang sudah bersuami. Ada yang lebih penting yang harus didahulukan, yaitu mencari pembunuh sahabatnya."Aku hanya ingin memperoleh keterangan yang banyak tentang dia darimu,""Baik, tapi apa kau yakin aku memiliki pengetahuan banyak tentang Seta Aji?""Tentu saja, karena kau tetangganya!""Baiklah, silakan bertanya!" Amba Citra mengangkat telapak tangannya menghadap ke atas.Nari Ratih menarik napas panjang.
Seketika langsung berjingkat badannya. Dadanya mendadak berdebar kencang. Bagaimana bisa ada orang masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu sejak masuk tadi."Kau!"Semakin terkejut gadis ini begitu mengenali orang misterius ini."Bagaimana kau bisa masuk?"Lelaki berpakaian serba hitam ini tersenyum sinis dengan sorot mata tajam mengandung hawa sadis. Seperti elang hendak mencengkram mangsanya."Aku sudah menunggu kamu dari tadi." Suaranya besar tapi pelan dan seolah sengaja diserak-serakkan."Gila, kamu! Masuk tanpa ijin. Mau apa kamu? Mencuri?"Si lelaki mengekeh pelan. "Ya, aku mau mencuri nyawamu,""Bangsat, kamu! Antara aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi, sudah tidak ada masalah lagi. Mau apa lagi kamu?"Sudah aku bilang, aku mau nyawamu. aku masih sakit hati dicampakkan sama kamu. Aku dendam, dan Kamu harus terima akibatnya,""Sinting, kamu! Pergi! Atau aku panggil kakangku buat m
Berita terbunuhnya Rara Intan yang mayatnya dikirim dalam sebuah peti sampai juga ke keluar Ki Barna. Nari Ratih dan Saka pun otomatis mendengar berita ini.Peristiwa ini terjadi siang hari setelah beberapa lama penguburan Arum Honje."Tandanya sama seperti pembunuhan Arum Honje," kata Ki Barna menjelaskan. Rara Intan Putri ketiga juragan Gumara orang terkaya di desa Jati Waringin. Mayat Rara Intan ditemukan di dalam sebuah peti yang dikirim oleh seseorang yang misterius."Dalam satu hari ini sudah dua kali Saka dan Nari Ratih menghadiri pemakaman. Pagi tadi penguburan Arum Honje sahabatnya Nari Ratih. Sekarang Rara Intan.Walaupun bukan orang yang dikenal keduanya, tapi cara pembunuhan yang dilakukan sama seperti yang menimpa Arum Honje.Awalnya Ki Barna yang mendengar kegegeran itu. Geger karena tidak menyangka, pagi hari Rara Intan pergi ke pasar sendirian. Tetapi pulang dikirim dalam peti mati.Yang membuat penasaran yaitu ad
"Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad
Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama
Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg
Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m
Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah