Segera Saka mengangkat tubuh Ki Ranggaguna langsung dibawa ke kereta. Di dalam saung kereta, Saka memberikan hawa sakti dan juga tuak saktinya untuk meringankan atau bahkan menyembuhkan luka si kakek.
"Bertahanlah, hanya luka dalam akibat pertarungan. Tidak ada racun di tubuh Kakek!"Kemudian Saka membersihkan darah yang mengotori badan dan pakaian Ki Ranggaguna. Sementara kakek itu tak sadarkan diri. Beruntung Saka masih bisa menyelamatkan nyawanya.Beberapa lama kemudian kereta kuda Saka sudah berada di pinggir sebuah sungai kecil berair jernih dan deras. Debit airnya tinggi akibat curah hujan beberapa hari belakangan ini.Ki Ranggaguna tampak duduk bersila di atas batu sedang memulihkan kondisinya. Dari penuturan si kakek saat baru siuman, Saka tahu apa yang telah terjadi.Saka menunggu si kakek sambil memberi makan kuda dengan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sungai.Beberapa saat kemudian terdengar suara helaan napas leg"Coba kalau sejak awal kau tidak membantah, mungkin murid-muridmu masih lengkap!" Suara ini datang dari atas. Satu sosok melayang turun perlahan sambil tersenyum licik."Ki Rembong!" gumam Ki Randugarang.Set!Tiba-tiba Ki Randugarang dan semua muridnya merasakan ada sesuatu seperti tali yang melilit lehernya. Sangat kencang dan menyakitkan seperti hendak memotong lehernya. Mereka meronta-ronta kesakitan."Katakan, kau bersedia tunduk!" sentak Ki Rembong."Apa yang kau lakukan?" Suara Ki Randugarang tertahan karena lehernya tercekik."Itu adalah Kalung Kesetiaan, bilamana kalian berkhianat maka kalung itu akan memutuskan leher kalian!"Entah kapan Ki Rembong memasangkan kalung itu, yang jelas dia diberikan caranya oleh Kala Cengkar.Meski dongkol, tapi apa mau dikata. Mungkin nasib mereka harus jadi bawahan kelompok baru ini. Lagipula sama-sama dari golongan hitam.Kalau mereka menurut pasti akan ada im
"Dia Saka Sinting Pendekar Mabuk, kau, bahkan kita semua tak akan mampu melawannya!" Rupanya orang ini mengenali Saka."Masa hanya orang sinting saja tidak berani?" Si pemimpin masih congkak."Kau belum tahu dia rupanya?" cecar temannya yang merupakan murid Ki Rembong. Tentu saja dia sempat melihat Saka di pantai utara dulu."Memangnya siapa dia?" Si pemimpin sepertinya pengikut baru yang belum kenal Saka."Hanya Gusti Pikulun yang mampu menandinginya, tarik pasukan, kita jangan berurusan dengannya!""Hei, enak saja! Aku yang jadi pimpinan. Buruan kita sudah di depan mata, mau dilepas begitu saja?""Terserah, kalau kau mau mati konyol. Dia itu yang membinasakan Cakrawangsa tempo hari di pulau Lalay!"Murid Ki Rembong ini pergi begitu saja meninggalkan si pemimpin dan yang lainnya. Sementara si pemimpin tampak terkejut mendengar ucapan yang terakhir tadi."Hoy, kalian sudah berdebatnya?" teriak Saka lalu meneguk
Keesokan harinya hampir tengah hari kereta kuda Saka sampai di kota raja. Saka bisa bernapas lega karena semalam tidak terjadi sesuatu, padahal Srimurti begitu resah dalam tidurnya.Sebelum memasuki istana, mendadak ada sebuah ide di pikiran Saka. Dia mohon pamit duluan, kereta kuda dia serahkan kepada dua prajurit atau Srimurti. Terserah bagaimana nanti."Tidakkah, kau tinggal di istana barang sehari dua hari?" pinta Srimurti dengan lirih penuh harap ketika Saka belum keluar dari kereta. Dia pegang erat pinggang Saka.Saka tahu maksudnya, tinggal di istana pastinya di kediaman Srimurti nantinya dan itu sangat dinanti-nanti wanita satu anak itu."Aku sangat senang kalau tinggal di istana," jawab Saka. "Apalagi bersamamu. Sungguh aku merasakan kebahagiaan yang tiada tara saat bersamamu." Maksudnya ketika berduaan di kamar tempo hari."Aku suka, kau tetap cantik dan menggairahkan. Tidak dapat kupungkiri, aku menyukai dan menginginkannya lag
"Aku Pandansari putrinya Jerangkong Koneng!"Saka terkejut bukan main. Dedengkot aliran hitam dari perguruan Tengkorak Setan ini ternyata memiliki anak gadis yang cantik."Jadi kau ....""Aku kabur dari perguruan demi mencari Pandu Jaya. Aku sangat mencintainya. Bahkan aku sudah rela menyerahkan kesucianku!"Saka hampir tersedak tuak saat mendengar ucapan tadi. Karena dia sedang meneguk tuak saat Pandansari berkata tadi. Apakah semua wanita akan begitu kalau sudah terlalu mencintai laki-laki?Kalau hubungan mereka sampai diketahui ayahnya Pandansari, sudah pasti akan ditentang habis. Kalau Ki Bayusura mungkin masih memiliki rasa kebijaksanaan."Kenapa aku terlahir sebagai anak dari tokoh golongan hitam!" sesalnya."Aku yakin ketika ayahmu lahir, dia bukan golongan hitam!" sahut Saka yang mendengar keluhan si gadis jangkung.Si gadis angkat wajahnya, menatap Saka penuh tanya. Si lelaki mengerti, maka dia melanjut
Kemudian orang ini menuturkan bahwa perguruan yang hancur itu adalah tempatnya menempa ilmu kanuragan. Perguruan Astabraja namanya.Tiga hari yang lalu perguruan ini kedatangan Ki Ranggaguna yang memberitahukan tentang bahaya Pasukan Kala Geni yang akan mengguncang dunia persilatan."Ki Ranggaguna menyarankan agar kami bersembunyi dulu lalu menyusun kekuatan bersama perguruan aliran putih yang lain," tutur orang berpakaian hitam.Sayangnya, Ki Langlang Peuting guru besar perguruan Astabraja menganggap remeh informasi dari Ki Ranggaguna. Dia bilang perguruan Astabraja lebih siap menghadapi Pasukan Kala Geni."Sampai ketika Pasukan Kala Geni datang di sore harinya, Guru baru menyesal tidak mengikuti saran Ki Ranggaguna. Pasukan itu begitu kuat, yang bisa bertahan dari kami hanya sepuluh orang. Itu juga sudah banyak yang terluka!"Sepuluh orang termasuk dia dan Ki Langlang Peuting dipaksa jadi pengikut Pasukan Kala Geni, kemudian perguruan d
Ketika Saka hendak ke istana Indraprahasta, di perjalanan dia bertemu dengan rombongan Ki Bayusura.“Saka, kau masih ingat aku?” Pandu Jaya langsung menyapa dengan ramah dan gembira karena bertemu dengan saudara jauhnya.“Pandu Jaya, kau tambah gagah saja!” ujar Saka, dalam hatinya dia ingat Pandansari.“Hebat, sekarang kau sudah menjadi pendekar tersohor!” puji Ki Bayusura.Saka segera menjura hormat. “Paman!”“Maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa saat dua kakak seperguruanku tiada. Karena tempat yang jauh, jadi kabar pun datang telat!” ungkap Ki Bayusura kemudian.“Tidak apa-apa, Paman. Semuanya telah terbalaskan. Kedua guru bisa tenang di alam sana.”“Terima kasih, kau murid baik. Aku bangga padamu!”“Ah, Paman berlebihan. Saya masih bukan siapa-siapa!”Ki Bayusura tertawa mengekeh sambil memegang pundak Saka. Kemudian dia mengajak serta Saka menuju istana Indraprahasta.Pergerakan pi
Jelas mereka menganggap remeh gadis ini. Meski hatinya panas mendengar penghinaan ini, Pandansari berusaha tenang menahan emosinya."Pendekar golongan putih terkenal dengan ketenangannya dalam situasi seperti ini," batin si gadis.Pandansari tetap tegakkan kepala meski dirinya kini dikurung lima orang. Dari tampangnya yang tidak kenal, jelas mereka bukan murid ayahnya. Mereka pasti dari perguruan lain."Gadis bongsor, mau kemana berjalan sendirian?""Aku mau menemui ayahku!" jawab Pandansari lantang."Hah, siapa ayahmu? Desa ini sudah ditinggalkan penduduknya, mungkin ayahmu juga sudah minggat, hahaha!""Iya, lebih baik kau ikut kami dijamin menyenangkan, hahaha!"Suara gelak tawa riuh terdengar sampai belasan tombak jauhnya. Membuat anggota lain yang sedang berada di rumah-rumah penduduk yang kini kosong berhamburan keluar.Desa ini benar-benar sudah dikuasai Pasukan Kala Geni. Rumah-rumah warga yang ditinggalk
Jerangkong Koneng sangat terkejut melihat kedatangan putrinya. Dulu dia kabur, sekarang datang sendiri. Yang heran, dari mana putrinya tahu kalau dia berada di sini?"Pandansari, dari mana kau tahu aku ada di sini?""Itu tidak penting, Ayah. Yang terpenting kabar yang aku bawa!""Kabar apa?" tanya Jerangkong Koneng.Di ruangan ini sudah ada Ki Rembong, Lasmini dan sang pemimpin Kala Cengkar yang kedua matanya membeliak melihat postur tubuh tinggi Pandansari."Oooh, siapakah dia, Jerangkong Koneng?" Kala Cengkar mendekat tak peduli wajah Lasmini yang cemberut karena hal ini."Ini putriku, Gusti Pikulun,"Jerangkong Koneng memerintahkan putrinya untuk menjura kepada Kala Cengkar."Ini pemimpin kita, Gusti Pikulun Kala Cengkar!"Pandansari hanya menatap sebentar sebelum menjura lalu tidak memandangnya lagi."Siapa namamu, cantik bongsor?" Nada suara nakal lebih dominan di pertanyaan Kala Cengkar i