Pulang dari berburu, saat sang surya agak tergelincir ke barat. Alangkah terkejutnya Saka bukan alang kepalang. Dia melihat istrinya sedang bercinta dengan lelaki lain.
Saka melihat Rinjani begitu sangat menikmati cumbuan lelaki yang tengah menindihnya. Bahkan mereka tengah terhanyut berpacu menggapai puncak asmara.Dari sikap Rinjani yang tampak terlena itu, telah menorehkan luka hati yang amat dalam. Bibir Saka bergetar. Dadanya bergemuruh panas bukan main.Ini pengkhianatan!Saka tidak percaya istrinya main serong dengan lelaki lain yang setahu dia lelaki itu bernama Boma Sagara murid utama Ki Jangkung Wulung.Kelompok Ki Jangkung Wulung beserta murid-muridnya sudah sering melakukan kekacauan di dunia persilatan, sehingga banyak dimusuhi kaum pendekar."Rinjani, wanita laknat! Terkutuk kau!" bentak Saka Lasmana penuh amarah membara seakan-akan kepalanya dikobari api.Bentakan ini mengejutkan dua orang yang sedang mendaki menuju puncak kenikmatan itu.Seketika sepasang manusia yang tengah memadu cinta itu berhenti, tapi tetap dalam posisi saling menindih. Lalu terdengar Boma Sagara tertawa lantang tanpa merasa bersalah."Apa kau tidak lihat? Dia keenakan menikmati keperkasaanku ini. Aku dengar sendiri, katanya kau sama sekali tidak ada perkasanya. Makanya diam-diam dia melakukannya denganku!"Kalau cuma Boma Sagara yang berkata, tidak terlalu peduli, tetapi ucapan Rinjani berikutnya membuat hatinya semakin terpukul. Wanita itu seperti bukan yang dia kenal selama ini."Kau pikir aku bahagia bersuamikan pria miskin sepertimu? Dasar bodoh!”Bagaimana bisa Rinjani yang dia kenal sebagai gadis sederhana, lugu, polos dan baik hati menjadi seperti ini. Apa yang telah merasuki istrinya ini?Dulu Rinjani adalah gadis pujaan hatinya yang juga merupakan adik seperguruannya di perguruan Gagak Lumayung.Mereka saling mencintai, lalu menikah dan hidup mandiri di luar wilayah perguruan.Saka Lasmana selain masih tetap menjadi murid perguruan Gagak Lumayung, dia berburu dan memancing untuk kebutuhan hidup.Namun, setelah dua tahun mereka belum dikaruniai anak. Mungkin belum takdirnya memiliki keturunan."Aku tidak percaya kau bisa berkata seperti itu, Rinjani!"Tiba-tiba saja lima orang masuk langsung memegang tubuh Saka dan menguncinya sehingga murid Ki Aswani ini tak bisa bergerak."Setan! Lepaskan!" teriak Saka.Sebenarnya Saka sudah memiliki kepandaian yang tidak bisa dianggap enteng, tetapi tenaga kelima orang ini sangat kuat mengunci tubuhnya. Meskipun sudah meronta sekuat tenaga, tapi tiada hasil.Lima orang yang ternyata teman seperguruan Boma Sagara tidak menghiraukan teriakan Saka. Mereka sengaja menahan lelaki itu agar terus menyaksikan pergumulan istrinya dengan Boma Sagara sampai selesai.Sambil berteriak-teriak Saka berusaha melepaskan diri, tapi pegangan lima orang itu sangat kuat. Sepertinya menggunakan tenaga dalam pula.Ternyata sampai Rinjani menjerit di saat mencapai klimaksnya lalu terkulai lemas, Saka belum dilepaskan juga."Pergi! Aku tak sudi melihatmu lagi!" teriak Saka."Kau yang pergi!” balas Rinjani. “Kau tidak memiliki apa-apa lagi. Karena sekarang rumah dan kebun menjadi milikku. Mulai saat ini kau bukan siapa-siapa lagi! Pergi!""Usir dia, kalau perlu bunuh saja. Habis perkara!" perintah Boma kepada temannya.Serentak lima orang ini menyeret Saka keluar lalu melemparkannya dengan keras hingga lelaki malang itu terjatuh dengan punggung lebih dulu mengenai batu besar yang menonjol dari dalam tanah.Secepatnya Saka bangkit hendak menyerang dengan jurus yang didapat dari perguruannya, tetapi lima teman Boma Sagara sudah lebih dulu bergerak menghajarnya.Saka yang kepandaian silatnya lebih rendah dari mereka tak mampu membalas serangan. Dirinya malah jadi bulan-bulanan lawan.Bertubi-tubi pukulan dan tendangan lawan mendarat di tubuhnya memberikan luka yang cukup parah. Sudut bibirnya tampak melelehkan darah.Sudah sakit hati, sakit badan juga. Sungguh hari ini dia mendapatkan kesialan yang tiada tara. Hatinya benar-benar hancur.Istrinya berkhianat, rumah dan kebun miliknya dirampas pula. Tidak menyangka ternyata begitu watak asli Rinjani yang terkenal lemah lembut menjadi idaman murid lelaki di perguruan.Tidak terasa lagi sudah berapa luka diterima badannya, tapi tidak lebih sakit dari pada luka hatinya.Satu tendangan terakhir membuat sosok Saka terpental jauh lalu jatuh bergulingan ke bawah lembah kecil di sebelah rumahnya.Lima temannya Boma Sagara memastikan Saka tidak bangun lagi walau sosoknya tidak kelihatan karena tertutup semak belukar."Sudahlah, dia pasti mampus, Hahaha!"Sambil meludah ke wajah Saka yang tak sadarkan diri, mereka tertawa terbahak-bahak dan meninggalkan Saka yang telah terbujur kaku."Gu... guru... Maafkan aku..."Matanya langsung terpejam dan Saka tenggelam dalam ketidaksadarannya.
Tepat ketika cahaya yang masuk ke matanya mulai menghilang, kelebat sosok Ki Asnawi dan kawan-kawan seperguruannya muncul.
Dadanya bergemuruh, antara malu dan tak berdaya ketika mereka menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
Saka sadar, ia telah mengecewakan mereka semua.
Namun, tiba-tiba wajah Ki Asnawi yang ada di hadapannya berlumuran darah!
"Gu … guru! Ada apa?!"Seraya menatapnya tajam, gurunya bergumam, "Saka! Balaskan dendam kami!""Guru!"Saka tiba-tiba terbangun. Walaupun tubuhnya masih digerogoti rasa sakit setelah dikeroyok kelompok Boma, namun wajah berlumuran darah gurunya masih terbayang di benaknya.Ia menyadari matahari telah condong ke barat. Dalam kegelapan malam, Saka segera bangkit sambil memegangi luka-lukanya."Aku harus ke perguruan sekarang!"Dengan tertatih-tatih Saka melangkah menuju tempatnya menimba ilmu silat yaitu perguruan Gagak Lumayung yang dipimpin oleh Ki Aswani yang bergelar Pendekar Gagak Putih.Sejak kecil Saka hidup dibawah asuhan Ki Aswani. Tidak ingat siapa orang tuanya. Dia hanya tahu sudah sebatang kara sejak kecil.Bahkan dia juga tidak tahu sejak kapan sang guru merawat dirinya. Mungkin sejak masih bayi.Butuh waktu sepeminuman teh untuk sampai ke perguruan. Namun, karena kondisi Saka yang masih terluka, jadi agak lambat.Saka Lasmana tidak peduli dengan luka-luka yang dideritanya. Dia ingin cepat sampai ke perguruannya, sebab mimpi yang ia dapatkan terasa begitu nyata!Setelah menempuh perjalanan dengan membawa rasa sakit, akhirnya sampai juga di gerbang perguruan.Namun, Saka Lasmana mematung tak berdaya ketika melihat keadaan yang terjadi di sana.
Dadanya seketika sesak, di hadapannya ia mendapati kenyataan yang sungguh menusuk hati."Ti... Tidak! Ini tidak mungkin!"
***
Tampak murid-murid perguruan yang jumlahnya hampir lima puluh orang tergeletak di lapangan tempat berlatih dalam keadaan tak bernyawa.Semuanya terdapat bekas tebasan cukup dalam di bagian leher dan perut yang menyebabkan mereka tewas. Saka memeriksa seluruhnya. Tidak ada yang masih hidup.Bahkan dia menemukan Ki Aswani juga tergeletak dengan sekujur tubuh membiru. Gurunya tewas mengenaskan."Biadab! Siapa yang punya kerjaan!"Saka memeriksa tubuh gurunya. Di perutnya tertancap sebilah golok panjang yang menusuk pas di jantung. Gagang golok ini berbentuk tengkorak. Tampaknya sengaja ditinggalkan pelaku.Lalu dia mencabut golok tersebut. Dia mengenali senjata tersebut, yaitu ciri khas milik Ki Jangkung Wulung dan muridnya.Saka teringat pengkhianatan istrinya. Mungkinkah Boma Sagara melakukannya sebelum menggauli Rinjani?Mungkin juga murid Ki Jangkung Wulung lain yang melakukannya atau bahkan Ki Jangkung Wulung sendiri?Saka ingat permusuhan antara sang guru dengan Ki Jangkung Wulung
Di bawah rimbunan semak belukar tampak menonjol suatu benda berbentuk bundar. Saka mengorek tanah di sekitar benda itu. Bentuknya seperti tutup sebuah guci. Benda ini terbuat dari tanah yang dikeraskan. Lalu Saka menggali sedikit demi sedikit. Akhirnya benda itu berhasil di keluarkan dari tanah. Sebuah guci sebesar kepala manusia. Terbuat dari tanah liat yang dikeraskan. Saka langsung membuka tutupnya. Ternyata ada isinya berupa cairan yang mengeluarkan aroma asam. "Air apa ini?" Tanpa berpikir lagi Saka mendekatkan bibirnya ke lubang guci tersebut. Lalu meneguk air di dalamnya sedikit. "Puahhh! Kecut, pahit!" umpat Saka setelah mengetahui rasa air dalam guci tersebut. Hampir saja dia membanting guci itu ketika tiba-tiba dia merasa tubuhnya segar setelah meminum air dalam guci. Rasa pahit dan kecut pun cepat hilang. "Eh! Tubuh Saka terasa bertenaga lagi. Rasa sakit pun berkurang. Lalu dia meminum lagi, kali ini agak banyak. Dia pejamkan mata dan nyengir sambil mendesah saat
Saka terpental jauh sampai melewati sungai kecil di belakangnya. Lalu jatuh bergulingan karena tidak bisa mengimbangi diri. Anehnya lelaki dua puluh tujuh tahun itu seperti tidak peduli dengan keadaan dirinya yang terluka. Dengan tertatih dia berdiri lagi sambil mengomel tidak jelas. "Tangkap orang gila itu!" Seta Keling memberi perintah kepada dua temannya. Segera saja yang diberi perintah langsung melompat ke seberang sungai untuk meringkus Saka Lasmana, tapi secara tidak terduga Saka melepaskan pukulan jarak jauh. Wutt! Dua orang ini segera menghindar ketika masih melayang di udara. Akibatnya mereka mendarat berjauhan dengan Saka meski berhasil menyeberang sungai. Sebenarnya pukulan jarak jauh ini dilakukan secara tidak sengaja. Saka asal menggerakkan tangan karena dia merasa menggenggam batu lalu dilempar begitu saja ke arah lawan. Sampai detik itu Saka masih belum sadar dengan apa yang dilakukannya khusus untuk gerakan jurus dan pukulan jarak jauh tadi. "Pulang saja sana!
Mulai saat itu juga Saka berlatih untuk menguasai semua yang terdapat dalam Kitab Sapta Wujud. Terlebih dahulu dia membaca petunjuk di halaman-halaman awal.Ternyata tiga guci tuak bisa digunakan untuk membantu mempercepat Saka dalam menguasai jurus atau ilmu.Namun, itu semua ada tata cara minumnya. Berapa teguk, kapan waktunya, menghadap ke arah mana dan posisi berdiri atau duduk.Saka Lasmana mengulang-ulang bacaan agar mudah diingat. Kecuali benar-benar lelah, ngantuk dan lapar, Saka baru berhenti berlatih.Sepertinya tiga guci tuak itu memang tepat untuk orang yang sedang melatih Kitab Sapta Wujud. Begitu ketiganya habis, Saka telah sempurna menguasai isi kitab tersebut.Setelah dihitung setiap terbit matahari, ternyata Saka berlatih selama empat purnama. Terbilang cepat. Menguasai beberapa jurus dan ilmu hanya dalam waktu empat bulan saja.Mungkin berkat bantuan tuak sakti dalam guci maupun dalam bumbung bambu. Empat guci dikubur kembali. Lalu Saka membuat tali untuk bumbung aga
Dua orang menjadi korban kepakan tangan Saka yang keras dan kuat juga mengandung tenaga dalam. Yang satu tangan kanan di bawah sikutnya patah, satu lagi bahu kirinya yang kena.Dua orang tersebut terdorong sempoyongan dengan wajah pucat bukan main. Sementara satu orang lagi mulai leleh nyali.Saka segera mengejar orang ini yang sepertinya hendak kabur. Dia berkelebat cepat sambil kirimkan pukulan tangan kanan, tapi tidak sampai mengerahkan tenaga penuh.Sett! Krakk!Pukulan ini mengenai leher bagian belakang. Dari suaranya yang keras, jelas tulang lehernya mengalami retak atau patah. Orang ini langsung ambruk tak berkutik.Mati!Saka berpaling pada dua orang lainnya yang sedang memegang bagian badannya yang patah. Lelaki ini mengulas seringai sinis. Tatapannya bagaikan macan yang hendak menerkam mangsanya."Bagaimana dengan jurusku tadi?" tanya Saka dengan kepala miring dan bergerak mendekat kepada dua orang yang kini tampak gemetar."Jangan senang dulu, belum tentu kau mampu melawan
Tujuh pendekar tarik mundur masing-masing. Percikan arak yang mengenai tangan ternyata sangat panas bagai bara api kecil yang mampu melelehkan baja.Ketujuh orang ini segera alirkan hawa sakti ke tangan yang terkena cipratan tuak.Belum selesai mengalirkan hawa sakti, Saka sudah mendarat sambil cengengesan. Dia teguk lagi tuak dari bumbung."Mau tuak? He he he ...!"Tujuh orang ekstra waspada. Baru serangan pertama sudah gagal, malah mendapat ancaman dari setetes tuak. Tidak disangka Saka Lasmana akan sehebat ini. Padahal dulu hanya pendekar rendahan.Setelah tahu tuak itu membahayakan, maka ketujuh pendekar mengubah serangan. Tidak lagi menyerang jarak dekat, melainkan dengan pukulan jarak jauh saja.Tujuh pukulan tenaga dalam melesat menuju satu titik. Ada yang keluar dari kepalan, telapak tangan atau senjata masing-masing."Ha ha ha ... Takut dekat-dekat, ya!"Saka menekuk kedua lutut hingga tubuhnya memendek. Lalu dia angkat bumbung tuak ke atas. Tujuh serangan yang datang pun han
Dari ciri-ciri yang sering dia dengar, lelaki ini tidak salah lagi adalah Pendekar Pedang Tunggal dengan senjata andalan sebuah pedang yang bernama sama.Bentuk pedangnya biasa saja seperti pedang pada umumnya. Usia si pendekar juga mungkin seumuran dengan Saka Lasmana.Hanya pengalamannya mungkin sudah lebih jauh dibanding Saka Lasmana yang sebelumnya hanya berkutat di perguruan Gagak Lumayung saja."Kau harus ditangkap. Kau buronan para pendekar. Pembunuh guru sendiri dan pembantai murid-murid lainnya!"Pendekar Pedang Tunggal menarik senjatanya setelah Saka Lasmana melepaskan jepitan telapak tangannya. Jujur saja kalau tidak dilepas mungkin tak bisa ditarik."Hah, itu lagi!" dengkus Saka, "kau adalah pendekar yang cukup ternama. Tentunya memiliki pikiran panjang. Kenapa masih terpengaruh ucapan orang-orang yang pendek pikiran itu?""Jadi kau mengelak tuduhan itu?""Sekarang, sebaiknya kau jangan ikut campur dulu urusa
Menghadapi lawan sebanyak ini mau tak mau Saka mengambil bumbung tuaknya. Dengan tenang dia teguk arak sakti yang tak pernah habis itu.Para pendekar yang memburu Saka terbagi menjadi dua lapis. Lapis pertama sekitar belasan orang dengan senjata khas masing-masing.Lapisan kedua yang berada di belakang lapisan pertama jumlahnya lebih banyak lagi. Mereka bersiap apabila yang di depan mengalami kesulitan.Pertarungan yang tidak seimbang itupun sudah berlangsung. Saka menggunakan jurus Congcorang Mabok sambil memainkan bumbung tuak.Saka harus benar-benar jeli dan tepat dalam setiap gerakannya. Menghalau serangan dari depan sembari menghindari pukulan dari samping dan belakang.Tepp! Wukk!Sampai belasan jurus memang belum mampu membalas serangan. Hanya bisa menahan atau menghalau dan menghindar.Sebenarnya dalam keadaan biasa Saka akan merasa gentar atau ciut nyali menghadapi lawan sebanyak ini.Beruntung pengaruh tuak sakti membuatnya percaya diri, menambah tenaga dan juga kecepatan ge