Mulai saat itu juga Saka berlatih untuk menguasai semua yang terdapat dalam Kitab Sapta Wujud. Terlebih dahulu dia membaca petunjuk di halaman-halaman awal.
Ternyata tiga guci tuak bisa digunakan untuk membantu mempercepat Saka dalam menguasai jurus atau ilmu.Namun, itu semua ada tata cara minumnya. Berapa teguk, kapan waktunya, menghadap ke arah mana dan posisi berdiri atau duduk.Saka Lasmana mengulang-ulang bacaan agar mudah diingat. Kecuali benar-benar lelah, ngantuk dan lapar, Saka baru berhenti berlatih.Sepertinya tiga guci tuak itu memang tepat untuk orang yang sedang melatih Kitab Sapta Wujud. Begitu ketiganya habis, Saka telah sempurna menguasai isi kitab tersebut.Setelah dihitung setiap terbit matahari, ternyata Saka berlatih selama empat purnama. Terbilang cepat. Menguasai beberapa jurus dan ilmu hanya dalam waktu empat bulan saja.Mungkin berkat bantuan tuak sakti dalam guci maupun dalam bumbung bambu. Empat guci dikubur kembali. Lalu Saka membuat tali untuk bumbung agar bisa digantung di punggung.Bumbung ini sangat ringan seperti membawa ranting kering saja, tapi Saka tahu di dalamnya ada tuak ajaib yang tidak bakal habis.Sekarang dia sudah siap untuk balas dendam. Saka merasa tenaga dalamnya sudah meningkat sangat pesat. Dia sudah yakin mampu mengalahkan Boma Sagara atau gurunya sekalipun.Karena pakaian yang dikenakan sudah semakin lusuh dan bau. Saka berniat mengganti pakaian. Berarti dia harus kembali ke rumahnya.Sekarang dia tidak takut sama sekali kalau harus berhadapan dengan Boma Sagara. Maka pagi itu Saka berangkat ke rumahnya yang telah dirampas.Saka mengambil jalan yang sepi. Orang-orang yang melihatnya pasti akan mengira dia orang gila, tapi dia sendiri tidak sadar selama di jalan sering tertawa sendiri.Kadang menangis juga kala teringat pengkhianatan Rinjani."Tidak, tidak! Aku tidak boleh menangis. Masa laki-laki menangis? Harusnya tertawa terus apa pun yang menimpa diriku. Biarlah dianggap orang gila juga. Ha ha ha ...!"Tidak sampai setengah hari Saka sampai di rumah yang seharusnya tetap menjadi miliknya. Namun, dari jauh rumah itu tampak sepi.Saka tidak segera mendekat, dia memperhatikan beberapa saat. Namun, setelah cukup lama, tidak ada tanda-tanda ada orang di dalamnya.Akhirnya Saka mendekat, tapi tetap waspada. Dia berhenti di depan pintu yang tertutup. Indra Pendengarannya dipertajam. Sepi, tidak terdengar suara napas orang.Brakk!Saka membuka pintu dengan keras. Setelah memeriksa seluruhnya ternyata rumah ini memang kosong. Lalu dia masuk ke kamarnya."Untung masih ada!"Diambilnya beberapa pakaian yang masih layak dipakai dari dalam lemari kecil. Sepertinya Rinjani atau Boma Sagara tidak memperdulikan lemari ini.Kemudian pakaian lusuh yang menempel di badan juga diganti dengan yang baru. Kini penampilan Saka tidak seperti pengemis atau orang gila lagi.Saka Lasmana mengenakan baju biru gelap dan celana pangsi hitam. Pakaian ini tampak cocok di badan Saka. Baik dari ukuran atau warnanya.Rambut Saka yang gondrong dibiarkan tergerai, tapi tetap kelihatan rapi. Walaupun wajahnya sedang-sedang saja, tapi terpancar pesona berkat rambutnya ini.Di punggungnya dia menggendong bumbung tuak seperti seorang pendekar yang membawa pedang.Sebenarnya Saka ingin menempati rumah ini lagi, tapi dia sedang mengusung misi balas dendam. Dia tidak boleh berdiam diri saja.Biarlah rumah ini terbengkalai untuk sementara waktu. Suatu saat setelah dendamnya terbalas mungkin akan ditempati lagi.“Ke mana mereka pergi, aku akan mencarinya sampai ke lubang semut sekalipun!”Kemudian Saka meninggalkan rumahnya yang sudah kosong.Ketika Saka mulai terjun untuk membalas dendam, dia mendapatkan kabar tak sedap. Dunia persilatan pun mengalami perubahan besar.Saka mendengar kabar tersebut di sebuah kedai ketika dia hendak masuk, tetapi diurungkan demi mendapatkan keterangan yang lengkap.“Sekitar empat purnama lalu, Perguruan Gagak Lumayung hancur, tiga hari yang lalu, saudaranya,Perguruan Garuda Putih juga dibantai habis!” tutur salah seorang sambil menyantap makanan.“Dibantai Ki Jangkung Wulung?” tanya yang lain.“Benar!” Yang menjawab lain orang lagi.“Pasti si pengkhianat itu yang memberi tahu kelemahan Pendekar Garuda Putih dan Pendekar Gagak Putih!”“Maksudmu Saka dan Rinjani?”“Siapa lagi? Pengkhianat busuk itu harus bertanggung jawab!”“Tapi sekarang mereka hilang entah ke mana. Ki Jangkung Wulung bersama murid-muridnya juga lenyap!”“Semua pendekar golongan putih sedang mencari mereka!”Tidak ingin ada bentrokan dengan orang-orang di dalam kedai, Saka memilih pergi dengan cepat. Dia akan mencari petunjuk guna menemukan musuh-musuhnya.Namun, dia tidak akan takut seandainya bertemu dan berhadapan dengan siapa pun yang hendak menangkap atau bahkan membunuh dirinya.Sedikitnya Saka sudah tahu tujuan Boma Sagara memikat Rinjani sampai mengkhianatinya. Yaitu untuk mengorek keterangan agar wanita memberi tahu kelemahan gurunya.Tiba-tiba Saka menyeringai tipis. Dia melihat tiga orang yang sangat dia ingat di kejauhan."Hmm... Kebetulan!"Saka langsung berkelebat ke arah yang dituju.Tiga orang itu terkejut begitu melihat Saka menghadang di jalan. Mereka tidak lain adalah temannya Boma Sagara. Tentu saja Saka sangat ingat pada orang-orang yang membuatnya bernasib naas."Kau masih hidup rupanya!" tunjuk salah seorang yang berbadan paling pendek dari kedua temannya."Tidak, aku sudah mati. Yang kalian lihat adalah hantu!" tukas Saka."Mana ada hantu gentayangan siang bolong!""Ini aku buktinya!""Lalu mau apa. Kau pikir kami takut hantu. Ha ha ha ...! Tapi, bagus juga kau masih gentayangan. Biar orang-orang dunia persilatan tidak sia-sia mencarimu!”"Hantu gentayangan sudah ada pasti karena penasaran ingin balas dendam. Sekarang kalian rasakan akibatnya!" seru Saka Lasmana.Saka lebih dulu mengirimkan serangan kepada salah satunya yang paling dekat. Dia gunakan jurus Gagak Malipir.Orang yang diserang kaget bukan main mendapat pukulan dadakan begini. Dia hanya bisa menjatuhkan badan demi menghindari serangan.Sementara dua orang lainnya segera membalas serangan Saka. Akan tetapi Saka sudah siap sehingga bisa mengelak dengan cepat sambil mengirim serangan balasan.“Kalian tidak akan bisa menyentuh hantu!” celetuk Saka.Dulu mereka bisa menghajar karena Saka dalam keadaan terkunci tak bisa bergerak. Sekarang Saka dalam keadaan bebas.Saka belum mau menggunakan jurus-jurus baru yang dia dapatkan dalam Kitab Sapta Wujud. Dia masih menggunakan jurus dari gurunya.Meski begitu, berkat arak sakti jurus-jurus tersebut bisa diperagakan lebih sempurna.Semua serangan tiga orang ini tidak ada satu pun yang berhasil melukai Saka Lasmana, tapi sebaliknya Saka mampu mendaratkan beberapa pukulan pada tubuh lawannya.“Glekk!”Dalam pertarungan melawan tiga orang, Saka masih sempat menenggak tuak dari bumbung bambu.Ketiga murid Ki Jangkung Wulung menyadari lawannya sudah berubah. Bukan lemah seperti dulu lagi, tapi rasa jumawa yang menguasai diri mereka mengabaikan hal itu.“Kau pikir bisa merobohkan kami, hah!” hardik salah satunya.“Buktinya kalian tidak bisa menyentuhku, ha… ha… ha…!” balas Saka.Tingkah Saka yang berubah terbalik membuat tiga lawannya jengkel bukan main. Tadinya mereka meremehkan atas sikap Saka yang agak gila. Ternyata orang gila memang tidak bisa dianggap main-main.Saat itu Saka menggunakan jurus Gagak Memburu Mangsa. Gerakannya meliuk-liuk bagai burung gagak yang tengah mengejar mangsanya.Kedua tangannya laksana sayap menderu memburu sasarannya. Meski jumlahnya lebih banyak, tapi konconya Boma Sagara ini kewalahan menghadapi jurus Saka Lasmana.Krakk! Krakk!***Dua orang menjadi korban kepakan tangan Saka yang keras dan kuat juga mengandung tenaga dalam. Yang satu tangan kanan di bawah sikutnya patah, satu lagi bahu kirinya yang kena.Dua orang tersebut terdorong sempoyongan dengan wajah pucat bukan main. Sementara satu orang lagi mulai leleh nyali.Saka segera mengejar orang ini yang sepertinya hendak kabur. Dia berkelebat cepat sambil kirimkan pukulan tangan kanan, tapi tidak sampai mengerahkan tenaga penuh.Sett! Krakk!Pukulan ini mengenai leher bagian belakang. Dari suaranya yang keras, jelas tulang lehernya mengalami retak atau patah. Orang ini langsung ambruk tak berkutik.Mati!Saka berpaling pada dua orang lainnya yang sedang memegang bagian badannya yang patah. Lelaki ini mengulas seringai sinis. Tatapannya bagaikan macan yang hendak menerkam mangsanya."Bagaimana dengan jurusku tadi?" tanya Saka dengan kepala miring dan bergerak mendekat kepada dua orang yang kini tampak gemetar."Jangan senang dulu, belum tentu kau mampu melawan
Tujuh pendekar tarik mundur masing-masing. Percikan arak yang mengenai tangan ternyata sangat panas bagai bara api kecil yang mampu melelehkan baja.Ketujuh orang ini segera alirkan hawa sakti ke tangan yang terkena cipratan tuak.Belum selesai mengalirkan hawa sakti, Saka sudah mendarat sambil cengengesan. Dia teguk lagi tuak dari bumbung."Mau tuak? He he he ...!"Tujuh orang ekstra waspada. Baru serangan pertama sudah gagal, malah mendapat ancaman dari setetes tuak. Tidak disangka Saka Lasmana akan sehebat ini. Padahal dulu hanya pendekar rendahan.Setelah tahu tuak itu membahayakan, maka ketujuh pendekar mengubah serangan. Tidak lagi menyerang jarak dekat, melainkan dengan pukulan jarak jauh saja.Tujuh pukulan tenaga dalam melesat menuju satu titik. Ada yang keluar dari kepalan, telapak tangan atau senjata masing-masing."Ha ha ha ... Takut dekat-dekat, ya!"Saka menekuk kedua lutut hingga tubuhnya memendek. Lalu dia angkat bumbung tuak ke atas. Tujuh serangan yang datang pun han
Dari ciri-ciri yang sering dia dengar, lelaki ini tidak salah lagi adalah Pendekar Pedang Tunggal dengan senjata andalan sebuah pedang yang bernama sama.Bentuk pedangnya biasa saja seperti pedang pada umumnya. Usia si pendekar juga mungkin seumuran dengan Saka Lasmana.Hanya pengalamannya mungkin sudah lebih jauh dibanding Saka Lasmana yang sebelumnya hanya berkutat di perguruan Gagak Lumayung saja."Kau harus ditangkap. Kau buronan para pendekar. Pembunuh guru sendiri dan pembantai murid-murid lainnya!"Pendekar Pedang Tunggal menarik senjatanya setelah Saka Lasmana melepaskan jepitan telapak tangannya. Jujur saja kalau tidak dilepas mungkin tak bisa ditarik."Hah, itu lagi!" dengkus Saka, "kau adalah pendekar yang cukup ternama. Tentunya memiliki pikiran panjang. Kenapa masih terpengaruh ucapan orang-orang yang pendek pikiran itu?""Jadi kau mengelak tuduhan itu?""Sekarang, sebaiknya kau jangan ikut campur dulu urusa
Menghadapi lawan sebanyak ini mau tak mau Saka mengambil bumbung tuaknya. Dengan tenang dia teguk arak sakti yang tak pernah habis itu.Para pendekar yang memburu Saka terbagi menjadi dua lapis. Lapis pertama sekitar belasan orang dengan senjata khas masing-masing.Lapisan kedua yang berada di belakang lapisan pertama jumlahnya lebih banyak lagi. Mereka bersiap apabila yang di depan mengalami kesulitan.Pertarungan yang tidak seimbang itupun sudah berlangsung. Saka menggunakan jurus Congcorang Mabok sambil memainkan bumbung tuak.Saka harus benar-benar jeli dan tepat dalam setiap gerakannya. Menghalau serangan dari depan sembari menghindari pukulan dari samping dan belakang.Tepp! Wukk!Sampai belasan jurus memang belum mampu membalas serangan. Hanya bisa menahan atau menghalau dan menghindar.Sebenarnya dalam keadaan biasa Saka akan merasa gentar atau ciut nyali menghadapi lawan sebanyak ini.Beruntung pengaruh tuak sakti membuatnya percaya diri, menambah tenaga dan juga kecepatan ge
Akhirnya Saka menelusuri jalan kota yang tampak lebar. Di sini masih terlihat sepi, mungkin karena daerah pinggiran kota.“Tapi tampak rapi dan teratur,” gumam Saka pelan. Seketika dia merasa sepi, padahal sebelumnya dikejar-kejar banyak pendekar.“Mereka seperti hilang begitu saja. Ke mana pula wanita bercadar tadi?” Saka menoleh sebentar ke belakang. Tidak ada satu pun orang yang tadi ingin menangkapnya.Saka melewati sebuah desa pinggiran kota. Tidak begitu ramai, tapi tampak lebih makmur daripada desa di luar kota.Yang ditemui di sini kebanyakan kedai dengan ukuran besar beserta penginapan di samping atau belakangnya.Saka terus berjalan ke arah pusat kota. Walaupun belum tahu, tapi bisa memastikan lebih ke dalam maka akan menemukan pusat kota termasuk istana kerajaan Galuh.Ketika melewati salah satu kedai yang cukup ramai, beberapa orang menatapnya dengan tajam. Mungkin karena melihat wajah baru.Sementara indra pendengaran Saka yang semakin tajam berkat tuak sakti mendapatkan s
Jurus-jurus yang diperagakan Arya Kumbara tampak tegas sempurna. Setiap gerakan terlihat halus tapi cepat dan mematikan.Sosok putra Ki Sempana, ketua perguruan Girisoca ini laksana bayangan putih berkilau. Halus tak dapat disentuh.Sementara gerakan Ki Genta mencerminkan nafsu ingin membunuh yang begitu kentara. Sejak awal diminta untuk membunuh lawannya karena memang ada kepentingan pribadi juga.Membalas dendam saudaranya yang telah terbunuh oleh Arya Kumbara beberapa waktu yang lalu.“Semuda itu sudah memiliki tenaga dalam tinggi. Sungguh pendekar muda yang berbakat!” ujar Saka begitu mengagumi kebolehan Arya Kumbara.“Tapi aku belum mendengar apa julukannya?”Sementara belasan orang berseragam yang diduga dari perguruan Kalajingga tampak menunjukkan raut wajah lesu.Tentu saja karena melihat Arya Kumbara begitu mudahnya mengimbangi permainan Ki Genta, tokoh yang dianggap sudah kawakan ternyata sama saja seperti yang
Arya Kumbara tampak terkejut bukan main sambil mengerutkan kening agak lama. Saka yang tidak tahu isi surat itu hanya menunggu pemuda itu selesai membaca.Saka ingat ucapan orang misterius, jalan untuk menemukan Ki Jangkung Wulung dan lainnya adalah dengan mengikuti salah satu perguruan terkemuka di kotaraja.“Sepertinya aku harus memilih perguruan Girisoca,” batin Saka.“Ternyata keadaan perguruan sangat gawat. Ayah terkepung oleh para pengkhianat yang telah menyusup lama. Kurang ajar, mereka sangat rapi dalam menjalankan rencananya!” ujar Arya Kumbara.“Mereka siapa?” tanya Saka.“Perguruan Kalajingga,” jawab Arya Kumbara. “ Mereka diam-diam menyusupkan orang-orangnya sejak lama. Bahkan sampai bisa menempati jabatan penting.”Saka cukup terperangah juga mendengarnya. Ada dua kemungkinan yang ingin didapatkan perguruan Kalajingga, ingin mengambil alih atau melenyapkan perguruan Girisoca sehingga nantinya hanya ada satu yang berkuasa di kotaraja.“Apakah sudah sangat gawat keadaannya?
Pintu rahasia itu hanya mereka -ayah dan anak- yang tahu. Sehingga dengan mudah Arya bisa masuk ke kediaman ayahnya.Sampai di dalam, tampak seorang lelaki kurus dengan kulit pucat seluruhnya dan rambut panjang tergerai acak-acakan sedang duduk bersila di tengah-tengah ruangan.Ruangan dipenuhi hawa sakti tebal. Sosok lelaki kurus tua yang tidak lain adalah Ki Sempana sedang berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.Arya memandang ayahnya dengan penuh iba. Selama dia berada di luar perguruan, sang ayah selalu dalam ancaman para pengkhianat.“Ayah, bertahanlah. Aku akan membantu!” ucap Arya pelan.Sang ayah tampak menegakkan tubuhnya. Kedua matanya terpejam. Nafasnya mengalir pelan teratur seolah tidak ingin ada kesalahan dalam mengambil udara.Kemudian Arya Kumbara duduk bersila di belakang ayahnya. Pemuda ini kerahkan tenaga dalam lembut. Sepasang telapak tangannya ditempelkan ke punggung Ki Sempana.Kejap berikutnya Arya mulai menyalurkan hawa sakti ke dalam tubuh ayahny