Dua orang menjadi korban kepakan tangan Saka yang keras dan kuat juga mengandung tenaga dalam. Yang satu tangan kanan di bawah sikutnya patah, satu lagi bahu kirinya yang kena.
Dua orang tersebut terdorong sempoyongan dengan wajah pucat bukan main. Sementara satu orang lagi mulai leleh nyali.Saka segera mengejar orang ini yang sepertinya hendak kabur. Dia berkelebat cepat sambil kirimkan pukulan tangan kanan, tapi tidak sampai mengerahkan tenaga penuh.Sett! Krakk!Pukulan ini mengenai leher bagian belakang. Dari suaranya yang keras, jelas tulang lehernya mengalami retak atau patah. Orang ini langsung ambruk tak berkutik.Mati!Saka berpaling pada dua orang lainnya yang sedang memegang bagian badannya yang patah. Lelaki ini mengulas seringai sinis. Tatapannya bagaikan macan yang hendak menerkam mangsanya."Bagaimana dengan jurusku tadi?" tanya Saka dengan kepala miring dan bergerak mendekat kepada dua orang yang kini tampak gemetar."Jangan senang dulu, belum tentu kau mampu melawan Boma Sagara!""Ha ha ha ... Kalian mengandalkan si jelek keparat itu? Sampaikan padanya aku akan membikin dia babak belur!"Merasa ada kesempatan, dua orang ini segera ambil langkah seribu diiringi tawa Saka yang lantang lalu meneguk tuak dari bumbung bambu.Sebenarnya Saka sengaja melepas mereka untuk mengusut keberadaan Ki Jangkung Wulung, Boma Sagara dan yang lainnya.Namun, ketika dia hendak menguntit kedua orang tersebut, tiba-tiba saja entah dari mana datangnya. Tahu-tahu seorang lelaki setengah baya telah menghadang jalannya.Saka tidak merasakan hawa sakti kehadiran orang tersebut sebelumnya. Berarti orang ini sangatlah sakti. Dia segera bersikap waspada, tapi tetap tenang.Lelaki ini berdiri tegak sambil menggendong kedua tangannya. Wajahnya yang sedikit dihiasi kumis dan jenggot terlihat teduh memandang lembut ke arah Saka.Dari sikap orang itu membuat kecurigaan Saka perlahan memudar. Sepertinya tidak bermaksud jahat.Saka mengambil ingatannya, barangkali dia pernah bertemu lelaki setengah baya di depannya itu, tetapi tidak berhasil mengingat apa pun.“Siapa Ki Sanak, kenapa menghadang saya?“Kau tidak perlu mengejar mereka. Aku tahu di mana orang yang sedang kau buru!”Saka cukup tercekat juga mendengarnya, tetapi kejap berikutnya menjadi tenang hatinya. Orang tersebut memang tidak berniat buruk terhadapnya.Lelaki setengah baya itu bisa tahu tujuan Saka, berarti bukan orang sembarangan. Akhirnya Saka hanya menunggu orang tersebut melanjutkan bicaranya.“Orang yang kau cari berada di Kotaraja, tapi dia bersembunyi. Kau harus menemukannya dengan cara khusus. Membuntuti mereka hanya sia-sia saja,” lanjut lelaki setengah baya dengan suara cukup berwibawa seperti seorang pemimpin.“Bagaimana cara agar saya menemukan dia?” Pertanyaan Saka ini meluncur seolah tidak disadari.Lelaki setengah baya mengeluarkan suatu benda dari balik ikat pinggangnya. Sebuah gulungan daun lontar kecil yang diikat seutas tali.“Aku menitipkan surat ini. Sampaikan kepada orang bernama Arya Kumbara putra Ki Sempana, ketua perguruan Girisoca!” Lelaki itu menyodorkan gulungan surat dari daun lontar tersebut kepada Saka.Beberapa saat Saka termenung sebelum akhirnya menerima surat daun lontar itu.“Aku akan sedikit memberi gambaran tentang keadaan Kotaraja,” kata lelaki tak dikenal itu kemudian.Saka hanya menunggu. Seketika sifat gilanya seolah hilang. Dia seperti terhipnotis oleh pria tak dikenal tersebut.“Ada dua perguruan besar yang selalu bersaing di Kotaraja. Perguruan Girisoca dan Kalajingga. Di sana kau tidak akan bisa membedakan mana golongan putih, mana golongan hitam.”Lelaki setengah baya itu menjelaskan bahwa kedua perguruan yang disebutkan tadi sangat berpengaruh di Kotaraja. Mereka seolah-olah mengatur kehidupan di pusat kota tersebut.“Untuk mencari musuhmu,” lanjut lelaki itu, “mau tak mau harus terlibat dalam intrik kedua perguruan itu. Kau harus hati-hati, jangan sampai terkecoh.”Saka berusaha menyerap keterangan tersebut dengan seksama. Informasi orang ini pasti bukan abal-abal.Lelaki setengah baya itu melanjutkan. “Sebagai langkah awal, kau serahkan surat penting itu kepada orang yang kusebutkan tadi. Selanjutnya kau akan tahu sendiri caranya!”Saka tampak termenung.“Satu lagi,” kata lelaki setengah baya. “Di Kotaraja, orang dunia persilatan tidak bisa sembarangan bertindak. Mereka harus tunduk pada aturan di sana. Walaupun kau seorang buronan, tak satu pun pendekar boleh menangkapmu, tapi harus melalui pihak yang berwenang. Jadi kau tenang saja. Apalagi kalau sudah memberikan jasa kepada salah satu perguruan.”Setelah berkata panjang tadi, orang misterius itu langsung berbalik dan berkelebat lenyap dari hadapan Saka.Pria yang menggendong bumbung tuak di punggungnya sendiri baru sadar setelah beberapa kejap. Namun, dia ingat apa yang dikatakan orang misterius tadi.Saka menyimpan gulungan surat itu ke balik bajunya. Dia tidak ingin membuka isinya, tidak sopan mengorek titipan orang. Lalu minum beberapa teguk tuak dari bumbung bambu.“Kotaraja,” gumam Saka sambil menerawang tempat yang disebut barusan. Dia belum pernah pergi ke sana.Kota yang ramai. Banyak orang menggantungkan nasibnya di sana. Sekarang dia harus ke sana pula untuk mengadu nasib dalam membalaskan dendamnya.Saka sudah berjalan jauh meninggalkan tempat semula. Dia tidak berniat mengejar dua murid Ki Jangkung Wulung lagi. Lagi pula mereka pasti ke Kotaraja juga. Di sana pasti akan bertemu lagi.Namun, setelah beberapa lama berjalan, Saka merasakan ada beberapa orang yang selalu mengikuti dan mengawasinya.Lelaki yang sudah dicap buronan ini pura-pura tidak tahu saja sambil menunggu tindakan apa yang akan dilakukan penguntitnya.Beberapa saat kemudian terasa angin berhembus keras dari arah belakang.Wutt!Saka segera berpaling ke belakang sambil menghindari hempasan angin tadi. Tahu-tahu dia sudah dikepung setidaknya tujuh orang tidak dikenal.Saka tahu mereka pendekar golongan putih pasti ingin menangkapnya."Saka, kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu!" teriak salah satu yang berada di depan.Saka mendengkus kesal lalu garuk-garuk kepala. Entah harus bagaimana menjelaskan kepada orang-orang di depannya, tapi rasanya percuma saja.Kebenaran di dunia pendekar ditentukan oleh pertarungan.“Tangkap saja kalau kalian mampu. Kalian pikir aku takut. Ayo, maju semua manusia-manusia tolol!” tantang Saka."Keparat busuk! Berani kau menghina kami, berarti tidak sayang lagi nyawamu!"Tujuh orang berbeda umur, beda jurus dan tenaga dalam mengepung Saka Lasmana. Ada yang menggunakan senjata, ada pula yang tangan kosong saja."Dasar tolol, kalian tolol!" maki Saka, sempat meneguk tuak dari bumbung dengan cara cukup atraktif.Kejap berikutnya tujuh serangan melanda Saka Lasmana. Semuanya bergerak cepat, tujuh titik jadi sasaran.Namun, Saka tetap tenang sambil tertawa cengengesan. Lalu sosoknya melesat ke atas lebih cepat daripada datangnya serangan musuh.Di atas, Saka jungkir balik lalu semburkan sisa arak dari mulutnya. Tuak menyebar bagai gerimis turun.Praaat!Tujuh pendekar tarik mundur masing-masing. Percikan arak yang mengenai tangan ternyata sangat panas bagai bara api kecil yang mampu melelehkan baja.Ketujuh orang ini segera alirkan hawa sakti ke tangan yang terkena cipratan tuak.Belum selesai mengalirkan hawa sakti, Saka sudah mendarat sambil cengengesan. Dia teguk lagi tuak dari bumbung."Mau tuak? He he he ...!"Tujuh orang ekstra waspada. Baru serangan pertama sudah gagal, malah mendapat ancaman dari setetes tuak. Tidak disangka Saka Lasmana akan sehebat ini. Padahal dulu hanya pendekar rendahan.Setelah tahu tuak itu membahayakan, maka ketujuh pendekar mengubah serangan. Tidak lagi menyerang jarak dekat, melainkan dengan pukulan jarak jauh saja.Tujuh pukulan tenaga dalam melesat menuju satu titik. Ada yang keluar dari kepalan, telapak tangan atau senjata masing-masing."Ha ha ha ... Takut dekat-dekat, ya!"Saka menekuk kedua lutut hingga tubuhnya memendek. Lalu dia angkat bumbung tuak ke atas. Tujuh serangan yang datang pun han
Dari ciri-ciri yang sering dia dengar, lelaki ini tidak salah lagi adalah Pendekar Pedang Tunggal dengan senjata andalan sebuah pedang yang bernama sama.Bentuk pedangnya biasa saja seperti pedang pada umumnya. Usia si pendekar juga mungkin seumuran dengan Saka Lasmana.Hanya pengalamannya mungkin sudah lebih jauh dibanding Saka Lasmana yang sebelumnya hanya berkutat di perguruan Gagak Lumayung saja."Kau harus ditangkap. Kau buronan para pendekar. Pembunuh guru sendiri dan pembantai murid-murid lainnya!"Pendekar Pedang Tunggal menarik senjatanya setelah Saka Lasmana melepaskan jepitan telapak tangannya. Jujur saja kalau tidak dilepas mungkin tak bisa ditarik."Hah, itu lagi!" dengkus Saka, "kau adalah pendekar yang cukup ternama. Tentunya memiliki pikiran panjang. Kenapa masih terpengaruh ucapan orang-orang yang pendek pikiran itu?""Jadi kau mengelak tuduhan itu?""Sekarang, sebaiknya kau jangan ikut campur dulu urusa
Menghadapi lawan sebanyak ini mau tak mau Saka mengambil bumbung tuaknya. Dengan tenang dia teguk arak sakti yang tak pernah habis itu.Para pendekar yang memburu Saka terbagi menjadi dua lapis. Lapis pertama sekitar belasan orang dengan senjata khas masing-masing.Lapisan kedua yang berada di belakang lapisan pertama jumlahnya lebih banyak lagi. Mereka bersiap apabila yang di depan mengalami kesulitan.Pertarungan yang tidak seimbang itupun sudah berlangsung. Saka menggunakan jurus Congcorang Mabok sambil memainkan bumbung tuak.Saka harus benar-benar jeli dan tepat dalam setiap gerakannya. Menghalau serangan dari depan sembari menghindari pukulan dari samping dan belakang.Tepp! Wukk!Sampai belasan jurus memang belum mampu membalas serangan. Hanya bisa menahan atau menghalau dan menghindar.Sebenarnya dalam keadaan biasa Saka akan merasa gentar atau ciut nyali menghadapi lawan sebanyak ini.Beruntung pengaruh tuak sakti membuatnya percaya diri, menambah tenaga dan juga kecepatan ge
Akhirnya Saka menelusuri jalan kota yang tampak lebar. Di sini masih terlihat sepi, mungkin karena daerah pinggiran kota.“Tapi tampak rapi dan teratur,” gumam Saka pelan. Seketika dia merasa sepi, padahal sebelumnya dikejar-kejar banyak pendekar.“Mereka seperti hilang begitu saja. Ke mana pula wanita bercadar tadi?” Saka menoleh sebentar ke belakang. Tidak ada satu pun orang yang tadi ingin menangkapnya.Saka melewati sebuah desa pinggiran kota. Tidak begitu ramai, tapi tampak lebih makmur daripada desa di luar kota.Yang ditemui di sini kebanyakan kedai dengan ukuran besar beserta penginapan di samping atau belakangnya.Saka terus berjalan ke arah pusat kota. Walaupun belum tahu, tapi bisa memastikan lebih ke dalam maka akan menemukan pusat kota termasuk istana kerajaan Galuh.Ketika melewati salah satu kedai yang cukup ramai, beberapa orang menatapnya dengan tajam. Mungkin karena melihat wajah baru.Sementara indra pendengaran Saka yang semakin tajam berkat tuak sakti mendapatkan s
Jurus-jurus yang diperagakan Arya Kumbara tampak tegas sempurna. Setiap gerakan terlihat halus tapi cepat dan mematikan.Sosok putra Ki Sempana, ketua perguruan Girisoca ini laksana bayangan putih berkilau. Halus tak dapat disentuh.Sementara gerakan Ki Genta mencerminkan nafsu ingin membunuh yang begitu kentara. Sejak awal diminta untuk membunuh lawannya karena memang ada kepentingan pribadi juga.Membalas dendam saudaranya yang telah terbunuh oleh Arya Kumbara beberapa waktu yang lalu.“Semuda itu sudah memiliki tenaga dalam tinggi. Sungguh pendekar muda yang berbakat!” ujar Saka begitu mengagumi kebolehan Arya Kumbara.“Tapi aku belum mendengar apa julukannya?”Sementara belasan orang berseragam yang diduga dari perguruan Kalajingga tampak menunjukkan raut wajah lesu.Tentu saja karena melihat Arya Kumbara begitu mudahnya mengimbangi permainan Ki Genta, tokoh yang dianggap sudah kawakan ternyata sama saja seperti yang
Arya Kumbara tampak terkejut bukan main sambil mengerutkan kening agak lama. Saka yang tidak tahu isi surat itu hanya menunggu pemuda itu selesai membaca.Saka ingat ucapan orang misterius, jalan untuk menemukan Ki Jangkung Wulung dan lainnya adalah dengan mengikuti salah satu perguruan terkemuka di kotaraja.“Sepertinya aku harus memilih perguruan Girisoca,” batin Saka.“Ternyata keadaan perguruan sangat gawat. Ayah terkepung oleh para pengkhianat yang telah menyusup lama. Kurang ajar, mereka sangat rapi dalam menjalankan rencananya!” ujar Arya Kumbara.“Mereka siapa?” tanya Saka.“Perguruan Kalajingga,” jawab Arya Kumbara. “ Mereka diam-diam menyusupkan orang-orangnya sejak lama. Bahkan sampai bisa menempati jabatan penting.”Saka cukup terperangah juga mendengarnya. Ada dua kemungkinan yang ingin didapatkan perguruan Kalajingga, ingin mengambil alih atau melenyapkan perguruan Girisoca sehingga nantinya hanya ada satu yang berkuasa di kotaraja.“Apakah sudah sangat gawat keadaannya?
Pintu rahasia itu hanya mereka -ayah dan anak- yang tahu. Sehingga dengan mudah Arya bisa masuk ke kediaman ayahnya.Sampai di dalam, tampak seorang lelaki kurus dengan kulit pucat seluruhnya dan rambut panjang tergerai acak-acakan sedang duduk bersila di tengah-tengah ruangan.Ruangan dipenuhi hawa sakti tebal. Sosok lelaki kurus tua yang tidak lain adalah Ki Sempana sedang berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.Arya memandang ayahnya dengan penuh iba. Selama dia berada di luar perguruan, sang ayah selalu dalam ancaman para pengkhianat.“Ayah, bertahanlah. Aku akan membantu!” ucap Arya pelan.Sang ayah tampak menegakkan tubuhnya. Kedua matanya terpejam. Nafasnya mengalir pelan teratur seolah tidak ingin ada kesalahan dalam mengambil udara.Kemudian Arya Kumbara duduk bersila di belakang ayahnya. Pemuda ini kerahkan tenaga dalam lembut. Sepasang telapak tangannya ditempelkan ke punggung Ki Sempana.Kejap berikutnya Arya mulai menyalurkan hawa sakti ke dalam tubuh ayahny
Kembali ke Wisma Bahagia.Suasana di sana juga tampak tegang. Tiga orang petinggi perguruan Kalajingga mulai tersulut emosi, sebabnya mereka tidak bisa masuk bertemu dengan Arya Kumbara palsu.“Aku curiga jangan-jangan di dalam tidak ada siapa-siapa!” seru salah satunya menduga-duga.“Kalian tahu ini kamar khusus yang selalu Tuanku gunakan bila berkunjung ke sini. Sekarang beliau baru saja pulang dari luar kota, tentunya merasa kelelahan,” sanggah wanita bertopeng dengan suara lembut.“Dari tadi kau selalu bicara begitu, seolah ingin mencegah kami bertemu. Kami sudah ada perjanjian!” tukas yang lainnya.“Tenang sajalah, kalau sudah saatnya kalian pasti bertemu!”“Memangnya siapa dia, berani mengatur kami?”“Menjengkelkan! Biar aku masuk saja!”Salah seorang menerjang ke pintu kamar. Namun, selangkah lagi menyentuh, tiba-tiba pintu terbuka sedikit lalu segelombang angin berkelebat keluar.Wutt!Orang tersebut sampai tersurut lagi ke belakang. Terkejut bukan main.“Golok Membelah Bumi!”